tirto.id - Hanya satu yang tak terlupakan
Kala senja di gereja tua
Waktu itu hujan rintik-rintik
Kita berteduh di bawah atapnya
Lagu “Gereja Tua” akan menjadi kenangan termanis yang ditinggalkan Benny Panjaitan, vokalis band Panbers. Selasa (24/10/2017) lalu, ia tutup usia setelah tujuh tahun perjalanan melawan stroke. Stroke merupakan salah satu penyakit menakutkan karena kedatangannya tiba-tiba dan mematikan. Sebanyak 80 persen serangan stroke tak bisa diselamatkan karena penanganan terlambat. Jikapun lolos, para penyintasnya kerap alami cacat fisik.
Baca juga:Benny Panjaitan Vokalis Panbers Tutup Usia
Stroke terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terputus atau sangat berkurang, sehingga sel otak kekurangan oksigen dan mati. Kematian sel akan menghilangkan kemampuan otak mengontrol memori dan otot. Jika suplai oksigen terputus dalam waktu panjang, maka bagian otak yang mengalami kerusakan akan semakin besar. Sehingga kemungkinan kematian akan semakin tinggi.
Setiap tahun hampir 800 ribu orang mengalami stroke baru atau berulang. Setidaknya dalam waktu empat menit, penyakit ini merenggut kehidupan satu orang. Di Indonesia, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) tertinggi berada di Sulawesi Utara sebanyak 10,8‰ (per seribu) dan diikuti DI Yogyakarta sebanyak 10,3‰.
Prevalensi penyakit stroke meningkat seiring dengan bertambahnya umur, paling tinggi berada pada umur di atas 75 tahun yakni 43,1‰ hingga 67,0‰. Sementara, risikonya juga semakin meningkat pada masyarakat dengan pendidikan rendah, dari 16,5‰ hingga 32,8‰. Lalu, pada masyarakat kota 8,2‰ hingga 12,7‰, dan masyarakat yang tidak bekerja 11,4‰ hingga 18‰.
Baca juga:Harapan dalam Kesenduan Benny Panjaitan
Kerusakan sel otak dapat terjadi dalam hitungan menit, perlu penanganan cepat guna meminimalkan kerusakan otak dan komplikasi potensial, meski gejalanya mereda. Orang di sekitar penderita harus bisa melakukan empat langkah pendeteksian stroke lewat “FAST”.
Pertama, Face, yakni meminta penderita untuk tersenyum. Lalu, Arms, meminta orang tersebut mengangkat kedua lengannya. Ketiga, Speech, yakni mengulangi kalimat sederhana. Terakhir, Time, yakni menghubungi fasilitas kesehatan secepatnya ketika menemukan keempat langkah tadi tak dapat dilakukan secara normal.
Beragam faktor dapat menjadi pemicu terjadinya stoke, salah satu faktor risikonya adalah gaya hidup tak sehat. Di antaranya adalah kelebihan berat badan atau obesitas, jarang berolahraga, minum minuman beralkohol, dan menggunakan narkotika. Ada juga faktor risiko lain, yakni keluarga dengan riwayat stroke, usia telah berada di atas 55 tahun.
Karena salah satu faktor pemicunya adalah gaya hidup tak sehat, penting bagi kita untuk menerapkan gaya hidup sehat jika ingin mencegah stroke. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah mengontrol tekanan darah tinggi (hipertensi), berolahraga, mengelola stres, menjaga berat badan, menurunkan jumlah kolesterol dan lemak jenuh dalam makanan. Lalu, berhenti merokok, membatasi konsumsi gula, dan membiasakan konsumsi buah serta sayuran.
Baca juga:Mencegah Obesitas dengan Susu Kacang Tanah
Penyintas Stoke Rentan Depresi
Lolos dari stroke kerap membuat penyintasnya lebih berat. Lebih dari dua-per-tiga penyintas stroke harus menerima cacat fisik seperti kelumpuhan atau kehilangan kemampuan bicara. Bisa juga mengalami lumpuh di tulang ekstremitas seperti tangan dan kaki, penglihatan kabur, atau sakit kepala tak berkesudahan.
Baca juga:Diabetes jadi Ancaman Masa Depan
Mereka juga harus menghadapi satu tantangan lagi: depresi. Penelitian pada 118 pasien stroke di unit stroke di San Carlos University Hospital di Madrid, Spanyol menunjukkan tingkat depresi tinggi. Peneliti mengamati kualitas hidup penyintas setelah satu tahun terserang stroke. Terdapat 90 orang lolos dari kematian, yakni 41 wanita dan 49 pria dengan usia rata-rata, 68 tahun.
Dari 90 penyintas tersebut, 79 orang merupakan pasien stroke iskemik, yakni stroke karena cabang pembuluh darah di otak mengalami penyumbatan. Sedangkan 11 merupakan stroke hemoragik, yang disebabkan cabang pembuluh darah di otak pecah dan mengalami pendarahan. Dari keseluruhan angka itu, 38 pasien mengaku tertekan dengan hidupnya.
Variabel yang berkaitan dengan depresi adalah status sebagai ibu rumah tangga, jenis kelamin perempuan, ketidakmampuan bekerja karena cacat tubuh, dan berkurangnya aktivitas sosial. Maka dari itu, jika orang terdekat Anda mengalami stroke, bantulah mereka dengan dukungan moril yang Anda mampu. Kepedulian kita bisa memompa semangat hidup mereka.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani