Menuju konten utama

Kabisat Berapa Tahun Sekali dan Bagaimana Asal-Usulnya?

Tahun kabisat terjadi berapa tahun sekali? Simak asal usul tahun kabisat di artikel ini.

Kabisat Berapa Tahun Sekali dan Bagaimana Asal-Usulnya?
Kalender Februari 2024. foto/IStockphoto

tirto.id - Kabisat merupakan sebutan untuk tahun yang jumlah harinya 366 hari, dalam tahun itu jumlah hari pada bulan Februari adalah 29 hari. Lalu, kabisat berapa tahun sekali dan bagaimana asal-usulnya?

Kabisat berasal dari kata Kabisah. Dalam bahasa Arab, artinya adalah melompat. Sedangkan tahun kabisat bahasa Inggris disebut sebagai leap year, yang juga berarti lompatan.

Tahun kabisat kerap juga disebut dengan tahun yang habis dibagi empat. Maksudnya, jumlah tahun yang habis bila dibagi menjadi empat, misalnya tahun 2024 yang juga termasuk ke dalam tahun kabisat jika dibagi empat menghasilkan jumlah bilangan bulat (506).

Kabisat berapa tahun sekali? Tahun kabisat cukup unik karena hanya terjadi empat tahun sekali. Tahun 2024 adalah tahun kabisat, selanjutnya tahun kabisat akan terjadi pada tahun 2028.

Berdasarkan kalender masehi, pada tahun biasa, jumlah hari di bulan Februari hanya ada 28 hari, sehingga keseluruhan hari di berjumlah 365 hari setiap tahunnya. Hal ini berbeda dengan tahun kabisat yang memiliki ekstra 1 hari pada bulan Februari sehingga menghasilkan total 366 hari.

Inilah mengapa, seseorang yang lahir pada tanggal 29 Februari akan berulang tahun setiap 4 tahun sekali. Hari yang unik ini kerap dijadikan oleh banyak orang sebagai momentum untuk merayakan sesuatu seperti pernikahan atau lamaran.

Bagaimana Asal Usul Tahun Kabisat?

Peradaban kuno menggunakan kosmos untuk merencanakan kehidupan mereka. Kalender-kalender tersebut didasarkan pada fase bulan atau matahari, seperti halnya berbagai kalender saat ini. Biasanya kalender ini bersifat "lunisolar," menggunakan keduanya.

National Geographic melaporkan, pada abad ketiga sebelum masehi, masyarakat mulai memahami kalender. Sebagai contoh, Mesir mengamati 365 hari dalam setahun yang mencakup tahun kabisat setiap empat tahun sekali untuk mengoreksi kalender.

Namun sistem kalender lainnya masih tidak selalu berhasil. Untuk memperbaiki kalender tersebut, Kaisar Romawi Julius Caesar menciptakan Tahun Kebingungan, ketika dia memutuskan bahwa tahun 46 SM akan menjadi 445 hari, bukan 365 hari.

Dia kemudian membuat tahun dengan 365,25 hari-sedikit lebih panjang dari 365,2422 tahun matahari, yang menambahkan hari kabisat setiap tahun keempat.

Namun, sistem Romawi ini pun tidak terlalu tepat. Perbedaan kecil antara 365,25 dan 365,2422 membuat setiap tahun kalender menjadi lebih pendek sekitar 11 menit daripada kalender musiman, sehingga kalender tersebut menjadi kurang satu hari setiap 128 tahun.

Pada abad ke-16, tanggal-tanggal besar dan hari libur telah bergeser 10 hari. Di Roma, Paus Gregorius XIII meluncurkan kalender Gregoriannya sendiri pada tahun 1582. Pada tahun itu, ia menghilangkan 10 hari dari bulan Oktober untuk menyelaraskannya kembali.

Dia juga mengembangkan sistem tahun kabisat baru yang menggunakan tahun matahari 365,2422 hari, menambahkan satu hari kabisat setiap empat tahun, tetapi menghilangkan tiga hari kabisat setiap 400 tahun untuk menjaga agar kalender tidak melenceng.

Kedengarannya membingungkan, tetapi sistem ini telah menjaga kalender dan musim tetap sinkron selama lebih dari 400 tahun. Kalender Gregorian tidaklah sempurna karena masih ada pergeseran 30 detik setiap tahunnya. Namun, meskipun demikian, kalender ini tidak akan meleset lebih dari satu hari selama 3.300 tahun lagi.

"Tanpa tahun kabisat, setelah beberapa ratus tahun kita akan mengalami musim panas di bulan November," kata Younas Khan, seorang instruktur fisika di Universitas Alabama di Birmingham kepada APNews.

"Natal akan jatuh pada musim panas. Tidak akan ada salju. Tidak akan ada perasaan Natal," tambahnya.

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra