Menuju konten utama

Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan RI Aman di Tengah Tekanan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didukung oleh konsumsi masyarakat rumah tangga, investasi serta dukungan belanja pemerintah.

Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan RI Aman di Tengah Tekanan
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara (kanan) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (26/8/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengklaim stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal. Hal ini tercermin dari beberapa indikator perekonomian dalam negeri yang masih menunjukkan tren cukup baik.

"Stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat perang di Ukraina," katanya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 , Rabu (13/4/2022).

Sri Mulyani mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia tetap terjaga terutama di topang dengan meredanya COVID-19. Diikuti dengan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat yang semakin mendorong perekonomian dalam negeri.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didukung oleh konsumsi masyarakat rumah tangga, investasi serta dukungan belanja pemerintah," ujarnya.

Dia menyampaikan, sejumlah indikator ekonomi hingga awal Maret juga tercatat baik, seperti halnya indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, penjualan kendaraan bermotor, hingga konsumsi listrik masyarakat.

Sementara dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan pada Februari berada dalam posisi baik, yakni meningkat capai 3,83 miliar dolar AS. Dan ini didukung kenaikan surplus neraca perdagangan non-migas terutama meningkatnya harga komoditas global seperti batu bara, besi, baja, dan CPO.

Untuk cadangan devisa, lanjut Sri Mulyani, hingga Maret 2022 berada pada tingkat tinggi mencapai 139,1 miliar dolar AS. Nilai ini setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah

"Ini lebih dua kali lipat dari standar kecukupan internasional," imbuhnya.

Dia menambahkan, Nilai Tukar Rupiah (NTP) tetap terjaga di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global. NTP pada triwulan I mengalami depresiasi 0,33 persen secara rata rata dibandingkan posisi akhir 2021.

Meski demikian, depresiasi rupiah tersebut lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Misalnya saja untuk mata uang ringgit Malaysia terdepresiasi 1,15 persen secara year to date (ytd), India depresiasi 1,72 persen, Thailand 3,15 persen ytd.

Kemudian untuk inflasi, hingga Maret terkendali 2,64 persen secara year on year. Hal ini didukung oleh masih cukup terkendali dari sisi penawaran di dalam respon kenaikan permintaan.

Meskipun demikian, kata Sri Mulyani sejumlah risiko perlambatan berasal dari kondisi global berpotensi pengaruhi inflasi dan kinerja perekonomian dalam negeri. Oleh karena itu, KSSK tetap mewaspadai dan memantau stabilitas sistem keuangan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.

"KSSK akan terus perkuat koordinasi pemantauan bersama termasuk di dalam rumuskan respon kebijakan bersinergi di dalam menjaga pemulihan ekonomi nasional dalam menghadapi dinamika kondisi global tinggi," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait MENKEU SRI MULYANI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Fahreza Rizky