Menuju konten utama

Sosok Kunci atas Kesuksesan Arsenal di Bursa Transfer

Keberhasilan Arsenal merekrut enam pemain penting dengan anggaran terbatas tidak lepas dari 'peran di balik layar' segelintir orang.

Sosok Kunci atas Kesuksesan Arsenal di Bursa Transfer
Para pemain Arsenal merayakan gol setelah pemain Arsenal Pierre-Emerick Aubameyang mencetak gol kedua timnya selama pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris antara Arsenal dan Manchester United di Stadion Emirates di London, Minggu, 10 Maret 2019. Tim Irlandia/AP

tirto.id - Arsenal menciptakan kejutan di bursa transfer musim panas ini. Walau di awal cuma mematok anggaran maksimal 45 juta paun, Meriam London berhasil melakukan beberapa pembelian sensasional. Nicolas Pepe (Lille), Dani Ceballos (Real Madrid), David Luiz (Chelsea), Gabriel Martinelli (Ituano FC), William Salliba (Saint-Etienne), sampai Kieran Tierney (Celtic) mampu mereka gaet.

Semua tidak lepas dari peran Direktur Sepakbola Arsenal, Raul Sanllehi. Dalam kasus transfer Nicolas Pepe misal, Sanllehi memasukkan skema cicilan pembayaran lima musim untuk meringankan beban Meriam London. Alhasil, meski dibanderol 72 juta paun, di awal Arsenal cuma perlu membayarkan cicilan 20 juta paun kepada pihak Lille.

Kasus serupa terjadi dalam transfer William Saliba dan Gabriel Martinelli. Menurut hitung-hitungan Forbes, dengan skema pembayaran lima tahun, Arsenal cukup merogoh kocek 4 juta paun untuk Saliba (dari harga total 27 paun) serta 1,1 juta paun untuk Martinelli (dari harga total 5,5 juta paun).

Apa yang dilakukan Sanllehi sebenarnya bukan hal baru. Menurut jurnalis keuangan Forbes, Bobby McMahon, fenomena seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari dalam olahraga Inggris sejak abad ke-19.

“Di AS fenomena seperti ini biasa disebut installment plan (cicilan), sementara orang Inggris mengenalnya dengan sebutan hire purchase (biaya perekrutan). Esensi dari pendekatan ini seperti halnya kredit, menempatkan calon pembeli masuk ke dalam kontrak yang mengharuskan mereka membayar uang muka bersama pembayaran tambahan selama waktu yang ditentukan,” tulis McMahon.

Kendati demikian, menurut McMahon Sanllehi pantas diacungi jempol karena bisa mempertahankan strategi tersebut di tahun 2019, masa ketika panggung EPL makin glamor dan dipenuhi transfer pemain tak masuk akal.

Peran Baru Sejak Gazidia Pergi

Sanllehi sebenarnya bukan orang baru di Emirates Stadium. Menurut laman resmi klub, dia sudah bergabung ke Arsenal sejak Februari 2018. Saat itu Sanllehi baru menjabat sebagai Head of Football relations (Kepala Hubungan Sepakbola), bukan Director of Football (Direktur Sepakbola).

Perbedaan kedua jabatan ini sebenarnya masih jadi perdebatan. Sebagian menganggapnya sama, namun ada yang menilai Kepala Hubungan Sepakbola memiliki wewenang lebih sempit ketimbang Direktur Sepakbola.

Menurut penjelasan versi Planet Football, dalam hierarki Arsenal sejak tahun terakhir Wenger, Kepala Hubungan Sepakbola cuma memiliki wewenang menyelesaikan negosiasi yang diinginkan Head of Recruitment (Kepala Rekrutmen) dengan seorang calon pemain. Saat Sanllehi tiba, jabatan Kepala Rekrutmen sendiri diduduki oleh Mislintat. (Mislintat kemudian hengkang beberapa bulan setelah Sanllehi tiba)

Menurut arsip surat kabar Evening Standard, baru pada 31 Oktober 2018 Sanllehi mengalami perubahan jabatan secara formal. Perubahan ini berawal dari hengkangnya mantan CEO Arsenal, Ivan Gazidiz ke AC Milan. Saat itu bos Arsenal yang juga putra pemilik saham mayoritas klub, Josh Kroenke memandang Meriam London tak perlu menunjuk seorang CEO baru. Maka, untuk menutup kepergian Gazidiz, Kroenke memecah jabatan CEO menjadi dua pos baru, yakni Managing Director dan Director of Football (direktur sepakbola).

Untuk posisi Managing Director, Kroenke menunjuk mantan Chief Commercial Officer Arsenal, Vinai Venkatesham. Sedangkan sebagai Direktur Sepakbola, Kroenke mempromosikan Sanllehi.

“Kami percaya diri memiliki sosok-sosok hebat dalam diri Raul [Sanllehi] dan Vinai, dan kami tidak sabar bekerja dengan mereka serta pelatih Unai Emery untuk semakin memajukan klub,” tutur Kroenke saat itu.

Keyakinan Kroenke bahwa Sanllehi pantas menduduki jabatan Direktur Sepakbola bukan tanpa dasar. Berdasarkan rekam jejaknya, Sanllehi merupakan sosok kenyang pengalaman untuk jabatan tersebut.

Sebelum di Arsenal, Sanllehi merupakan Direktur Sepakbola di klub raksasa Spanyol, Barcelona. Bersama klub yang bermarkas di Camp Nou tersebut, Sanllehi sukses menuntaskan beberapa transfer penting. Sebut saja perekrutan Alexis Sanchez dari Udinese (2011), Luis Suarez dari Liverpool (2011), sampai Neymar dari Santos (2013).

Orang-Orang Penting Lain

Namun Sanllehi bukan cuma punya rekam jejak positif. Riwayat buruknya pun tak sedikit. Menurut laporan Metro, Sanllehi bahkan didepak dari Barcelona karena kegagalan merekrut pemain incaran Blaugrana, Jean Michael Serri (Nice) serta tak mampu mempertahankan Neymar dari kejaran PSG.

Untuk itu Kroenke mengambil langkah antisipasi dengan restrukturisasi lain. Tepatnya pada 11 Januari 2019, Kroenke membikin satu pos lain, yakni loan manager (manajer peminjaman pemain) dalam struktur tim Arsenal.

Loan manager sebenarnya bukan jabatan asing. Bournemouth dan Chelsea, dua klub EPL lain merupakan contoh tim yang sudah memiliki loan manager sebelum Arsenal.

Tugas pokok loan manager adalah memantau pemain yang dipinjamkan ke klub lain, membantu pelatih menyortir pemain yang akan dipinjamkan ke klub lain, serta membantu pemandu bakat melakukan scouting terhadap pemain dari klub lain yang bisa dipinjam. Ben Knapper, seorang analis sepakbola yang ditunjuk sebagai loan manager pertama Arsenal, melakukan tugas-tugas pokok itu dengan ciamik.

Musim panas ini misal, dia berhasil mengirim pemain muda Arsenal, Eddie Nketiah untuk dipinjamkan ke Leeds United. Keputusan ini merupakan pilihan jitu karena di Leeds, Eddie akan mendapat kesempatan belajar dari pelatih senior Marcelo Bielsa. Kesuksesan Arsenal memulangkan pemain bintang, Reiss Nelson dari Hoffenheim dan perekrutan Dani Ceballos juga tidak bisa dilepaskan dari peran Knapper.

Kemudian selain Knapper, satu sosok tidak kalah penting dalam restrukturisasi Arsenal adalah Edu Gaspar. Pria kelahiran Brazil yang juga mantan gelandang Arsenal ini ditunjuk sebagai Direktur Teknik baru Arsenal per Juli 2019. Sebelumnya Edu pernah jadi Direktur Teknik di Corinthians dan Timnas Brazil.

Baru sebulan hadir, Edu langsung menampilkan peran vitalnya. Tidak cuma membantu Unai Emery menjembatani pemain Arsenal dengan manajemen, Edu juga menjadi penyokong penting bagi Sanllehi di bursa transfer.

Salah satu bantuan penting yang diberikan Edu kepada Sanllehi adalah perekrutan Gabriel Martinelli dari Ituano FC. Manajer Ituano, Vinicius, menyebut transfer Martinelli tak akan mungkin terjadi jika bukan karena pengaruh Edu.

“Edu berperan penting dalam transfer Martinelli. Dia memahami jalan yang bisa membawa Arsenal ke kemenangan, yang artinya dia bisa membantu Martinelli beradaptasi secepat mungkin dengan gaya sepakbola Arsenal,” tutur Vinicius.

Sanllehi, dalam sebuah wawancara dengan Tribuna bulan Juli lalu mengamini pendapat Vinicius. Dia menyebut Edu adalah kepingan terakhir yang dibutuhkan Arsenal untuk mencapai kesuksesan, termasuk di bursa transfer.

“Kedatangannya menjadi kepingan terakhir sekaligus terpenting dalam perkembangan infrastruktur dan tim yang bisa membawa kami ke kemajuan,” kata Sanllehi.

Kini bursa transfer EPL telah resmi ditutup. Edu, Knapper, hingga Sanllehi telah melakukan pekerjaan mereka dengan maksimal. Namun tugas belum selesai. Kompetisi yang sesungguhnya baru akan dimulai dan ketiganya masih punya tanggung jawab besar: mendampingi Unai Emery, setidaknya sampai musim 2019/2020 berakhir.

Baca juga artikel terkait BURSA TRANSFER PEMAIN atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Abdul Aziz