tirto.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat 329 kasus demam berdarah dengue terjadi di ibu kota sejak awal tahun hingga 21 Januari 2019.
Kepala Seksi Penyakit Menular Vektor dan Zonatik Dinkes DKI, Inda Mutiara memaparkan kasus demam berdarah dengue di periode awal 2019 itu paling banyak terjadi di Jakarta Selatan. Sedangkan Jakarta Barat berada posisi kedua.
"Hal itu disebabkan mungkin karena faktor Jakarta Selatan itu luas dan penduduknya banyak,” kata Inda di kantor Kementerian Kessehatan, Jakarta Selatan, pada Rabu (30/1/2019).
“[Di Jakarta Selatan] terbanyak itu berada di Wilayah Kecamatan Jagakarsa, jadi karena luas dan padat bisa menyebabkan banyaknya penyakit DBD [demam berdarah dengue]," tambah dia.
Tren kasus demam berdarah dengue, menurut Inda, kemungkinan terus bertambah hingga April mendatang lantaran musim hujan berlangsung sampai bulan itu.
"Tren tertinggi DBD akan ada pada saat April mendatang. Mungkin karena perpindahan dari musim hujan ke musim kemarau," ujar Inda.
Inda menuturkan pasien demam berdarah dengue di DKI Jakarta didominasi oleh rentang usia 13 hingga 15 tahun. Hal ini mengindikasikan, korban tidak hanya tertular virus dengue sewaktu berada di rumah melainkan bisa juga di luar rumah, seperti sekolah atau tempat bermain.
"Bisa saja terjadi di luar, bukan di rumah, soalnya usia yang paling banyak itu ada di 13-15 tahun, itu mereka masih masa sekolah," ujar dia.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan terus melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah untuk mencegah kasus demam berdarah dengue terus meningkat di ibu kota.
"Misalnya, di arisan rumah tangga, perkumpulan karang taruna, untuk mempercepat sosialisasi pencegahan dan penanganan DBD. Dari rumah ke rumah juga kami akan sosialisasikan," kata dia.
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi memaparkan peningkatan angka kasus demam berdarah dengue memang bisa dipicu oleh curah hujan yang meningkat. Sebab, telur nyamuk aedes aegypti akan lebih mudah berkembang biak dalam kondisi yang basah.
"Telur nyamuk bisa bertahan dan tidak menetas saat musim kering. Makanya ketika masuk musim hujan terjadi pelonjakan jumlah nyamuk, karena telur tadi menetas," kata Nadia.
"Sedikit saja curah air meningkat, telur tadi langsung berubah menjadi pupa lalu berkembang jadi nyamuk dewasa. Itu yang membuat peningkatan kasus ketika awal musim penghujan," ujarnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Addi M Idhom