Menuju konten utama
Piala Dunia 2018

Strategi Super Agresif Brasil dan Trivot sebagai Penyeimbang

Brasil punya banyak opsi formasi bermain untuk mengantisipasi berbagai situasi yang akan dihadapi di Piala Dunia 2018.

Strategi Super Agresif Brasil dan Trivot sebagai Penyeimbang
Ilustrasi taktik Brazil di World Cup 2018. FOTO/Wikipedia

tirto.id - Brasil datang ke Piala Dunia 2018 dengan dendam membara. Pada edisi sebelumnya, saat mereka menjadi tuan rumah, Brasil secara tragis dipermak Jerman di semifinal. Di depan publik sendiri yang memadati stadion Mineirão, tuan rumah dipaksa menelan tujuh gol dari Die Mannschaft (lima gol bahkan dicetak dalam tempo 29 menit) dan hanya mampu membalas satu gol lewat Oscar. Itulah penampilan terburuk Brasil sepanjang sejarah sepakbola mereka.

Banyak asumsi yang berkembang setelah kekalahan tersebut. Sebagian besar mengatakan bahwa Jerman kala itu memang berada di level yang berbeda, tidak hanya dengan Brasil, tetapi juga seluruh peserta turnamen, karena mereka melakukan pendekatan lewat teknologi. Sementara suara lain menyebutkan, Brasil kalah karena ketiadaan dua pilar utama mereka: Thiago Silva dan Neymar.

Kini banyak hal telah berubah dalam tim Brasil. Mereka bahkan menjadi negara pertama yang lolos ke putaran final Piala Dunia 2018. Hal itu dipastikan setelah pasukan Tite tersebut meraih kemenangan 3-0 atas Paraguay di Arena Corinthians berkat lesakan Philippe Coutinho, Neymar, dan Marcelo.

Sementara berdasarkan prediksi Opta, Brasil juga menjadi negara terfavorit untuk memenangkan Piala Dunia 2018. Mereka mendulang probabilitas 14,2%, diikuti Jerman dengan 11,4%, Argentina 10,9%, Prancis 10,5%, lalu Spanyol yang berada di tempat kelima sebesar 9,3%.

4-3-4 dan Trivot Andalan Tite

Di bawah arahan Adenor Leonardo Bacchi, biasa dipanggil Tite, Brasil kerap memainkan 4-3-3 sejajar yang berubah menjadi 4-3-2-1 (4-5-1) kala bertahan. Formasi ini dirasa ideal untuk mengakomodir skuat yang ada sekaligus memberi stabilitas permainan. Adapun kemungkinan starting XI-nya antara lain: (GK) Allison; (CB) Silva - Joao Miranda; (LB) Marcelo; (RB) Danilo; (CMF) Casemiro - Fernandinho - Paulinho; (FW) Neymar - Jesus - Philipe Coutinho.

Catatan khusus Tite ada di sisi kiri, mengingat sektor inilah yang menjadi titik kelemahan, namun juga keunggulan Brasil. Duet Marcelo dan Neymar di sisi kiri Brasil memang memukau, namun keasyikan mereka dalam menyerang membuat lini pertahanan jadi sering menganga. Sebagai pencegahannya, Tite memplot tiga gelandang tengah (trivot) untuk bermain lebih dalam saat bertahan.

Saat mengalahkan Jerman 1-0 dalam laga persahabatan akhir Maret lalu, formasi 4-3-2-1 tersebut memperlihatkan hasil cemerlang bagi Brasil. Selain menang berkat gol tunggal Jesus (menit 37), sistem yang dibentuk Tite sukses meredam taktik Joachim Loew yang bermain menggunakan 4-2-3-1 dengan pendekatan intermediate block dan zonal marking.

Kala itu, Tite memainkan trivot andalannya (Casemiro - Fernandinho - Paulinho), yang diapit dua attacking winger, Willian dan Coutinho. Sementara di sektor bek sayap, Tite memasang dua pemain berpengalaman, Dani Alves dan Marcelo. Adapun dua bek tengah ada Silva dan Miranda, dengan Allison sebagai penjaga gawang.

Jerman yang bermain high pressing dengan duet jangkar pengatur tempo, Toni Kroos dan Ilkay Gundogan, beberapa kali sering kehilangan bola ketika masuk ke wilayah sepertiga lapangan penyerangan Brasil (attacking third). Kendati demikian, Jerman tetap unggul dalam penguasaan bola 59% berbanding 41%.

Transisi pertahanan yang digalang trivot Casemiro - Fernandinho - Paulinho berlangsung dengan cermat. Ketika Jerman bermain lewat sayap, baik Paulinho maupun Fernandinho yang berperan sebagai ball winning defender akan bergeser ke sektor kiri dan kanan untuk merebut bola. Di tengah, Casemiro menjalani tugasnya sebagai anchor man dengan apik di depan kotak penalti Brasil.

Di sisi sayap, Coutinho dan Willian juga bermain lugas saat bertahan maupun penyerang, dan sukses meredam agresifitas Leon Goretzka dan Leroy Sane yang notabene merupakan pemain-pemain dengan kemampuan akselerasi tinggi.

4-3-3 dengan pendekatan lain juga beberapa kali dilakukan Tite, salah satunya ketika melankoni laga persahabatan kontra Austria yang berakhir dengan skor 3-0 untuk kemenangan Brasil. Dalam laga yang digelar di stadion Ernst Happel tersebut, Tite memasang Coutinho sebagai bagian dari trivot lini tengah, namun dengan peran sebagai playmaker.

Taktik ini bakal efektif jika Brasil bertemu lawan yang memungkinkan mereka untuk memainkan ball possesion. Terbukti anak asuh Tite begitu mendominasi jalannya pertandingan dengan penguasaan bola sebesar 65% dan 16 tembakan (10 tepat sasaran).

Kuartet penyerang dan Beberapa Formasi Alternatif

Pada edisi Piala Dunia 2014, pelatih Luiz Felipe Scolari hanya membawa tiga striker dalam skuat Brasil: Hulk, Neymar, Fred. Praktis hanya Fred yang berperan sebagai striker murni nomor 9. Kini Tite memiliki kuartet penyerang yang memiliki kualitas individu kelas dunia dalam diri Neymar, Roberto Firmino, Jesus, dan Coutinho/Willian.

Untuk mengakomodir seluruh penyerangnya tersebut, Tite dapat menggunakan formasi alternatif 4-2-4 atau 4-4-2 saat bertahan. Neymar dan Countinho berada di sisi sayap kiri dan kanan, sementara di depan Jesus dapat berduet dengan Firminho. Formasi super ofensif ini dapat dimainkan jika Brasil tengah dalam kondisi mengejar gol. Namun tentu saja terdapat risiko besar memainkannya mengingat hanya ada dua pivot yang berada di tengah.

Formasi alternatif lain yang dapat digunakan Tite adalah 3-3-1-3. Dengan pendekatan super ofensif juga, Brasil lebih dapat memiliki stabilitas melalui formasi ini. Tiga bek tengah akan diisi Silva, Marquinhos, dan Miranda. Di tengah, trivot Casemiro - Fernandinho - Paulinho, lalu Coutinho sebagai playmaker. Sementara tiga penyerang lain dapat diisi Neymar, Jesus, Willian/Firmino.

Infografik Peluang brazil

Tite dapat menggunakan taktik ball possesion seperti yang dilakukan Pep Guardiola (baik saat menangani Barcelona, Bayern Munich, maupun Manchester City, yang beberapa kali pula memakai 3-3-1-3) . Terkait hal ini, build up permainan mesti dimulai dari penjaga gawang. Beruntung, Brasil memilki Ederson Moraes yang memiliki footwork ciamik, serta juga dilatih oleh Pep di Manchester City. Selain Neuer, dapat dikatakan Ederson-lah kiper dengan kemampuan footwork terbaik saat ini di dunia.

Pemain Brasil lain yang juga dilatih Pep di City, Jesus, pun mengatakan bahwa kedua pelatih tersebut memiliki beberapa kemiripan. Ia mengatakan: “Saya tidak melihat banyak perbedaan antara Pep dan Tite. Keduanya seperti berada di lapangan yang sama, kerap mengajukan pertanyaan mengenai taktik, mentransfer banyak intensitas ke tim, memikirkan bentuk permainan, dan bagaimana kita menekan (lawan)."

Hanya saja, dengan memakai formasi 3-3-1-3 tersebut, Tite harus mencadangkan kedua bek sayapnya. Opsi tersebut dirasa nyaris tak mungkin mengingat ia memiliki bek kiri terbaik dunia dalam diri Marcelo. Terlebih turnamen Piala Dunia bukan tempat yang pas bagi pelatih untuk coba-coba formasi.

Pep sempat mengomentari (sekaligus menyindir) keberuntungan Tite karena memiliki Jesus dan Firmino di tim Brasil. Sebagai catatan, musim ini Jesus mencetak 17 gol dalam seluruh kompetisi bersama City, sedangkan Firmino mencetak 27 gol sekaligus turut membawa Liverpool menuju final Liga Champions.

"Beruntung bagi Brasil bahwa mereka memiliki dua striker luar biasa. Gabriel memiliki energi, hasrat yang tinggi, pergerakannya... Saya pikir ini akan cocok seiring dengan bertambahnya usia. Firmino lebih tua, sudah bermain di tempat lain," kata Pep seperti dilansir Reuters.

"Saya bisa membayangkan seperti apa Brasil di Piala Dunia pada level media. Jika Anda memainkan salah satu (pemain), Anda harus memainkan yang lainnya, jika Anda memainkan yang lain, Anda harus memainkan yang satunya. Ini adalah diskusi tanpa akhir. Itu masalah Tite, bukan masalah saya. Tapi ini perdebatan (serius)."

Terlepas dari keunggulan dan kelemahan dimiliki, Brasil jelas memiliki peluang amat besar untuk meraih gelar kampiun dalam Piala Dunia 2018. Um, tapi bukankah Brasil memang selalu jadi unggulan?

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Olahraga
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Zen RS