tirto.id - Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) menilai surat kematian salah satu korban kerusuhan 21-22 Mei 2019, yang bernama Sandro (32), memiliki kejanggalan.
Peneliti KontraS Rivanlee Anandar mencatat, dalam surat kematiannya, Sandro disebut meninggal dunia karena penyakit tidak menular.
Sandro merupakan salah satu korban tewas rusuh 21-22 Mei yang sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat.
KontraS menerima informasi terdapat luka yang diduga akibat tembakan di jenazah Sandro. Pihak keluarga menyebut, luka itu ada pada dada kanan Sandro.
Rivanlee mengatakan jenazah Sandro memang belum sempat diautopsi. Selain itu, kata dia, akses informasi terhadap kondisi Sandro saat tewas tidak terbuka.
"Kami masih berupaya mencari tahu lebih dalam lagi, kenapa dikatakan [meninggal karena] penyakit tidak menular," kata Rivanlee di kantor KontraS, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2019).
Jenazah Sandro keluar dari RSUD Tarakan pada Kamis 23 Mei 2019 sekitar pukul 11.00 WIB. Setelah dibawa ke Serpong, pada pukul 13.00 WIB pada hari yang sama, jenazah Sandro dibawa ke daerah Merangin, Jambi untuk dimakamkan di kampung halamannya.
“Itu dibawa dengan mobil yang memang disediakan oleh Pemprov Jambi, yang jemput dari mereka, dapat bantuan dari mereka. Sampai di Merangin, Jambi, jam 10 pagi, sebelum Jumatan [24 Mei],” kata Donna Ayu Putri, adik Sandro.
Saat jenazah kakaknya sampai di Jambi, Donna mengaku melihat dengan jelas ada luka tembak di tubuh Sandro.
“[lukanya] Di dada, di bawah tulang rusuk sebelah kanan. Operasi kemarin itu hanya penutupan luka saja. Peluru sudah enggak ada lagi. Itu pun kemarin sampai ke Jambi masih berlubang. Tembus ke belakang. Pas sampai Jambi pun pas masih dikafani, darahnya masih banyak,” kata Donna.
Sampai saat ini, polisi belum mengungkap siapa pelaku penembakan terhadap sejumlah korban tewas saat kerusuhan 21-22 Mei 2019 di Jakarta. Polisi berkilah masih mencari bukti di tempat kejadian perkara.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom