tirto.id - "Sekali saya katakan bahwa Indonesia bukan negara komunis sesuai tap MPRS XXV tahun 1966 dan sesuai KUHP pasal 107 bahwa atribut dan logo PKI dalam segala bentuk jenis perwujudan tidak diperkenankan di Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Rizieq Syihab soal rectoverso logo pada uang baru yang menurutnya berbentuk palu arit.
Bank Indonesia sebagai pihak yang bertanggung jawab soal rancangan uang menampik. Teknik "rectoverso", kata Gubernur BI Agus Martowardojo, merupakan bagian dari unsur pengaman uang Rupiah. "Rectoverso" sebagai unsur pengaman juga digunakan di berbagai mata uang dunia, karena "rectoverso" sulit dibuat dan memerlukan alat cetak khusus.
"Di Indonesia, rectoverso telah digunakan sebagai unsur pengaman Rupiah sejak tahun 1990-an. Sementara logo BI telah digunakan sebagai rectoverso uang Rupiah sejak tahun 2000," kata Agus.
Rectoverso bukan satu-satunya pengaman dan ciri rupiah. Dalam situs resmi Bank Indonesia, disebutkan sejumlah ciri lain di antaranya tanda air, benang pengaman, cetakan timbul, tinta berubah warna, tulisan mikro, dan gambar tersembunyi.
Rectoverso sendiri didefinisikan sebagai teknik cetak khusus pada uang kertas yang membuat sebuah gambar berada di posisi yang sama dan saling membelakangi di bagian depan dan belakang. Pola utuh rectoverso hanya dapat ditangkap ketika uang diposisikan di dekat cahaya.
Dalam penjelasan Hébert dan Hersch (2009) dari Ecole Polytechnique Fédérale de Lausanne, rectoverso menggunakan sistem cetakan halftone: gambar pada setiap sisi kertas dapat dicetak dengan warna berbeda. Recto mengacu pada sisi yang diamati oleh pemegang (uang) kertas dan berada dalam moda refleksi, sementara verso mengacu sisi lainnya yang berada dalam mode transmisi.
Selain Indonesia, ada beberapa negara yang menggunakan teknik rectoverso. Ornamen bunga dapat ditemukan dalam rectoverso ringgit Malaysia, sementara ornamen nilai nominal dipakai dalam rectoverso uang kertas euro. Singapura dan Polandia pun memakai teknik ini dalam mencetak mata uang mereka.
Di Indonesia, rectoverso yang dimuat dalam lembaran duit baru itu berbentuk huruf BI, representasi dari Bank Indonesia. Rectoverso logo Bank Indonesia sebenarnya bukan hal anyar. Sejak 1995, Bank Indonesia telah menggunakan unsur pengaman ini, tetapi tak semuanya menggunakan warna-warna amat kontras. Akibatnya, jarang ada yang menyadari soal rectoverso, kecuali mereka yang mengamatinya secara cermat.
Pada pecahan rupiah baru, warna seperti merah-biru, merah-hijau, biru-kuning, serta gradasi beberapa warna lainnya digunakan dan memperjelas rectoverso dibanding pada pecahan rupiah sebelumnya.
Rectoverso pada uang kertas Indonesia merupakan salah satu sistem pengamanan dari pemalsuan. Salah satu cara mengidentifikasi uang palsu adalah melihat apakah gambar logo Bank Indonesia tampak tidak saling mengisi atau berantakan. Di samping rectoverso, masih ada beberapa desain pengamanan uang kertas lainnya yang diterapkan dari waktu ke waktu.
Lika-Liku Pengamanan Uang Kertas
Sejak penemuan uang kertas berabad silam, pemalsuan menjadi isu yang tak lekang hingga sekarang. Aneka cara dan aturan diterapkan untuk mencegah tindakan kriminal ini. Situs International Banks Society menyebut pada permulaan peredaran uang kertas di Eropa, 1600-an, metode pengukiran belum digunakan untuk memisahkan uang asli dari uang palsu.
Baru pada 1820 metode ini digunakan supaya orang tidak mengelirukan uang kertas yang diciptakan para pemalsu sebagai uang resmi. Uang kertas yang ditandatangani secara langsung juga menjadi cara lain untuk menghindari reproduksi uang ilegal, tetapi tentu saja hal ini menyita banyak tenaga dan waktu.
Sistem pengamanan mata uang dari pemalsuan diterapkan pula dengan mencetaknya menggunakan kertas dan tinta khusus. Pada masa revolusi di Prancis, uang kertas French Assignats diberi tanda air untuk menghindari pemalsuan. Sementara pada masa koloni di Amerika, uang dicetak di kertas yang dibubuhi partikel mika.
Terkadang, pecahan besar uang kertas juga dicetak dalam berbagai warna dengan pemikiran bahwa cara ini terlampau pelik untuk diduplikasi para pemalsu uang. Potongan kertas adalah cara lain yang digunakan National Assembly di Prancis dan Bank of England untuk menjaga orisinalitas uang kertas.
Memasuki era berikutnya, uang kertas melibatkan teknologi benang metalik dalam pencetakannya. Kerajaan Inggris menjadi pionir dalam penggunaan teknologi ini pada 1948. Ketika diterawang, benang dalam uang kertas akan terlihat seperti garis hitam yang memanjang dari bagian atas hingga bawah.
Selanjutnya, benang yang ditanamkan pada uang tidak hanya terbuat dari material metalik, tetapi juga plastik dan sejumlah material lainnya. Warna dan ketebalannya pun beragam. Pada zaman modern, tulisan mikro menjadi tambahan penanda uang kertas asli.
Lebih dari sepuluh penanda keaslian diterapkan pada uang kertas dewasa ini. Dalam tulisan Hans de Heij (2012) yang berjudul Designing Banknote Identity, ia menyebutkan ada 19 elemen desain mata uang yang diakui dan 19 elemen desain uang kertas yang dipakai sebagai pakem pencetakan.
Beberapa di antaranya kasat mata seperti variasi jenis tulisan atau ukuran-ukuran dan bentuk huruf serta angka yang berbeda. Penanda keaslian yang lainnya hanya mampu dideteksi dengan ultraviolet atau infrared.
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani