Menuju konten utama

Sri Mulyani Ungkap Penyebab APBN Mei 2024 Defisit Rp21,8 T

Sri Mulyani menjelaskan angka keseimbangan primer masih membukukan kinerja positif atau surplus Rp184,2 triliun.

Sri Mulyani Ungkap Penyebab APBN Mei 2024 Defisit Rp21,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pandangannya saat High Level Panel sesi ke-16 World Water Forum ke-10 2024 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (21/5/2024). ANTARA FOTO/Media Center World Water Forum 2024/Maulana Surya/pras.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp21,8 triliun. Dengan rincian pendapatan negara Rp1.123,5 triliun dan belanja negara sebesar Rp1.145,3 triliun.

Dari catatan pada Mei 2024 tersebut, APBN telah persentase pertumbuhan pendapatan negara telah merosot hingga 7,1 persen year-on-year (yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu serta lebih rendah juga dengan posisi pada 2022.

Sri Mulyani menjelaskan, penurunan pendapatan negara yang menyebabkan defisit APBN bulan ini karena pencapaian sebelumnya pada 2022 didorong oleh kenaikan harga berbagai komoditas sehingga menaikkan pendapatan negara dari pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

"Kalau kita lihat pertumbuhan dibandingkan tahun lalu bulan Mei terjadi penurunan 7,1 persen yoy. Ini seperti diingat 2023 dan 2022, di mana kenaikan harga terutama pada 2022 dari komoditas-komoditas itu luar biasa tinggi sehingga membukukan penerimaan dari sisi perpajakan maupun PNBP yang cukup tinggi," ungkap Sri Mulyani dalam paparan APBN KiTA, Kamis (27/6/2024).

Sri Mulyani menjelaskan kondisi tersebut menjadi suatu perlu dimonitor dan diwaspadai karena angka Rp1.145,3 triliun belanja negara hingga Mei 2024 sudah mencapai 34,4 persen dari pagu 2024.

Sementara itu, Sri Mulyani menjelaskan angka keseimbangan primer masih membukukan kinerja positif atau surplus Rp184,2 triliun.

Selain sisi komoditas yang menjadi sorotan , defisit pada Mei 2024 juga diukur dari sisi persentase terhadap titik-titik di lingkungan ekonomi global dan nasional. Kondisi tersebut mempengaruhi kinerja dan membuat APBN bekerja keras untuk terus melaksanakan fungsi alokasi stabilisasi dan distribusi untuk menjaga masyarakat dan perekonomian negara.

"Kita dari sisi global eskalasi konflik antarnegara masih terus meningkat atau bahkan meningkat dari bulan ke bulan. Ini karena perang di Ukraina, krisis di Timur Tengah dan juga persaingan antara Amerika Serikat dengan Cina terus menciptakan momentum ketegangan," ujar Sri Mulyani.

Siklus pemilihan umum di berbagai negara juga membuat perekonomian global sedang difokuskan ke negara masing-masing sehingga menciptakan perputaran perekonomian yang cenderung menurun.

Baca juga artikel terkait APBN KITA atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin