tirto.id - Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu mengatakan, sumur YYA-1 lapangan YY di blok Offshore North West Java (ONWJ) bakal ditutup permanen setelah penanganan kebocoran yang menyebabkan gelembung gas dan tumpahan minyak berhasil dihentikan.
Ia memperkirakan, butuh waktu delapan hingga 10 minggu sejak pernyataan kondisi keadaan darurat diumumkan Pertamina pada 15 Juli mendatang.
Artinya, langkah untuk mematikan sumur YYA-1 di lapangan YY, lepas Pantai Utara Jawa itu diprediksi baru bisa rampung pada September 2019.
"Setelah dipermanenkan ditutup dan tidak dilakukan pengeboran kembali, untuk mengembangkan lapangan ini dibutuhkan sumur baru," kata Dharmawan dalam konfrensi pers di kantor pusat Pertamina, Kamis (25/7/2019).
Untuk menghentikan semburan gas dan tumpahan minyak, Pertamina bakal melakukan pengeboran relief well di dekat sumur YYA-1 menggunakan rig baru bernama Rig Suhana.
Pengeboran itu bakal melibatkan Boots and Coots, perusahaan dari Amerika Serikat yang memiliki pengalaman dalam menangani kasus serupa di berbagai dunia. Salah satunya, insiden di Teluk Meksiko yang sempat digambarkan dalam film Deep Horizon.
"Dari relief well dilakukan pengeboran menggunakan rig suhana, yang baru sampai pada Sabtu nanti. Pengeboran secara horizontal hingga melintasi sumur YYA-1," jelas Dharmawan.
Setelah pengeboran horizontal dilakukan, semen akan diinjeksi ke dalam sumur YYA-1 bersumber dari relief well. Adapun, lokasi Rig Suhana ditempatkan saat ini masih disurvei.
Hingga saat ini, ada dua sumur lainnya di lapangan YY yang belum dibuka atau masih terisolasi.
Dalam mengembangkan Lapangan YY ke depan, nantinya Pertamina Hulu Energi (PHE) akan membangun platform 3 kaki dan pengeboran dua sumur, re-entry satu sumur eksplorasi, hingga membangun pipa penyalur bawah laut sepanjang 13,5 kilometer.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dhita Koesno