Menuju konten utama

Tak Ada Lagi Buka Puasa Bersama di Gedung Putih

Donald Trump mengakhiri tradisi panjang di Gedung Putih.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pidato saat ia mengadakan acara piknik Congressional, ditemani oleh Ibu Negara Melania Trump, di Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Kamis (22/6). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria

tirto.id - Presiden Clinton, Bush, dan Obama selalu menerima umat muslim di akhir ramadan untuk buka puasa bersama. Tradisi ini menjadi penting untuk menunjukkan niat baik, komitmen, dan juga usaha menjaga hubungan baik warga muslim Amerika dengan pemerintahnya. Tapi tradisi ini diakhiri oleh Donald Trump. Ini merupakan pertama kalinya dalam 20 tahun sejarah kepresidenan Amerika. Banyak kalangan merasa khawatir dengan berakhirnya tradisi tersebut.

Donald Trump yang dikenal dengan retorika anti imigran, anti sains, dan anti muslim dikritik karena merusak tradisi yang dimulai oleh Presiden Thomas Jefferson yang mengundang duta besar Tunisia pada bulan Ramadan tahun 1805.

Tradisi yang semula mati ini dihidupkan kembali oleh Hillary Clinton saat ia menjadi ibu negara pada 1996 dan mengundang 150 orang untuk perayaan Idul Fitri. Acara tersebut dihadiri oleh anggota senat, diplomat, dan berbagai tokoh dari komunitas muslim Amerika dan akhirnya menjadi tradisi tahunan mulai 1999. George W Bush yang melakukan invasi terhadap Irak masih melakukan tradisi ini, bahkan setelah serangan teror 9/11 pada September 2001. Sementara Barack Obama mengadakan buka puasa bersama pada 2009 dan tradisi ini diteruskan hingga ia berhenti menjabat pada 2016.

The Independent melaporkan, pegawai Gedung Putih sebenarnya sudah berbulan-bulan mempersiapkan acara buka puasa bersama yang sudah rutin dilaksanakan pemerintahan sebelumnya. Acara tersebut akhirnya batal. Gedung Putih pada Sabtu (24/6/2017) petang, menjelang berakhirnya Ramadan, mengeluarkan pernyataan yang ditandatangani oleh Donald dan Melania Trump.

“Muslim di Amerika Serikat turut merayakan bulan suci Ramadan dengan seluruh dunia untuk fokus pada iman dan berbagi terhadap sesama. Hari ini mereka merayakan Idul Fitri dengan keluarga dan teman-teman dekat, mereka melanjutkan tradisi membantu tetangga, berbagi roti dengan siapapun yang ditemui. Pada hari raya ini, kita diingatkan tentang pentingnya rasa kasih, kepedulian, dan niat baik. Bersama umat muslim di seluruh dunia, Pemerintah Amerika Serikat berkomitmen untuk menghormati nilai-nilai ini. Selamat Idul Fitri.”

Sebagian umat Muslim berharap Gedung Putih melanjutkan tradisi buka puasa bersama itu, sebagai sebuah simbol persatuan setelah serangkaian serangan kebencian terhadap umat Muslim.

Sejak awal memimpin Amerika Serikat, Trump dinilai menunjukkan gejala-gejala Islamophobia. Ia mengeluarkan "travel ban" terhadap enam negara muslim.

Awal bulan ini, sekitar 100 aktivis Muslim melakukan demo untuk mengkritik kebijakan Trump yang memecah belah dan bersifat retorik terhadap Islam. Aksi yang dilakukan di luar Trump Tower di New York itu dibarengi dengan salat dan buka puasa, sebagai bagian dari #IftarInTheStreets yang diorganisir oleh kelompok advokasi imigran.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Politik
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti
-->