Menuju konten utama

Status Gunung Merapi Terkini, Beda Awan Panas Letusan & Guguran

Masyarakat sekitar Gunung Merapi menyebut awan panas dengan istilah "wedhus gembel".

Status Gunung Merapi Terkini, Beda Awan Panas Letusan & Guguran
Terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi tanggal 7 Januari 2021 pukul 08.02 WIB. Twitter/BPPTKG

tirto.id - Gunung Merapi dilaporkan mengalami guguran awan panas untuk pertama kalinya di fase awal erupsi Kamis (7/1/2021) pukul 08.02 WIB. Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimal 28 mm, durasi 154 detik dan tinggi kolom 200 meter.

Setelah itu pada Kamis (7/1/2021) pukul 12.50 WIB, guguran awan panas kembali tercatat pada seismograf dengan amplitudo 21 milimeter dan durasi 139 detik.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan guguran awan panas mengarah ke Kali Krasak dengan ketinggian 200 meter. Namun, karena kabut jarak guguran awan panas tersebut tidak teramati.

Namun, hingga saat ini status Gunung Merapi masih Siaga atau Level III. Hal ini karena awan panas tersebut terjadi dalam radius kurang dari 5 kilometer dari puncak, sehingga masih masuk dalam kategori aman.

"Sekali lagi saya ingatkan. Status aktivitas Gunungapi itu dasarnya adalah penilaian terhadap ancaman penduduk. Ini kan kita sudah memberikan rekomendasi assesment bahayanya potensi saat ini kan sejauh 5 kilometer. Itu masih aman. Sampai saat ini potensi bahaya belum lebih dari 5 kilometer," jelas Hanik.

Apa itu awan panas?

Awan panas atau pyroclastic density flow merupakan materi vulkanik khas Gunung Merapi. Masyarakat sekitar Gunung Merapi menyebut awan panas dengan istilah "wedhus gembel" karena bentuknya yang menggumpal menyerupai domba (wedhus).

Mengutip laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), awan panas tersusun atas zat padat seperti debu vulkanik, dan gas seperti karbon dioksida, sulfur, klorin, uap air, dan lainnya yang bercampur dengan udara.

Suhu wedhus gembel sangat tinggi, yakni sekitar 1.000°C sampai 1.100°C saat keluar kawah, dan sekitar 500°C hingga 600°C saat menerjang pemukiman disekitarnya.

Gerakan awan panas Gunung Merapi juga cenderung masif, yaitu tercatat mampu mencapai ketinggian 7 hingga 13 kilometer dari puncak dan dapat meluncur dengan kecepatan 200 kilometer per jam.

Apa Beda Awan Panas Letusan dan Awan Panas Guguran

Awan panas di Gunung Merapi terbagi menjadi dua jenis, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Museum Gunung Merapi (MGM), Sleman menyebutkan bahwa keduanya dibedakan dari penyebabnya.

Awan panas letusan terjadi akibat adanya hancuran magma pada suatu letusan yang menyebabkan partikel-partikel terlempar secara vertikal dan horizontal. Kekuatan penghancuran magma ini ditentukan oleh kandungan gas vulkanik dalam magma ketika terjadi letusan.

Sementara awan panas guguran terjadi karena adanya longsoran kubah lava bersuhu 500 sampai 600°C akibat tekanan magma dan pengaruh gravitasi. Hujan, letusan kecil, dan dorongan dari pipa magma memengaruhi kestabilan kubah yang memicu terjadinya longsor.

Gunung Merapi, ketika mengalami peningkatan aktivitas, sering memunculkan awan panas letusan dan awan panas guguran. Namun, awan panas guguran menjadi yang paling umum terjadi di Gunung Merapi.

Hal ini dipicu karena terdapat banyak kubah lava yang menjadi bagian dari morfologi Gunung Merapi. Hal ini meningkatkan risiko longsor di tiap-tiap kubah lava, meski kubah lava yang lama terbentuk cenderung lebih stabil daripada kubah lava yang baru terbentuk.

Kondisi dan status Gunung Merapi terkini

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menginformasikan, berdasar hasil pengamatan Jumat (08/01/2021) pukul 00:00-06:00 WIB terjadi guguran lava pijar sebanyak empat kali dengan jarak luncur maksimum 800 meter ke Kali Krasak.

Selain itu terdengar pula suara guguran sebanyak dua kali dengan intensitas sedang. Asap kawah juga teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

Sementara itu, pada periode pengamatan Jumat (08/01/2021) pukul 06:00-12:00 teramati adanya asap kawah berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 m di atas puncak kawah.

Selain itu terjadi juga lima kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 800 meter.

Periode pengamatan

08-01-2021 pukul 00:00-06:00 WIB

Gunung Merapi

Merapi (2968 mdpl),

Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten,

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah

Meteorologi

Cuaca cerah. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur. Suhu udara 14-21 °C, kelembaban udara 625-686 %, dan tekanan udara 625-686 mmHg.

Visual

● Gunung jelas. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

● Guguran lava pijar 4 kali dengan jarak luncur maksimum 800 meter ke Kali Krasak dan ada suara guguran 2 kali dengan intensitas sedang.

Kegempaan

■ Guguran

(Jumlah : 29, Amplitudo : 3-24 mm, Durasi : 21.2-113 detik)

■ Hembusan

(Jumlah : 11, Amplitudo : 3-23 mm, Durasi : 9.3-28.5 detik)

■ Hybrid/Fase Banyak

(Jumlah : 49, Amplitudo : 3-12 mm, S-P : 0.3-0.4 detik, Durasi : 5-8 detik)

■ Vulkanik Dangkal

(Jumlah : 14, Amplitudo : 35-75 mm, Durasi : 12.2-27.2 detik)

■ Tektonik Jauh

(Jumlah : 1, Amplitudo : 8 mm, S-P : tidak terbaca, Durasi : 86.8 detik)

Periode pengamatan

08-01-2021 06:00-12:00 WIB

Gunung Merapi

Merapi (2968 mdpl),

Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten,

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah

Meteorologi

Cuaca cerah, berawan, dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah timur. Suhu udara 21-28.2 °C, kelembaban udara 64-76 %, dan tekanan udara 624.9-687 mmHg.

Visual

● Gunung jelas, kabut 0-II, hingga kabut 0-III. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 m di atas puncak kawah.

● Guguran lava 5 kali dengan jarak luncur maksimum 800 meter.

Kegempaan

■ Guguran

(Jumlah : 31, Amplitudo : 4-28 mm, Durasi : 13.5-111.5 detik)

■ Hembusan

(Jumlah : 5, Amplitudo : 3-4 mm, Durasi : 13.2-15 detik)

■ Hybrid/Fase Banyak

(Jumlah : 50, Amplitudo : 3-28 mm, S-P : 0.3-0.5 detik, Durasi : 4.7-11.2 detik)

■ Vulkanik Dangkal

(Jumlah : 13, Amplitudo : 35-75 mm, Durasi : 12.4-35.4 detik)

■ Tektonik Jauh

(Jumlah : 1, Amplitudo : 3 mm, S-P : tidak terbaca, Durasi : 110.6 detik)

Baca juga artikel terkait GUNUNG MERAPI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari