tirto.id - Manchester United masih tertinggal 0-1 dari Bayern Muenchen di laga final Liga Champions 1998-1999. Saat turun minum, Sir Alex Ferguson mulai berbincang-bincang dengan Teddy Sheringham, penyerang cadangan United. Ole Gunnar Solskjaer, penyerang cadangan United lainnya, marah. Kala itu penyerang asal Norwegia itu merasa tak dianggap.
“Aku telah menciptakan 17 gol untuk Anda musim ini – apakah Anda tidak ingin berbicara denganku?” batin Solskjaer kala itu.
Pada menit ke-67, Sheringham lantas masuk ke dalam lapangan menggantikan Jesper Blomqvist, sayap kiri United yang mati kutu menghadapi rapatnya lini pertahanan Bayern. Sementara keringat Sheringham mulai menetes, Sir Alex masih belum mau melirik Solskjaer -- apalagi berbicara dengannya. Solskjaer pun semakin marah. Namun, sebelum amarah Solskjaer meledak di bangku cadangan, Ferguson kemudian memainkannya pada menit ke-81.
Berbekal amarah itu, Solskjaer langsung bermain dengan gigi empat. Sekitar dua menit setelah Sheringham mencetak gol penyeimbang, tepatnya pada menit 90 lebih 3 menit, tendangan sudut David Beckham berhasil dibelokkan sundulan kepala Sheringham. Bola mengarah ke Solskjaer yang berdiri persis di depan gawang Bayern Muenchen. Tanpa ampun, Solskjaer lalu menendang bola itu ke arah gawang Bayern.
Oliver Khan, kiper Bayern, kaget dan tidak bereaksi. Gawang Bayern bergetar: Manchester United 2, Bayern Muenchen 1. Skor tak berubah hingga pertandingan bubar. Solskjaer pun menjadi pahlawan kemenangan Setan Merah.
Kelak, dalam wawancaranya dengan FourFourTwo, Solskjaer merasa terharu saat mengingat gol itu. Ia lantas mengungkapkan alasan mengapa Ferguson tidak berbicara dengannya di sepanjang pertandingan. Menurut mantan pemain timnas Norwegia ini, itu adalah cara Ferguson dalam memberikan motivasi, untuk mendorongnya membuktikan diri. Dan pada akhirnya amarah Solskjaer pun berubah menjadi rasa hormat yang mendalam: Solskjaer memberikan segala kemampuannya untuk Sir Alex Ferguson dalam laga itu.
Sekitar 20 tahun setelah kejadian itu, tepatnya pada 19 Desember 2018 kemarin, Solskjaer dinobatkan sebagai pelatih anyar Manchester United. Sebuah pekerjaan baru yang sulit, mengingat United sedang dalam kondisi berantakan. Namun, Solskjaer melangkah mantap. Ia tahu bahwa, saat ia kesulitan, Sir Alex Ferguson akan selalu menjadi orang pertama yang akan membantunya.
“Aku sudah berbicara dengan Sir Alex Ferguson karena tidak ada siapa pun yang bisa memberikan nasihat lebih baik,” tutur Solskjaer, beberapa hari setelah resmi menjadi pelatih anyar United.
Serang, Serang, Serang!
Dalam tulisan Matt Dickinson di The Times, Brede Hegeland, mantan rekan Solskjaer di timnas Norwegia, menjelaskan bahwa Sir Alex Ferguson adalah inspirasi utama Solskjaer sebagai pelatih.
“Solskjaer selalu membicarakan Sir Alex seolah-olah ia masih menjadi bosnya, ia menceritakan hari-harinya [bersama Sir Alex] setiap waktu dan dia melakukan sesuatu berdasarkan apa yang pernah Sir Alex lakukan.”
Hegelan tidak asal bicara. Setidaknya, saat United bertanding pertama kalinya di bawah asuhan Solskjaer, Setan Merah tampil seperti pada era Ferguson dulu. Meski sudah unggul, United tak berhenti menyerang. Contohnya adalah ketika United membantai Cardiff 1-5.
