Menuju konten utama

SKK Migas Minta Pertamina Prioritaskan Minyak Dalam Negeri

SKK Migas minta Pertamina memprioritaskan produksi minyak dalam negeri, seiring berlimpahnya stok.

SKK Migas Minta Pertamina Prioritaskan Minyak Dalam Negeri
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto memberikan keterangan kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (26/11/2019). tirto.id/Irwan A. Syambudi

tirto.id - Kepala SKK Migas Dwi Soejipto meminta Pertamina dan perusahaan lain memprioritaskan penggunaan minyak mentah produksi dalam negeri.

“(Rencana mitigasi) Prioritas pemanfaatan crude produksi dalam negeri. Agak perlu koordinasi lagi dengan rencana impor Pertamina,” ucap Dwi dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI, Selasa (28/4/2020).

Adapun stok minyak saat ini mencapai 5,73 juta barel minyak. Rinciannya 2,77 juta barel minyak untuk diproduksi dan siap dijual (Lifting) lalu 2,96 Juta barel lagi berstatus dead stock.

Sebagai antisipasi kelebihan pasokan minyak dalam negeri, Dwi mengatakan SKK Migas sudah menerapkan langkah mitigasi. Antara lain pemanfaatan tanki dan kapal sebagai penyimpanan sementara dan pemanfaatan kapasitas tank penyimpanan hulu oleh hilir sebagai storage crude impor.

Selain minyak mentah, SKK Migas juga tengah memitigasi risiko dari turunnya permintaan LNG karena Corona agar tidak menyebabkan anjloknya lifting gas bumi. Beberapa di antaranya mencakup pemasaran LNG yang tidak diserap atau untaken kargo ke pembeli spot ekspor melalui tender. Lalu memitigasi turunnya permintaan dari PLN yang berpotensi meningkatkan jumlah untaken kargo.

Dwi mengatakan di tengah anjloknya harga minyak saat, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) banyak yang mengusulkan padanya untuk menunda aktivitas pengeboran sumur di tahun 2020. Hal ini tentu bakal berpengaruh pada produksi minyak dalam negeri.

Namun ia sendiri belum mengetahui berapa banyak potensi penurunannya. Hal itu bergantung dari bagaimana SKK Migas bisa berdiskusi dengan KKKS.

“Penurunan produksi atau lifting ini bukan sengaja diturunkan, tetapi melihat rendahnya harga dan keterbatasan akibat COVID-19,” ucap Dwi.

Mengenai wacana impor ini, Kementerian ESDM pada 3 Maret 2020 lalu sempat memberikan lampu hijau agar Pertamina mengambil stok selagi harga murah. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Ego Syahrial bahkan mengatakan Pertamina boleh mengimpor sebanyak-banyaknya guna mengisi tangki yang mereka miliki.

Sinyal menambah impor Pertamina pun semakin kuat saat Pertamina mempertimbangkan pembelian minyak impor pada rapat dengar pendapat virtual dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (21/4/2020). Meski demikian Dirut Pertamina Nicke Widyawati memastikan ia akan menyeimbangkan antara kewajiban menyerap dalam negeri dan memanfaatkan rendahnya harga impor.

Baca juga artikel terkait PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti