tirto.id - Setara Institute memaparkan hasil survei model beragama mahasiswa di 10 perguruan tinggi negeri di Indonesia pada Minggu (30/6/2019).
Dari hasil survei tu diketahui, mahasiswa dari rumpun ilmu saintek (kelompok rumpun IPA) lebih fundamentalis dalam beragama dibanding mahasiswa rumpun ilmu sosial atau ilmu humaniora (soshum).
"Aspek fundamentalisme ini tidak selalu menggambarkan sisi buruk beragama. Pada sisi tertentu, di ranah pribadi, seorang penganut agama harus memiliki visi fundamentalisme keyakinan-pendirian agama yang kukuh," kata peneliti Setara Institute, Noryamin Aini di Jakarta Pusat, Minggu (30/6/2019).
Dalam penelitian ini, Setara Institute menggunakan metode kuantitatif. Jumlah responden mencapai 1.000 orang dari 10 PTN di Indonesia.
Ke-10 kampus yang diteliti yakni Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, Universitas Mataram, UIN Jakarta, dan UIN Bandung.
Dalam riset, mahasiswa saintek mendapat 3,35 poin. Sedangkan, mahasiswa soshum mendapat nilai 3,30, lalu mahasiswa ilmu sosial mendapat nilai 3,37. Jika hasil survei, kata dia, dari seluruh responden digabung, maka dipesoleh nilai 3,31.
"Fundamentalisme beragama bisa menjadi akar eksklusivisme dan perilaku intoleran jika visi fundamentalisme dipaksakan di ranah kehidupan sosial," kata Noryamin Aini.
Namun Nuryamin pun berharap kampus tetap mengedepankan prinsip demokrasi dalam menghadapi hal ini dan tidak menggunakan cara-cara yang dogmatis.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Zakki Amali