tirto.id - Perjanjian pembiayaan proyek LNG Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat, telah disahkan di Jakarta, Rabu (3/8/2016). Proyek ini rencananya akan menciptakan efek berganda atau multiplier effect bagi perekonomian dan sektor kelistrikan nasional, khususnya di kawasan Indonesia timur.
"Saya mendapat pesan dari Gubernur Papua Barat dan Papua, bahwa apa pun yang terjadi, listrik harus menyala pada 2020 di Papua dan Papua Barat," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu (SKK) Migas, Amien Sunaryadi saat memberikan sambutan dalam acara penandatanganan tersebut di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut, Amien Sunaryadi memaparkan, karena pada tahun tersebut Pekan Olahraga Nasional atau PON dijadwalkan bakal diselenggarakan di provinsi-provinsi tersebut.
Sementara itu, terkait perjanjian pembiayaan kilang LNG Tangguh Train 3, Amien mengemukakan bahwa hal ini merupakan terobosan di mana lembaga keuangan internasional bersedia membiayai, serta merupakan tonggak historis karena institusi keuangan domestik yaitu 3 bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI terlibat dalam pembangunan Kilang Tangguh Train 3.
Amien menambahkan, perjanjian pembiayaan itu merupakan bagian dari komitmen paket pinjaman total senilai 3,745 miliar dolar AS atau sekitar Rp50,557 triliun.
“Nilai investasi Kilang LNG Tangguh train-3 di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat ditetapkan sebesar delapan miliar dolar Amerika Serikat,” ungkapnya.
Proyek ini diproyeksikan mampu menyumbang tambahan kapasitas produksi kilang LNG Tangguh sebesar 3,8 juta ton per tahun million tons per annum (mtpa), sehingga total kapasitas kilang di Teluk Bintuni kedepan menjadi 11,4 mtpa.
Train tiga menambah dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Amien Sunaryadi mengatakan, Kilang LNG Tangguh Train 3 ini besar artinya bagi program produksi listrik 35.000 MW karena 75 persen dari produksi tahunan LNG dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Nilai tersebut setara dengan 3.000 MW listrik bagi Indonesia.
Dia menyebutkan, 35 persen pekerjaan pengembangan sumur Tangguh ini, akan menggunakan potensi lokal antara lain dari sektor pekerjaan sipil, mesin, elektro, hingga kelautan.
Pada kuartal tiga 2016, SKK Migas telah menyetujui seluruh AFE serta penunjukkan pemenang pengadaan barang dan jasa untuk proyek tersebut. Diharapkan, proses engineering, procurement and construction (EPC) dapat dilakukan pada kuartal ketiga tahun 2016.
"Kemudian berlanjut kepada tahap konstruksi. Untuk proses operasi diharapkan dapat dimulai pada tahun 2020," kata Amien.
BP Regional President Asia Pacific Christina Verchere memaparkan, proyek kilang LNG Tangguh Train-3 dioperasikan oleh BP Berau Ltd sebagai kontraktor mitra utama SKK Migas. Perusahaan tersebut memegang saham mayoritas sebesar 37,16 persen.
Selain BP Berau, proyek ini juga melibatkan enam kontraktor mitra Tangguh lain, yakni MI Berau BV dengan saham 16,36 persen, CNOOC Muturi Ltd 13,90 persen, Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd 12,23, KG Berau/KG Wiriagar 10,00 persen, Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc 7,35 persen, dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd 3,06 persen.
"Keputusan investasi ini merupakan titik puncak dari kerja keras Pemerintah Republik Indonesia bersama BP dan para mitra kami selama bertahun-tahun. Tujuan kami adalah mewujudkan potensi sepenuhnya dari aset strategis nasional di kawasan timur Indonesia ini," katanya.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari