Menuju konten utama
Studi Covid-19 Terbaru

Studi: Bayi Lahir saat Pandemi Tak Punya Keterampilan Komunikasi

Update COVID-19 dari studi Corona terbaru menemukan bahwa bayi yang lahir saat Pandemi tidak memiliki keterampilan komunikasi.

Studi: Bayi Lahir saat Pandemi Tak Punya Keterampilan Komunikasi
Ilustrasi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Studi corona terbaru menemukan, anak-anak yang lahir di masa pandemi COVID-19 tidak memiliki keterampilan komunikasi.

Dokter dan peneliti sedang mempelajari dampak infeksi COVID-19 ibu pada aspek jangka pendek dan jangka panjang dari kesehatan ibu-janin, termasuk hasil perkembangan saraf pada bayi.

Gangguan perkembangan saraf, seperti gangguan spektrum autisme, cacat intelektual, dan gangguan attention-deficit/hyperactivity, dapat menyebabkan berbagai tantangan seperti gangguan kognisi, komunikasi, perilaku adaptif, dan keterampilan psikomotorik.

Penelitian tersebut diterbitkan di JAMA Network Open pada 28 Oktober yang berusaha menemukan apakah hasil perkembangan saraf selama masa bayi diubah oleh pandemi COVID-19.

Dari meta-analisis 8 studi, termasuk mempelajari 21.419 bayi ditemukan bahwa 7% bayi yang menjalani skrining perkembangan saraf selama pandemi COVID-19 berisiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

Lebih lanjut, 12% dari mereka yang terpapar SARS-CoV-2 selama kehamilan berisiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

Para peneliti menemukan bahwa gangguan komunikasi memiliki peningkatan risiko yang signifikan selama pandemi COVID-19.

Secara sederhana, seperti dikutip laman Times of India, para peneliti menemukan bahwa perkembangan saraf secara keseluruhan pada tahun pertama kehidupan tidak berubah baik karena dilahirkan atau dibesarkan selama pandemi COVID atau oleh paparan kehamilan terhadap SARS-CoV-2.

Meskipun tidak ada perubahan atau dampak perkembangan saraf yang besar, para peneliti melihat bahwa keturunannya memiliki risiko keterlambatan komunikasi yang signifikan pada tahun pertama kehidupan selama pandemi COVID-19, terlepas dari infeksi yang diderita oleh ibunya.

Salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian, dokter anak Jin Russell mengatakan bahwa mungkin ada dua faktor utama yang berkontribusi terhadap lambatnya perkembangan anak-anak di masa pandemi.

"Pertama, hanya ada lebih sedikit kesempatan bagi orang tua untuk membawa bayi mereka keluar dan kami tahu bahwa ketika kami keluar dengan bayi saat itulah mereka cenderung terpapar pada rentang kata yang lebih luas, atau Anda tahu kosakata yang lebih besar," kata Russell dilansir 1News.

Berbicara tentang dampak stres orang tua, Russell menambahkan, alasan lainnya adalah karena orang tua berada di bawah banyak tekanan.

"Ada lebih sedikit bandwidth, jika Anda seorang ibu atau ayah di rumah mencoba untuk menyulap pekerjaan dan home-schooling anak-anak yang lebih besar. Anda mungkin memiliki lebih sedikit waktu untuk menanggapi bayi Anda," jelasnya.

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Meski demikian, kata Russell, orang tua tidak perlu panik karena pada usia muda ini, otak anak sudah beradaptasi.

Jadi, terlepas dari tantangan perkembangan terkait pandemi, masih banyak yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka.

"Jika kita dapat memberikan lingkungan dan stimulasi yang tepat, saya sangat yakin bahwa bayi akan dapat mengejar ketinggalan," ujar dia.

Sering berbicara dan bernyanyi untuk anak Anda adalah penting. Orang tua perlu terlibat dan berkomunikasi secara aktif dengan anak mereka, bahkan jika anak tidak berbicara atau merespons pada awalnya.

Kapan perlu ke dokter?

Tidak apa-apa bagi anak Anda untuk meluangkan waktu demi mengembangkan keterampilan komunikasi mereka.

Namun, jika orang tua melihat kurangnya perbaikan atau pertumbuhan untuk jangka waktu yang lebih lama, misalnya jika anak telah berusia dua tahun dan mereka belum menggabungkan kata-kata, maka hal terbaik adalah menemui dokter untuk diagnosis.

Dokter biasanya dapat memeriksa pendengaran anak Anda dan memastikan apakah semuanya baik-baik saja untuk tumbuh kembang anak.

Baca juga artikel terkait STUDI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya