tirto.id - Mi instan yang identik sebagai makanan yang kurang sehat justru punya sisi lain dalam membantu program kesehatan. Kisah ini terjadi di Nigeria, salah satu negara di Afrika bagian Barat. Pemerintah Daerah Dange-Shuni, negara bagian Sokoto, Nigeria, memberikan iming-iming berupa paket mi instan Indomie, untuk meningkatkan jumlah partisipasi imunisasi polio pada anak balita di sana.
Iming-iming Indomie kepada peserta imunisasi polio, membuat orangtua yang memiliki anak balita berbondong-bondong ikut serta. Hajia Fatima Yabo, seorang ibu dari salah satu balita penerima vaksin polio di Sokoto menceritakan kisahnya. “Saya sangat bersyukur atas sikap baik dari UNICEF dan pemerintah negara bagian Sokoto. Imunisasi saat ini lebih mudah tanpa harus antre panjang berjam-jam di rumah sakit,” tutur Hajia Fatima melansir surat kabar Nigerian Tribune.
Imunisasi polio ini bersifat jemput bola. Di mana, pemerintah daerah membuka layanan vaksin polio di suatu daerah. Selanjutnya, para petugas pun menggunakan pengeras suara untuk mengumumkan keberadaan mereka. Keuntungan yang didapat tiap keluarga jika anak balitanya ikut serta dalam imunisasi polio, adalah berupa paket Indomie.
Pendekatan ini membuahkan hasil. Pejabat Imunisasi Pemerintah Daerah Dange-Shuni, Sokoto Mallam Aliyu Abubakar menceritakan target awal berupa imunisasi terhadap 58.813 anak balita telah tercapai. Banyak keluarga yang datang membawa anak untuk diimunisasi berkat insentif paket Indomie.
“Jumlah anak-anak yang datang untuk diimunisasi melebihi target harian kami,” ucap Aliyu dalam sebuah konferensi pers di Pusat Imunisasi Polio Nasional (NPI) Pemerintah Daerah Dange-Shuni, beberapa waktu lalu. Keberhasilan ini baru langkah kecil pemerintah daerah di salah satu negara bagian Nigeria. Masih ada 23 wilayah pemerintah daerah berniat menyukseskan program imunisasi polio di 49 lokasi yang tersebar di Nigeria.
Indomie dan Nigeria
Sekitar dua puluh tahun yang lalu, hanya sedikit warga Nigeria yang mendengar dan mengetahui tentang mi instan. “Orang-orang mengira kami mencoba untuk membuat mereka makan cacing,” kata Deepak Singhal, Direktur Pelaksana Dufil Prima Foods, produsen Indomie di Nigeria.
Dufil Prima Foods merupakan perusahaan hasil patungan antara Salim Group Indonesia dengan Tolaram Group asal Singapura. De United Foods Industries Limited menjadi pabrik mi instan pertama di Nigeria dan terbesar di Afrika. Pabrik ini didirikan pada 1995, berlokasi di daerah Ota, negara bagian Ogun. Pada 2001, kongsi bisnis itu mendirikan pabrik kedua di wilayah Choba, negara bagian Port Harcourt, Rivers State. Terakhir, pabrik otomatisasi ketiga dan paling baru dibangun di daerah Kaduna pada Mei 2012 lalu.
Pada 2013, nilai bisnis Dufil Prima Foods sebesar $600 juta per tahun. Pangsa pasar Dufil mendominasi Nigeria dengan menguasai mayoritas pasar lokal. Perseroan memperkirakan satu dari dua orang Nigeria telah mencicipi Indomie dan 15 juta orang memakannya secara teratur. Sebanyak 1,6 miliar paket Indomie telah terjual sepanjang 2012. Angkanya terus meningkat berdasarkan World Instant Noodles Association (WINA) sebanyak 1,76 milliar mi instan telah dikonsumsi warga Nigeria sepanjang 2017.
Negara tersebut berada di peringkat ke-13 sebagai negara pengonsumsi mi instan terbanyak di dunia. Situs Answer Africa menyebutkan bahwa mi memang tidak pernah menjadi makanan tradisional warga Nigeria. Namun, Indomie, hampir menjadi makanan pokok di negara tersebut. Indomie seolah sudah menjadi merek lokal di Nigeria, saking terkenal, istilah mi di Nigeria identik dengan Indomie.
Sejak kali pertama pabrik didirikan pada 1995 sampai dengan 2006, Indomie menguasai 100 persen pangsa pasar mi instan di Nigeria. Indomie masih menjadi jawara produk mi instan di Nigeria dengan menguasai 74 persen pasar dan 26 persen lainnya dikuasai produsen lain. Pangsa pasar Indomie berkembang pesat seiring dengan gaya hidup masyarakat Nigeria yang makin menyenangi makanan siap saji.
Indomie menjadi menu makan utama warga Nigeria yang disajikan sebagai sarapan bagi anak-anak. Ibu rumah tangga dan generasi muda Nigeria menjadi pangsa pasar Indomie terbesar. Angka kelahiran yang tinggi di Nigeria menjadi faktor penunjang kesuksesan bisnis Dufil Prima Foods. Selama 17 tahun produksi mi instan di Nigeria, populasi negeri tersebut telah meningkat lebih dari 50 juta penduduk.
Angka itu setara dengan seluruh populasi Afrika Selatan, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Afrika. Wanita Nigeria rata-rata melahirkan lima sampai dengan enam anak. Jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata tingkat kesuburan wanita di sub-sahara Afrika secara keseluruhan dan lebih dari tiga kali lipat tingkat kesuburan di negara-negara maju.
Ledakan populasi selama dasawarsa terakhir membuat banyak mulut untuk diberi makan oleh ibu-ibu di Nigeria dan mendorong pendapatan Dufil Prima Foods meningkat rata-rata hampir 30 persen setiap tahun sejak 2003. “Indomie mengisi ruang di antara camilan ringan dan makanan padat,” kata Daniel Adeyemi, warga Nigeria yang tinggal di luar negeri melansir Vice.
Menurutnya, Indomie membuatnya serasa tinggal di rumah bukan di negara rantauan. Adeyemi mengaku banyak orang Nigeria yang tidak tahu bahwa merek Indomie memiliki hubungan dengan Indonesia. Merek Indomie melekat dengan nama ‘Indonesia’ dan ‘Mie’.
“Saya rasa orang Nigeria bahkan tidak peduli Indomie berasal dari mana. Karena orang Nigeria hanya ingin menikmati sesuatu yang enak dan bagi mereka hal lainnya adalah nomor kesekian,” ucap Adeyemi.
Populernya Indomie di kalangan penduduk Nigeria juga disebabkan oleh serangkaian iklan populer yang menempatkan makanan ini sebagai pilihan cepat dan mudah untuk ibu yang banyak bekerja. Beberapa lagu di pariwara, tayangan pariwara serta iklan cetak Indomie di Nigeria cukup mengesankan.
“Tidak ada Mama seperti kamu.. Tidak ada mi seperti Indomie,” nukilan pariwara Indomie di Nigeria. Kampanye tersebut selalu disuarakan Indomie dalam nukilan iklan komersialnya sejak tahun 2010, 2012 dan tahun-tahun berikutnya.
Rita Inoni dalam jurnal ekonomi yang diterbitkan oleh Varna University of Economics (PDF) menyebutkan Indomie merupakan produk makanan populer yang dikonsumsi warga negara Nigeria dengan status sosial ekonomi yang beragam. Menurut Rita, beberapa faktor bertanggung jawab atas cepatnya peningkatan tingkat konsumsi mi instan di negara tersebut. Globalisasi dan pengaruh budaya asing telah membawa perubahan cepat dalam gaya hidup masyarakat Nigeria.
Ditambah dengan laju kehidupan yang cepat, telah meningkatkan preferensi konsumen untuk jenis makanan yang cepat dan mudah untuk dimasak. Selain itu, perubahan cepat peran wanita dalam masyarakat Nigeria, yang harus menggabungkan tanggung jawab tradisional seperti menjadi ibu rumah tangga maupun pekerja, berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial ekonomi keluarga.
“Ini membuat mi instan Indomie menjadi makanan reguler di banyak rumah-rumah orang Nigeria,” tulis Rita Inoni dalam jurnal berjudul Impact of Product Attributes and Advertisement on Consumer Buying Behavior of Instant Noodles (PDF) yang terbit pada 2017.
Secara tak langsung, mi instan telah membantu rakyat Nigeria terbebas dari kelaparan. Harga mi instan jauh lebih murah dibeli dibanding harga makanan pokok lainnya terutama pada saat ketidakstabilan dan kesulitan ekonomi melanda negeri itu.
“Orang Nigeria menyukai Indomie karena keterjangkauan (harga) dan ketersediaannya. Keunikan aroma, daya beli, dan ketersediaan unik Indomie membuatnya sangat menarik bagi banyak konsumennya,” tulis Answer Africa.
Editor: Suhendra