Statistik juga memberi bukti permainan menyerang United: untuk pertama kalinya sejak ditinggal Ferguson pada tahun 2013 lalu, United berhasil mencetak lima gol di Premier League. Sesuatu hal yang tak bisa dilakukan United di era David Moyes, Louis van Gaal, apalagi Mourinho.
Perbandingan ketajaman lini depan United di bawah asuhan Solskjaer dibanding tim Mourinho tampak bagai bumi dan langit. Dalam lima pertandingan di bawah asuhan Solskjaer, United berhasil mencetak 16 gol -- termasuk saat mengalahkan Reading 2-0 dalam gelaran Piala FA akhir pekan lalu. Sementara itu, di bawah asuhan Mourinho musim ini, mereka membutuhkan sembilan pertandingan hanya untuk mencetak 15 gol di Premier League.
Yang menarik, di bawah asuhan Solskjaer, United sebetulnya tidak selalu bisa melakukan serangan dengan mulus. Saat menghadapi Newcastle United, misalnya. Bermain dengan formasi tiga bek, Newcastle tampil lebih disiplin dan terorganisir. United kesulitan membongkar rapatnya pertahanan Newcastle. Namun, United ternyata mempunyai sebuah cara mencetak gol yang juga seringkali mereka gunakan pada era Ferguson: memanfaatkan serangan balik.
Gol kedua United tercipta dengan cara seperti itu. Newcastle kehilangan bola di daerah pertahanan United. Rashford, Lukaku, dan Sanchez kemudian melakukan kombinasi umpan, menghukum kecerobohan Newcastle, yang membuat Rafael Benitez, pelatih Newcaste berkata ketus usai pertandingan.
“Kami membuat kesalahan untuk gol pertama, dan kebobolan lagi melalui serangan balik yang bisa terjadi ketika Anda menghadapi pemain bagus.”
Pendekatan serangan balik United itu mirip dengan cara United era Ferguson mengalahkan Norwich 1-3 pada musim 92-93 silam. Sebuah kemenangan penting yang membuka keran gelar United di Premier League. Kala itu, United menunggu pemain Norwich maju ke depan lantas menyerang ruang kosong dengan kecepatan yang mengagumkan.
Ferguson barangkali mengajari Solskjaer bahwa serangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan sebuah serangan balik bukan berarti umpan-umpan langsung yang tak tentu juntrungannya.
Faktor Mike Phelan
Mike Phelan adalah orang kepercayaan Fergie. Dia bermain untuk Manchester United dari 1989 hingga 1994. Setelah sempat bermain selama satu musim untuk West Bromwich Albion, ia lantas memutuskan pensiun. Empat tahun setelah itu, tepatnya pada 1999, ia kembali ke United sebagai salah satu staf pelatih. Fergie seringkali meminta pendapatnya, terutama bagaimana cara memperlakukan pemain bintang.
Mike Phelan bertahan di United hingga Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013 lalu. Dia kemudian didepak David Moyes, sekaligus membuat Ferguson bilang bahwa itu adalah kesalahan terbesar Moyes selama berada di United.
Menurut Ferguson, pengetahuan Phelan tentang United seharusnya bisa menjadi pedoman tak ternilai bagi Moyes, yang bisa mengantarnya untuk meraih kejayaan di United. Dari sana, Sir Alex lalu menilai bahwa Moyes mengabaikan Phelan hanya untuk menunjukkan “kejantanannya”.
"Aku yakin, andai Moyes bisa memutar waktu, dia akan melakukan hal yang berbeda (dengan tidak mendepak Moyes)," tutur Ferguson.
Di United sekarang, kepala dingin dan pengetahuan mendalam Phelan tentu akan sangat membantu Solksjaer. Ia tahu betul bagaimana caranya membuat pemain-pemain tetap kompak. Bagi Solskjaer yang belum terbiasa menghadapi ego para pemain bintang, kemampuan Phelan itu akan sangat meringankan beban di pundak.
Bagaimanapun, masih banyak yang harus dikerjakan Solskjaer untuk memperbaiki penampilan United. Dari lini pertahanan yang masih gampang ditembus lawan hingga ujian kala menghadapi tim-tim besar. Dan untuk itu, tentu peran Mike Phelan akan sangat membantu Solskjaer.
Editor: Nuran Wibisono