Menuju konten utama

Strategi Vivo "Membakar Uang" di Ajang Olahraga dan Piala Dunia

Nama Vivo kian berkibar saat menjadi sponsor resmi Piala Dunia 2018 di Rusia. Apakah strategi itu akan mengangkat brand Vivo?

Strategi Vivo
Smartphone VIVO menjadi sponsor bola Piala dunia 2018 Rusia. FOTO/dok. VIVO

tirto.id - "Sepak bola adalah sebuah olahraga yang penuh semangat dan juga menakjubkan. Sebagai sponsor global untuk Piala Dunia, Vivo berkomitmen untuk menyerap semangat itu, menunjukkan kepada konsumen kami di seluruh dunia tentang brand kami yang penuh kreativitas, menyenangkan, dan memiliki citra internasional."

Ni Xudong, Senior Vice President Vivo dengan bangga menyebut bahwa langkah Vivo mensponsori ajang olahraga terbesar di dunia itu sebagai sebuah capaian besar. Kontrak kerja sama Vivo dan FIFA ini tidak hanya berlaku untuk ajang Piala Dunia 2018, tapi juga akan berlanjut hingga Piala Dunia 2022.

Klaim tersebut ada benarnya. Sebab, besarnya eksposur ajang empat tahunan ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak sorotan pasang mata di penjuru dunia akan tertuju ke Rusia saat Piala Dunia dihelat. Sebagai gambaran, FIFA mencatat sekitar 3,2 miliar orang telah menyaksikan Piala Dunia 2014 di Brazil.

Dalam ajang ini Vivo punya banyak benefit untuk menggencarkan strategi promosi bidang olahraga. Logo Vivo akan ditampilkan di setiap pertandingan lewat papan iklan di lapangan, tiket pertandingan, siaran pers, dan tempat-tempat strategis lainnya.

Vivo juga mendapatkan program pemasaran khusus seperti hak untuk melakukan kegiatan pada sesi pemanasan pemain sebelum pertandingan. Ini berarti nama Vivo akan menjadi sorotan kamera dan orang-orang.

Kemudian, secara bertahap, produsen ponsel pintar asal Cina ini akan memperkenalkan ponsel khusus Piala Dunia. Tidak berhenti sampai situ, sepanjang turnamen seluruh staf FIFA yang bertugas juga akan menggunakan produk ponsel Vivo sebagai ponsel resmi Piala Dunia 2018.

Vivo maupun FIFA hingga kini belum membeberkan nilai kontrak kerja sama ini. Namun, Forbes menyebut Vivo telah menggelontorkan dana sekitar 60 juta Euro atau setara Rp968 miliar untuk menempatkan namanya sebagai sponsor utama. Investasi promosi yang terbilang fantastis ini semata demi menancapkan nama Vivo masyarakat penjuru dunia.

"Nilai investasi yang diturunkan tentunya disesuaikan dengan tingkat keterlibatan kami sebagai sponsor. Fokus kami kini bukan jumlah investasi, namun kesempatan untuk memperkenalkan Vivo kepada audiens global serta transfer makna terkait teknologi, inovasi, dan visi yang kami miliki," kata Brand Manager PT Vivo Mobile Indonesia, Edy Kusuma kepada Tirto.

Menurut Edy, langkah ini tidak hanya dapat meningkatkan kesadaran terhadap merek Vivo, tapi juga kredibilitas merek untuk tampil di ajang internasional. Vivo juga ingin merambah pasar baru ke sejumlah negara di Eropa, salah satunya adalah Rusia, tempat Piala Dunia 2018 akan digelar.

Saat melakukan promosi, Vivo yang baru berdiri delapan tahun ini memang kerap menggelontorkan investasi yang tidak sedikit. Tidak hanya dalam ajang olahraga, tapi juga ketika meluncurkan produk terbarunya.

Di Indonesia, beberapa bulan lalu Vivo juga pernah menggelar acara secara jorjoran ketika meluncurkan produk terbarunya, Vivo V7+. Vivo menggandeng sembilan stasiun TV untuk menayangkan acara peluncuran tersebut. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh sejumlah artis ternama yang dijadikan brand ambassador seperti Agnes Mo, Afgan, Pevita Pearce, Prilly Latuconsina, Nidji, dan lainnya.

"Kenapa kita harus berkolaborasi dengan sembilan media, kenapa kita harus bekerja sama dengan product ambassador, tujuannya memang satu, untuk menjadi produk yang bisa menguasai market Indonesia," kata Product Manager PT Vivo Mobile Indonesia, Irfan Alvianto seperti dikutip Antara.

infografik strategi pemasaran vivo

Gencar Bidik Pemasaran Segmen Olahraga

Ajang Piala Dunia 2018, bukan kali pertama Vivo melakukan promosi dalam perhelatan olahraga. Vivo memulai strategi sport marketing sejak 2015, kala itu mereka menjadi sponsor utama liga kriket India (India Premiere League). Setahun berselang, Vivo pun mensponsori Piala Suzuki AFF dan menjadi mitra pemasaran turnamen NBA di Cina. Nampaknya, langkah tersebut cukup membuahkan hasil.

Sebab, pada kuartal I-2016 Vivo berhasil masuk lima besar merek ponsel pintar dengan pangsa pasar terbesar menurut laporan internasional data corporation (IDC). Sayangnya tren tersebut hanya bertahan sampai awal 2017. Pada kuartal II-2017, tak ada lagi nama Vivo di urutan lima besar. Posisi lima besar diisi oleh Samsung, Apple, Huawei, OPPO, dan Xiaomi yang mampu menggeser Vivo.

Edy mengatakan, jurus sport marketing sudah sejalan dengan fokus komunikasi perusahaan, yakni bagaimana Vivo dapat lebih dikenal masyarakat dunia. Vivo juga ingin mendapat pengakuan internasional bukan hanya sebagai merek smartphone, tapi juga bagian dari gaya hidup, termasuk olahraga.

Keseriusan mengejar pengakuan itu bisa dilihat dari apa yang sudah dilakukan mereka di India. Sebelum meneken kontrak dengan FIFA, pada 2017 Vivo juga telah memperpanjang kontrak liga kriket India sampai dengan 2022 mendatang. Nama Vivo juga diresmikan sebagai sponsor utama olahraga Kabaddi dengan tajuk turnamen Vivo Pro Kabaddi.

"Kegiatan olahraga menjadi salah satu gelaran dengan jumlah peminat yang sangat besar, termasuk para konsumen setia Vivo dan audiens yang ingin kami jangkau ke depan," kata Edy.

Vivo bukan satu-satunya merek ponsel yang aktif menerapkan strategi sport marketing. Adapun Samsung sudah sejak 2005 menjadi sponsor resmi salah satu klub terkenal liga Inggris- Chelsea.

Setahun berselang Samsung juga mensponsori Olimpiade Penyandang Cacat. Meski tidak sampai setaraf Piala Dunia, tapi posisi Samsung masih cukup kokoh sebagai merek nomor wahid di dunia dengan menguasai sekitar 23,3 persen pangsa pasar ponsel.

Namun, apakah sponsor jorjoran di ajang olahraga bakal konsisten meningkatkan pangsa pasar dan membuat merek Vivo naik kelas? Vivo sudah gencar menerapkan sport marketing di India sejak 2015, di atas kertas pangsa pasar Vivo di India hingga September 2017 memang berada di posisi keempat dari lima besar pangsa pasar ponsel pintar yang ada di India. Capaian ini sangat positif, bila dibandingkan posisi kuartal IV-2016 lalu, Vivo masih bertengger di posisi kelima.

Sport marketing ala Vivo masih harus dihadapkan dengan strategi hunger marketing yang digunakan Xiaomi. Sebuah cara satu merek tertentu menjual produknya dengan murah dan terbatas. Xiaomi mampu bertengger di posisi kedua dengan penguasaan pasar sebanyak 23,5 persen di India.

Vivo dengan sponsor Piala Dunia ingin menunjukkan merek secara luas ke pelosok dunia olahraga, dengan lebih dahulu "membakar uang" sebagai cara untuk jadi pemenang yang masih kembali butuh pembuktian.

Baca juga artikel terkait VIVO atau tulisan lainnya dari Dano Akbar M Daeng

tirto.id - Marketing
Reporter: Dano Akbar M Daeng
Penulis: Dano Akbar M Daeng
Editor: Suhendra