tirto.id - Pagi ini, Senin (1/5/2017), pukul 10.00 WIB, massa aksi yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) mulai bergerak ke arah Kedutaan Besar Amerika. Massa FPR terdiri dari massa gabungan perserikatan buruh, di antaranya Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), Serikat Perempuan Indonesia (Seruni), Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Front Mahasiswa Nasional (FMN), International League of People's Struggle (ILPS).
Massa FPS sudah mulai berkumpul sejak pukul sembilan di depan pintu masuk Terminal Gambir. Rencananya, massa aksi akan bergerak menuju beberapa titik yakni ke Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika, kemudian dilanjutkan menuju Balaikota, disusul ke Kementerian Pertahanan, dan terakhir ditutup di Istana Negara.
Berbagai macam tuntutan yang mereka suarakan demi perbaikan nasib buruh di Indonesia. Salah satunya berasal dari GSBI Tangerang Raya yang menuntut: pencabutan PP no. 78 tahun 2015, pencabutan Perwal No 002 tahun 2017, menolak Sistem Kerja Pemagangan dan mengecam tindakan kekerasan aparat terhadap buruh.
"Hari ini adalah hari bersejarah bagi buruh seluruh dunia. Satu Mei adalah sebuah tradisi warisan yg diberikan kelas buruh 200 tahun yang lalu," ujar Jeng Yanti panggilan akrab Emilia Yanti Siahaan, Sekretaris Jendral GSBI dan selaku Koordinator Lapangan (Korlap) aksi hari ini.
Di depan Kedubes Amerika, Yanti membakar semangat massa dengan meneriakkan bahwa Amerika hanya datang untuk mengeruk kekayaan Indonesia, bukan untuk memperbaiki kehidupan buruh dan rakyat.
Situasi dari Kawasan Patung Kuda
Pukul 10.50 di kawasan patung kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, massa aksi sudah mulai melakukan long march ke Bundaran Hotel Indonesia (HI). Beberapa elemen yang sudah rapi menyiapkan barisannya antara lain Komite Aksi Perempuan (KAP), Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), SPN (Serikat Pekerja Nasional), dan SBSI (Serikat Buruh seluruh Indonesia) yang dinaungi oleh KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia). Masing-masing memiliki tuntutan spesifiknya.
Jumlah dari SBSI yang turun diperkirakan sekitar 1500 orang yang tersebar di dua tempat lainnya di Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Untuk KAP yang turun hari ini sekitar 150 orang. Sedangkan SPN yang sudah tiba mencapai 500 orang dari total 6000an --sisanya belum tiba di jakarta.
Menurut Wakil Sekjen KPSI, massa aksi yang diperkirakan turun hari ini sekitar 15.000 orang yang berasal dari 9 elemen serikat buruh, dan juga BEM mahasiswa SI. ISU yang diangkat oleh KSPI adalah HOSJATUM (Hapus Outsourcing, Jaminan Kesehatan, dan Tolak Upah Murah).
Festival May Day
Sementara di kawasan Senayan, perayaan Hari Buruh Internasional menggunakan nama Festival May Day. Ini merupakan acara puncak dari rangkaian acara yang diadakan Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Acara yang mengundang 30 serikat buruh dimulai pukul 09.00 WIB ini diawali dengan senam poco-poco bersama.
Rangkaian acara yang berslogan “may day is happy day” sudah dimulai semenjak tanggal 17 April 2017. Berbagai kegiatan dilangsungkan, dari acara musik, olahraga, pelatihan, bersepeda hingga diskusi buku.
Seluruh rangkaian kegiatan bertujuan untuk menunjang kesejahteraan para buruh. Timboel Siregar, selaku Sekretaris Jendral Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), mengatakan bahwa perayaan acara ini menjadi strategi untuk menunjukkan bahwa buruh, perusahaan, dan pemerintah adalah mitra.
“Kita tidak pada posisi berhadap-hadapan, kita tidak pada posisi pekerja melawan pengusaha atau pekerja melawan pemerintah itu tidak,” jelasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M. Iriawan dan juga Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Iriawan mengatakan bahwa pengamanan dilakukan baik untuk yang menyampaikan pendapat di muka umum maupun acara Festival May Day ini. Kapolda Metro Jaya menjelaskan bahwa kepolisian akan mengakomodir beberapa perwakilan untuk bertemu dengan pemerintah terkait dengan demo buruh yang berlangsung.
“Pengamanan paling besar dilakukan di wilayah Istana Negara dan jumlah personil yang diturunkan sejumlah 17.000 personil pengamanan,” jelas Iriawan.
Berbeda dengan yang dilakukan di Monas atau di Bundarah HI, acara Festival May Day ini bisa dikatakan sebagai kegiatan Hari Buruh “resmi” yang diendorse oleh pemerintah.
======
Laporan disusun oleh Hasya Nindita, Dinda Rimasandi dan Faizal Ad Daraquthny. Ketiganya adalah peserta "Fellowship for University Student: Upclose and Personal with Journalism", program yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dalam rangka World Press Freedom 2017.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Yantina Debora