tirto.id - Susi Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI menegaskan pentingnya latihan bagi atlet bulu tangkis Indonesia. Menurutnya, justru saat latihan, para atlet mesti menempa diri lebih keras.
“Ada pemain yang bilang, ah ini kan cuma latihan, nanti kalau di pertandingan baru sungguh-sungguh, itu namanya mimpi!" ujar Susi, seperti dilansir dari laman PBSI.
Wanita kelahiran Tasikmalaya, 47 tahun lalu itu juga berharap agar para pemain pelatnas dapat bersikap dewasa serta memiliki tanggung jawab kedisiplinan terhadap diri sendiri. Termasuk ketika mereka sedang tidak dalam pengawasan pelatih.
"Sudah dimarahi, tapi pelatih kan nggak bisa terus-terusan melihat satu-satu bolanya. Misalnya latihan tiga jam, tidak mungkin tiga jam ditongkrongin pelatih, pemain kan sudah dewasa juga, masak harus dilihatin terus menerus?” tambah mantan pebulu tangkis yang pernah menyumbangkan medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut.
Susi pun mengingatkan jika kebiasaan latihan setiap pemain bakal terbawa di atas lapangan saat pertandingan yang sesungguhnya.
“Ingat, kebiasaan latihan akan terbawa ke pertandingan,” terang mantan penggawa timnas bulu tangkis beregu putri Indonesia yang pernah menjuarai Piala Uber 1994 dan 1996 itu.
Susi berkesimpulan jika saat laga sesungguhnya, energi tiap pemain bakal terkuras oleh ketegangan di atas lapangan, dan tekanan dari atmosfer pertandingan. Karena itulah Juara Dunia 1993 tersebut juga menekankan, beban porsi latihan harus beberapa kali lipat lebih berat daripada pertandingan sesungguhnya.
"Kalau latihan 20 kali smash, paling di pertandingan cuma 5 sampai 6 kali smash untuk satu poin. Kalau di tunggal, bisa 56 kali sampai 80 kali, ya latihannya harus tiga kali lipatnya. Di pertandingan, setengahnya saja sudah hilang karena tenaga lebih terkuras, ada rasa tegang, feeling belum dapat dan sebagainya. Nah, kalau kita bisa menerapkan yang setengahnya saja sudah bagus," tutur Susi.
Editor: Oryza Aditama