Menuju konten utama

Sutradara Film Iran Terhadang Kebijakan Fasis Donald Trump

Asghar Farhadi, sutradara film The Salesman tak bisa masuk AS untuk filmnya yang dinominasikan sebagai Film Asing Terbaik pada ajang Piala Oscar. Selama ini, Iran menyumbang film-film berkualitas untuk dunia. 

Sutradara Film Iran Terhadang Kebijakan Fasis Donald Trump
Foto Asghar Farhadi sutradara asal Iran saat menerima penghargaan. Foto/indiewire.com

tirto.id - Langkah kontraterorisme yang diterapkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan melarang warga dari tujuh negara berpenduduk mayoritas muslim memasuki teritori AS kembali memakan korban. Usai sejumlah orang ditahan otoritas setempat dan lainnya dilarang naik penerbangan internasional ke Negeri Paman Sam, kini giliran sineas asal Iran Asghar Farhadi yang dikabarkan tak bisa menyambangi ajang penghargaan Academy Award (Piala Oscar) 2017.

Asghar Farhadi adalah sutradara film The Salesman yang dinominasikan dalam kategori film asing terbaik dalam acara penghargaan film paling prestisius di muka bumi itu. Ajang Oscar 2017 akan digelar bulan depan, tepatnya 26 Februari. The Salesman adalah wakil resmi yang didaftarkan Iran. Asghar ingin kembali mengharumkan nama negaranya setelah film sebelumnya, A Separation, berhasil menang Piala Oscar untuk kategori Film Asing Terbaik 2012.

Trita Parsi, direktur National Iranian American Council yang berkantor di Washington, pada Sabtu (28/1/2017) mencuit lewat akun Twitternya: “Telah dikonfirmasi: Wakil Iran Asghar Farhadi tak bisa masuk ke AS untuk menghadiri Oscar. Ia dinominasikan untuk kategori film asing terbaik... #MuslimBan”.

Dalam wawancara dengan New York Times satu jam setelahnya, Parsi menyampaikan bahwa kabar itu ia dapat dari orang kedua. Apa yang ia cuit di Twitter adalah pesan bagi netizen sedunia bahwa kebijakan imigrasi baru yang diumumkan Trump pada Jumat (27/1/2017) menyatakan dengan jelas bahwa warga Iran tak diizinkan memasuki AS untuk 90 hari ke depan.

“Klarifikasi menurut peraturan itu telah menyatakan dengan jelas bahwa dia [Farhadi] tak dapat hadir, entah dia memegang kartu hijau atau sebagai warga Iran,” jelasnya.

Parsi menambahkan bahwa pernyataannya tak mengindikasikan bahwa pemerintah AS telah memberikan pemberitahuan resmi agar Farhadi tak menghadiri Oscar 2017. Belum jelas juga apakah Farhad akan meminta pengecualian atas pembekuan visa atau usaha lain demi menghadiri Oscar. Namun, bagi Parsi, peraturan itu sudah cukup jelas. “Ini sangat mencengangkan dan mengejutkan. Sangat 'tidak Amerika',” tambahnya.

Sikap yang lebih lantang ditunjukkan oleh aktris senior Iran yang menjadi pemain utama dalam The Salesman, Taraneh Alidoosti. Melalui akun Twitternya ia memprotes kebijakan Trump sebagai rasisme.

“Visa Trump untuk warga Iran itu rasis. Entah soal kegiatan kultural atau bukan, aku tak akan menghadiri #AcademyAwards 2017 sebagai bentuk protes”.

Kepada New York Times, Alidoosti menyampaikan ketetapannya untuk menolak ke AS meski nanti memperoleh pengecualian. Ia merasa tersakiti hatinya saat melihat orang-orang awam dari negaranya ditolak untuk apa yang sesungguhnya menjadi hak legal mereka. Ada banyak sebab orang Iran mengunjungi AS, seperti mengunjungi anaknya, atau berangkat menghadiri kelas sebagai seorang peserta didik, demikian kata Alidoosti.

Jejak Membanggakan Iran di Karpet Merah Oscar

Alidoosti dan Farhadi adalah dua wajah yang mewakili Iran era modern yang tumbuh dan telah terbiasa mengkompromikan diri dengan konservatisme ala Iran. Mereka bekerja di tengah sensor ketat pemerintah Iran lewat kuasa Kementerian Kebudayaan dan Pedoman Islam dan badan sensor negara.

Namun, melampaui itu semua, karya kolaborasi keduanya kerap diakui dunia dan dirayakan di banyak tempat. Sebelum mempesona para juri di festival-festival film ternama seperti Cannes atau Chicago Film Festival lewat The Salesman, keduanya sempat menuai pujian serupa lewat About Elly (2009).

About Elly menceritakan hilangnya Elly (Taraneh Alidoosti), seorang guru TK, saat sedang berpiknik bersama teman-teman barunya di kawasan pantai utara Iran. Sebagai sutradara, Farhadi memiliki visi unik yakni dengan memperlakukan narasi film serupa bawang yang memiliki banyak “lapisan-lapisan pembuka makna cerita.” About Elly adalah thriller apik khas sinema Iran yang memenangkan total 14 penghargaan internasional dan 9 nominasi lainnya.

Dua tahun sesudahnya, kolaborasi Alidoosti dan Farhadi kembali mengharumkan nama Iran. Lewat drama keluarga yang rumit namun memikat, sebagaimana testimoni para kritikus film, A Separation meraih penghargaan Film Asing Terbaik di ajang Oscar 2012. A Separation menjadi film Iran satu-satunya dan yang pertama untuk berjaya di ajang tahunan itu, serta membuat nama Farhadi serta Alidoosti makin menterang. A Separation meraup hingga 78 penghargaan dan 42 nominasi lainnya, seperti dicatat IMDb.

Telur keberuntungan yang akhirnya pecah lewat tngan dingin Farhadi telah dirintis oleh kerja keras sineas-sineas Iran lain sejak era 1970-an. Wakil Iran pertama di Oscar adalah Ray Aghayan yang diganjar penghargaan untuk Desain Kostum Terbaik untuk film Gaily, Gaily (1969).

Pada 1997, Iran panen penghargaan saat para pekerja film seperti Habib Zargarpour hingga Hosein Amini memenangkan sejumlah kategori untuk film-film ternama seperti Twister (1996) dan Evita (1996). Sementara untuk kategori film asing terbaik, Iran memperoleh nominasi pertama lewat drama menyentuh Children of Heaven (1997) pada Piala Oscar tahun 1999.

Infografik Iran dan Oscar

Iran, bersama-sama Cina menjadi dua eksportir film-film bermutu di era 1990-an. Beberapa kritikus menetapkan Iran sebagai salah satu negara pembuat film terpenting. Mereka amat terpengaruh dengan gaya neorealisme Italia yang kebetulan sedang menjalar di Italia pada beberapa dekade sebelumnya. Pekerja seni dengan bakat terbaik Iran kemudian membanjiri Hollywood dan hasil karya mereka dihargai dengan baik selama ini.

Film aksi garapan aktor sekaligus sutradara kawakan Mel Gibson, Apocalypto (2006), misalnya, tak akan memiliki kualitas suara yang sedemikian baik jika bukan hasil garapan Kami Asgar. Ia mendapat penghargaan sebagai film dengan Penyuntingan Suara Terbaik di ajang Oscar tahun 2007. Setahun setelahnya, giliran film animasi garapan Marjane Satrapi, Persepolis (2007), yang memenangkan penghargaan dalam kategori Film Animasi Terbaik pada Oscar tahun 2008.

Dalam pidato emosionalnya di Golden Globes 2017, aktris legendaris Meryl Streep mengkritik Trump untuk sejumlah isu, termasuk kebijakan imigrasi. Saat menerima penghargaan Lifetime Achievement itu, Streep menerangkan kembali identitas asal teman-teman pekerja seni lain bukan asli kelahiran AS. Mereka ada yang berasal dari Israel, Inggris, Kenya, India, hingga Kanada.

Ia kemudian berkata dengan lantang berkata, bahwa "Hollywood berjalan dengan bantuan orang luar dan orang asing, dan jika Anda menendang kami semua keluar, Anda tidak akan memiliki apa-apa untuk ditonton kecuali sepakbola dan seni bela diri, yang mana itu bukan seni!”

Komentar Streep sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan sineas asal Iran sekarang, yang meski memiliki rekam jejak bagus dalam ajang penghargaan Oscar, tapi tersingkirkan oleh kebijakan luar negeri AS.

Baca juga artikel terkait DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Film
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani