Menuju konten utama

Sunyi Tragedi Senjata Api

Tragedi pembantaian sebuah klub Gay di Orlando, Amerika Serikat, sekali lagi memperingatkan kita tentang bahaya senjata api. Dalam catatan yang dibuat oleh Mass Shooting Tracker, pada 2015 lalu setidaknya ada 372 penembakan masal di Amerika serikat. Membunuh lebih dari 475 orang dan melukai 1.870 lainnya. Sampai hari ini Amerika masih menilai kepemilikan senjata api sebagai hak konstitusional.

Sunyi Tragedi Senjata Api
Presiden AS Barack Obama (kiri) dan Wakil Presiden Joe Biden meletakkan karangan bunga di tugu peringatan sementara bagi korban penembakan masal di kelab malam gay di Orlando, Florida, kamis (16/6). antara foto/reuters/carlos barria

tirto.id - Ketika Ronald Edward Gay lahir dan besar di Kanada, tidak ada yang mengolok-ngolok namanya. Gay artinya kebahagiaan. Tapi ketika ia pindah ke Amerika dan mendaftar sebagai anggota angkatan laut saat perang Vietnam terjadi, kawan-kawannya mengejek Gay sebagai seorang homoseksual. Awalnya Gay biasa saja. Namun, ejekan itu terus dan terus dilakukan hingga pada akhirnya Gay muntab dan membunuh orang-orang gay di sebuah klab malam dengan menggunakan senjata api. Peristiwa ini terjadi 24 September 2000 silam. Satu orang meninggal, 43 lainnya luka-luka.

Kurang dari 16 tahun kemudian, peristiwa serupa terjadi. Sebanyak 49 orang meninggal dunia dan 53 lainnya luka-luka akibat aksi penembakan masal yang dilakukan oleh Omar Mir Seddique Mateen.

Pembantaian yang dilakukan pada akhir pekan itu bukanlah hal yang pertama terjadi di Amerika. Kematian akibat senjata api merupakan penyebab kematian yang banyak terjadi di Amerika. Pada 2014, ada 11.961 pembunuhan terkait senjata api. Angka ini naik menjadi 13.286 kematian pada 2015.

Tingkat kekerasan yang berkaitan dengan senjata api di Amerika Serikat merupakan yang paling tinggi di dunia. New York Times melaporkan bahwa secara statistik angka kematian terkait senjata api di banyak negara selain Amerika jarang sekali terjadi. Di Jerman misalnya, kemungkinan seseorang untuk dibunuh dengan senjata api sangat jarang terjadi yaitu dua dari satu juta orang.

Ada total 23.482 insiden kejahatan yang berkaitan dengan senjata api terjadi di Amerika sejak Januari 2016, dengan 6.028 korban jiwa dan 12.337 korban luka. Rata-rata kematian warga Amerika karena senjata api adalah 31 per satu juta orang, atau sama dengan 27 orang ditembak mati setiap hari sepanjang tahun. Metode kematiannya bisa berasal dari penembakan masal seperti yang terjadi di Orlando, San Benardino, atau California yang terjadi Desember lalu.

Jika dibandingkan dengan Inggris atau Polandia, angka ini sungguh luar biasa, kemungkinan anda untuk mati karena senjata api satu orang dibanding satu juga orang. Sementara di Jepang dengan hukum dan peraturan kepemilikan senjata yang sangat ketat, kemungkinan seseorang untuk mati karena senjata api adalah satu dibanding 10 juta orang. Perbandingan ini penting untuk menunjukkan betapa bahaya yang disebabkan senjata api di Amerika sudah sangat mengkhawatirkan.

Perbandingan lainnya yang bisa digunakan adalah peristiwa pembantaian di Paris tahun lalu. Sebanyak 130 kematian akibat serangan bersenjata itu masih rendah jika dibandingkan dengan kematian bersenjata di Amerika. Angka ini diambil dari rata-rata kematian total akibat senjata api pe rtahun di Perancis dibandingkan dengan Amerika. Sepanjang 72 jam terakhir saja, ada 297 kasus penembakan yang memakan 100 orang. Angka ini di luar kematian yang terjadi akibat penembakan Orlando.

Kepemilikan senjata api oleh warga negara di Amerika memang dilindungi dalam Amandemen Kedua Konstitusi AS tahun 1971. Aturan ini mengatur kebebasan kepemilikan senjata dan tidak bisa diganggu gugat oleh negara. Karena kebijakan ini, menurut Small Arms Survey tahun 2007, Amerika menjadi negara dengan orang sipil bersenjata paling banyak di dunia. Setidaknya setiap 100 orang, 88,8 di antaranya memiliki senjata api.

Pada 2012, Bussines Insider memberitakan bahwa ada 51.438 toko senjata api di Amerika. Jumlah itu lebih besar jika dibandingkan dengan 36.536 toko kelontong di negara yang sama. Toko itu dimiliki oleh para pemilik lisensi senjata api di Amerika yang jumlahnya mencapai 130 ribu.

Menariknya, 2010 menjadi tahun menggembirakan bagi industri senjata api di Amerika. Ada 5,5 juta senjata yang diproduksi pada tahun itu, 95 persen persen di antaranya dibeli oleh warga Amerika Serikat. Angka itu masih ditambah dari 3,3 juta senjata lainnya didatangkan ke Amerika untuk menambal kebutuhan yang tak terpenuhi karena produksi senjata dalam negeri yang terbatas.

Banyaknya tragedi dan kematian akibat senjata api tidak membuat negara ini memperketat apalagi melarang kepemilikan senjata api. Mereka yang setuju kepemilikan senjata api, menyandarkan diri pada konstitusi. Senjata api, bagi kelompok pro, dibutuhkan untuk melindungi diri dari ancaman kejahatan.

Mereka yang kontra merasa bahwa kepemilikan senjata api sudah sangat berbahaya. Dibutuhkan kendali total untuk melindungi masyarakat Amerika Serikat. Hasilnya, pada 2013 Presiden Barack Obama menggunakan hak eksekutifnya untuk memperketat penjualan senjata api, disusul oleh 25 peraturan lainnya pada awal 2014. Menariknya peraturan ketat ini malah meningkatkan angka penjualan senjata api. Pada Black Friday tahun 2015 ada 185.345 penjualan senjata api dalam sehari, ini merupakan rekor tertinggi penjualan senjata di Amerika.

Baca juga artikel terkait SENJATA API atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Hukum
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti