tirto.id - Promosi dan iklan sejumlah produk kesehatan banyak beredar di media sosial. Sayangnya berdasar pemantauan Tirto, terdapat beberapa informasi tersebut yang tidak tepat.
Kami mendapat pesan di WhatsApp mengenai obat penyakit jantung yang mencatut pernyataan seorang dokter dalam video pendek. Dari tampilannya, video ini terlihat seperti iklan di platform Instagram.
"Saya akan cerita soal pasien saya, yang kemarin datang, setelah sebelumnya dikatakan harus pasang ring. Lalu dia bilang, 'saya mau lihat hasilnya karena dulu saja gak jadi pasang ring, karena obat herbal,' hebat ya, gak jadi pasang ring karena obat herbal," begitu cuplikan pesan yang disampaikan dokter dalam video tersebut.
Terlihat juga akun yang mengunggah video tersebut bernama "Dr Daniel Tobing Sp. JP". Video ini menunjukkan isi situs yang tautannya terdapat dalam video tersebut. Situs tersebut adalah situs pemesanan suatu produk obat yang disebut menjamin 100 persen penyembuhan segala jenis komplikasi dari penyakit jantung. Obat tersebut juga dipromosikan memulihkan jantung seperti sedia kala.
Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar klaim obat jantung dengan narasi herbal tersebut?
Pemeriksaan Fakta
Tirto mencoba mencari tahu versi lengkap potongan video pendek yang tersebar. Kami mengenali dokter dalam video sebagai Dokter Vito Damay, seorang dokter ahli penyakit jantung. Sebab, sebelumnya, Dokter Vito sempat memberi penjelasan kepada Tirto soal misinformasi terkait jantung.
Penelusuran kami di mesin pencarian dengan kata kunci 'vito damay herbal' mengarahkan ke video berikut. Terlihat dalam video tersebut, dr. Vito memberi penjelasan soal pendekatan herbal dalam menangani penyakit jantung.
Vito menceritakan, pada kasus pasiennya yang mengkonsumsi produk herbal, tidak terjadi perubahan di penyempitan darahnya. Dalam video berdurasi sekitar enam menit tersebut, Vito menjelaskan soal penanganan serangan jantung.
"Ketika terjadi serangan jantung, maka terjadi sumbatan mendadak pada pembuluh darah jantung, yang harusnya memberi oksigen ke otot jantung. Pada saat itu maka dibutuhkan solusi yang cepat, untuk bisa melancarkan aliran darah, membuka penyempitan," terangnya.
Vito menjelaskan, biasanya obat yang dipilih adalah obat pengencer darah yang diberi lewat infus ataupun pemasangan ring. Prinsipnya, ketika terjadi serangan jantung, pertolongan harus diberikan secepat mungkin. Sementara itu, obat yang diminum, baik herbal maupun obat kimia, yang masuk lewat oral, akan memakan waktu yang lama karena harus melalui proses pencernaan, baru ke peredaran darah, dan menuju jantung.
Bagian penjelasan ini tidak diambil dalam video singkat yang dibagikan. Video yang tersebar di WhatsApp memotong penjelasan dr. Vito soal tidak adanya bukti obat herbal membawa perubahan pada kondisi penderita sakit jantung. Pun juga penjelasan soal obat oral memakan waktu yang lama juga ikut dipotong.
Di video tersebut, Vito juga tidak mempromosikan obat jantung ataupun obat herbal apapun.
Terkait hal ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, juga menginformasikan kepada Tirto bahwa informasi ini adalah hoaks.
Lebih lanjut, Tirto mencoba mencari akun "Dr Daniel Tobing Sp. JP" di platform Instagram. Sayangnya akun tersebut tidak ditemukan. Kami menemukan video berikut dari Eka Hospital yang mewawancarai Dokter Daniel. Di video tersebut, tersemat akun berikut yang diklaim sebagai akun Instagram Daniel Tobing. Akun tersebut memiliki nama yang berbeda dengan video yang tersebar di WhatsApp.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan video yang tersebar di WhatsApp soal obat herbal penyakit jantung bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Video singkat yang tersebar di WhatsApp memotong penjelasan dari Dokter Vito di video aslinya soal tidak adanya bukti bahwa obat herbal membawa perubahan pada kondisi pasien jantung. Pun, di video lengkapnya, Vito tidak mempromosikan obat jantung atau obat herbal apapun.
Pihak Kementerian Kesehatan juga telah membantah informasi dalam video tersebut.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty