tirto.id - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat sudah 813 warga ibu kota yang terserang demam berdarah dengue (DBD) sejak awal tahun hingga 31 Januari 2019. Angka tersebut naik pesat dari sehari sebelumnya yang masih tercatat 760 kasus.
Namun, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti mengatakan peningkatan kasus DBD di ibu kota tersebut masih tergolong aman.
"Grafik kami masih menunjukkan data kasus ini [DBD] masih aman. Meskipun begitu, kami tetap waspada. Karena kalau kami tidak siaga, takutnya jumlah pengidap DBD bertambah," kata dia di Jakarta Pusat pada Jumat (1/2/2019).
Dengan demikian, sampai sekarang belum ada rencana penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di DKI Jakarta.
Widyastuti mencatat kasus DBD paling tinggi terjadi di Jakarta Selatan, yakni 277. Sementara di Jakarta Timur ada 226 kasus, Jakarta Barat 230, dan sisanya di Jakarta utara dan pusat.
Menurut dia, penularan DBD tertinggi berada di kecamatan Kalideres, yakni 104 kasus, kemudian Cengkareng dengan 60 kasus dan Jagakarsa 51 kasus.
"Alhamdulillah, sampai saat ini, belum ada laporan orang yang terjangkit DBD [di DKI] meninggal. Kami selalu update dan investigasi di lapangan," kata dia.
Widyastuti menjelaskan sejumlah orang yang terserang DBD terkadang tidak memperlihatkan ciri-ciri secara fisik, seperti hanya demam tinggi.
"Tetapi saya sudah memesankan kepada orang-orang yang berada di Fasilitas Kesehatan bahwa dalam kondisi yang seperti ini, Jakarta daerah endemis, apabila kasusnya sedang meningkat seperti ini, kami patut curiga kalau dalam waktu sehari ada keluarga yang panas, maka langsung diperiksa apakah dia mengidap DBD atau bukan," kata Widyastuti.
Widyastuti menambahkan fogging atau pengasapan bukan jalan keluar untuk menekan angka kasus DBD. Dia khawatir fogging justru membuat nyamuk aedes aegypti di suatu wilayah kebal.
"Si nyamuk [aedes aegypti] itu nantinya bandel. Dia juga bisa beradapatasi dengan itu, lama-lama dia enggak mempan gitu," ujar dia.
Widyastuti menilai rekomendasi Kementerian Kesehatan untuk menekan populasi nyamuk aedes aegypti lebih efektif. "Rekomendasi dari Kemenkes bahwa yang masih bisa dilakukan Jakarta adalah dengan jenis insektisida," ujar dia.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Addi M Idhom