Menuju konten utama

Socratez Yoman: Damai Natal Papua Tak Hilang dengan Moncong Senjata

Socratez menyebut damai Natal tidak hilang hanya karena moncong senjata TNI dan Polri di seluruh Papua, khususnya di Nduga, Intan Jaya & Puncak.

Socratez Yoman: Damai Natal Papua Tak Hilang dengan Moncong Senjata
Peserta aksi Solidaritas #SaveNduga menyalakan lilin "Biarkan Dorang Natal dengan Damai" di Taman Aspirasi, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat (26/12/18). Aksi ini terkait dengan jatuhnya korban sipil dalam konflik antara TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dalam beberapa minggu lalu. Massa aksi menuntut agar pemerintah membentuk tim investigasi independen, membuka akses jurnalis serta menarik aparat gabungan dari wilayah Nduga. tirto.id/Bhagavad Sambadha

tirto.id - Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua Socratez S Yoman berpendapat damai Natal tidak hilang di Nduga, Intan Jaya dan Puncak lantaran kedamaian itu merupakan kuasa Tuhan dan kekal.

Kedamaian Natal tidak pernah lenyap hanya karena mitos dan stigma yang diproduksi dan dipelihara serta digunakan oleh pemerintah Indonesia dan aparat seperti isu makar maupun separatisme.

“Kuasa damai Natal tidak dihilangkan dengan moncong senjata TNI dan Polri yang berwatak barbar dan kriminal selama ini di seluruh Tanah Papua, lebih khusus di Nduga, Intan Jaya dan Puncak,” ujar dia, Jumat (25/12/2020).

Pada perayaan Natal tahun ini Socratez mengingatkan agar gereja-gereja di Papua harus menghentikan, serta menghapuskan mitos-mitos separatis dan makar yang dilestarikan oleh negara. Mimbar-mimbar gereja Papua dapat menyuarakan kasih, keadilan, kebenaran, kejujuran untuk menyembuhkan luka orang Papua. Menurut dia harus ada penghentian persoalan rasisme, ketidakadilan, kekerasan dan kejahatan kemanusiaan di sana.

“Pelanggaran berat HAM sebagai luka membusuk dan bernanah dalam tubuh bangsa Indonesia,” kata Socratez. Pihak gereja jangan takut dan jangan berpura-pura berada di zona nyaman dengan memanipulasi firman Tuhan untuk menghibur penguasa negara dan aparat yang membantai umat di Tanah Papua. Kuasa damai Natal harus memperbaiki kekeliruan yang dilakukan pemerintah, TNI, dan Polri.

Natal di Papua kerap dalam pengawasan aparat, begitu juga tahun ini. Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria menyatakan ada 4.850 prajurit TNI dikerahkan untuk mengamankan situasi di Bumi Cenderawasih menjelang Natal dan Tahun Baru.

Para prajurit dikerahkan untuk membantu kepolisian, mereka disebar di seluruh wilayah Papua. "4.850 personel tersebar di seluruh wilayah Papua mem-back up Polda Papua," kata Reza Selasa (22/12). Dia berharap situasi aman perayaan Natal.

Sementara, anggota DPD asal Papua Barat Filep Wamafma mempertanyakan pengerahan personel TNI itu. Ia menilai kedatangan tentara mengisyaratkan bahwa Papua tak aman, serta mempertanyakan apakah damai Natal harus dengan menerjunkan ribuan prajurit demi ‘kedamaian?’

‘Wajah Papua’ berseri dalam keceriaan Natal pada Desember ini lantaran memupuk persaudaraan, namun masyarakat Papua dikejutkan dengan pengerahan pasukan.

"Seharusnya Pemerintah mengubah citra semacam ini. Natal sesungguhnya adalah hari penuh sukacita damai sejahtera, dan bukan sebaliknya, hari penuh ketakutan," kata Wamafma, Rabu (23/12).

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Restu Diantina Putri