Menuju konten utama

Survei: Generasi 90-an Lebih Ceroboh di Dunia Online

Hasil survei terkini oleh sebuah perusahaan keamanan digital menemukan fakta yang cukup mengejutkan. Ternyata, generasi millennial atau lebih dikenal dengan generasi 90-an lebih sembrono ketika beraktivitas online dibandingkan generasi baby boomers.

Survei: Generasi 90-an Lebih Ceroboh di Dunia Online
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Hasil survei terkini oleh sebuah perusahaan keamanan digital menemukan fakta yang cukup mengejutkan. Ternyata, generasi millennial atau lebih dikenal dengan generasi 90-an lebih sembrono ketika beraktivitas online dibandingkan generasi baby boomers.

“Lahir di era digital, generasi millennial justru harus sering berhati-hati dengan 47 persen orang yang mengaku telah berbagi password dan melakukan aktivitas online lainnya yang berisiko,” kata Direktur Asia Consumer Business Norton by Symantec Choon Hoon Chee, ketika memaparkan hasil temuan perusahaan tersebut kepada wartawan, di Jakarta, Selasa, (8/3/2016).

Menurut Hoon Chee, generasi baby boomers sebagai kelompok yang sering dianggap kurang melek teknologi justru menunjukkan kebiasaan aktivitas online yang lebih aman dibandingkan dengan generasi millennial.

Norton by Symantec merilis temuannya tersebut dalam Norton Cybersecurity Insight Report yang mengungkapkan kenyataan dari kejahatan online dan efek personalnya terhadap konsumen.

Metode survei dilakukan secara online, dengan subyek survei sebanyak 1.000 orang Indonesia dengan usia 18 tahun ke atas.

Beberapa fakta menarik lain juga terungkap dari laporan tersebut, seperti bahwa 55 persen konsumen di Indonesia percaya jika informasi kartu kredit mereka lebih mungkin dicuri setelah melakukan belanja online daripada dari dompet mereka.

Selain itu, sekitar enam dari sepuluh (59 persen) orang Indonesia juga percaya bahwa menggunakan Wi-Fi publik lebih berisiko daripada menggunakan toilet umum. Sekitar 42 persen pengguna internet juga telah mengalami sendiri kejahatan cyber dalam satu tahun terakhir.

“Penjahat cyber tidak menyerah. Mereka menggunakan teknik yang semakin canggih untuk mencuri informasi pribadi konsumen seperti password, informasi kontak, dan authentification perbankan untuk mengisi pundi-pundi mereka,” ujar Hoon Chee.

Berdasarkan laporan tersebut, konsumen Indonesia telah kehilangan sekitar 33 jam waktu mereka selama satu tahun terakhir untuk berurusan dengan dampak dari kejahatan online. Kejahatan cyber juga telah memakan jumlah uang senilai 7,6 juta rupiah per korban, dengan akumulasi sebesar Rp 194.603,7 miliar di Indonesia.

“Sementara konsumen di Indonesia beradaptasi dengan dunia digital yang cepat berkembang, kami mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi informasi mereka secara online dan tidak pernah merasa puas dengan keamanan,” katanya.

Baca juga artikel terkait BABY BOOMERS atau tulisan lainnya

Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara