tirto.id - Sinopsis film More Than Robots menceritakan tentang kisah dokumenter dari kompetisi robotika internasional yang diadakan pada tahun 2020 di Los Angeles. Film ini sudah dapat disaksikan melalui layanan streaming Disney+ Hotstar.
More Than Robots merupakan film dokumenter yang disutradarai oleh Gillian Jacobs. Film ini tayang pertama kali dalam South by Southwest Film Festival 2022.
Awal mula terbentuknya kompetisi robotik ini bermula dari Dean Kamen, seorang pendiri FIRST (For Inspiration and Recognition of Science and Technology)
FIRST merupakan komunitas robotik yang telah berdiri selama 30 tahun. Dalam mendirikannya, Kamen memiliki visi untuk menciptakan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi dirayakan.
Film ini dikemas dari banyak footage campuran yang digabungkan sehingga menjadi sebuah film dokumenter, mulai dari dokumentasi profesional, rekaman kamera smartphone hingga footage zoom.
Dilansir situs IMDb, More Than Robots memperoleh rating 6,0/ dari 142 penilai dan film ini diklasifikasikan untuk para penonton dengan semua umur.
Sinopsis Film More Than Robots
Kompetisi Robotika FIRST 2020 diikuti oleh 4 tim remaja Internasional beserta para mentornya yang berasal dari Los Angeles, Meksiko, dan Jepang.
Film dokumenter ini diawali dengan situasi yang rumit dan serius dari para peserta ketika merakit robot-robot yang akan ditampilkan pada kompetisi tersebut.
Selanjutnya, alur waktu ditarik mundur dengan menceritakan latar belakang dan persiapan para tim dalam mengikuti kompetisi robotik FIRST.
Salah satu peserta dari tim Los Angeles bernama Jacob bercerita ketika awal mula dia sangat tertarik dengan matematika dan teknologi. Suatu saat Jacob datang ke pameran klub suku cadang robot yang membuatnya menyukai dan berkecimpung di dunia robotik.
Jacob akhirnya tergabung dengan “The Vitruvians Bots” Tim 4201 dengan keahliannya dalam mengodekan mekanisme panel kontrol untuk robot.
Cerita beralih pada seorang mentor dari “Terawatts” tim 6904, bernama Fatima. Ia bercerita bagaimana dia mengetahui FIRST dari sang suami dan membentuk tim bersama para anak SMA untuk mengikuti kompetisi ini.
Fatima tertarik dengan kompetisi ini karena FIRST tidak hanya sekadar kompetisi serius melainkan juga sebuah perayaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menampilkan maskot, sorak-sorai dari para pendukung, yel-yel dari para tim hingga robot yang diberi nama lucu dan keren
Tim selanjutnya diwakili dengan cerita dari seorang mentor bernama Kanon yang berasal dari Jepang. Kanon merupakan mahasiswa jurusan ganda di Ilmu Saraf dan Psikologi yang membimbing para anak SMA di “Sakura Tempesta” Tim 6909.
Kanon bersama timnya bekerja keras dengan dibantu oleh Dr. Tomiyama yang juga merupakan seorang mentor dari “Sakura Tempesta” yang telah menyediakan ruang kerja untuk proses perakitan rekayasa ilmiah tersebut.
Cerita beralih lagi kepada tim terakhir yang berasal dari Meksiko bernama “Nautilus” Tim 4010. Tim ini dimentori oleh Victor yang memang sangat mendalami dunia robotik. Selain itu, Mariana sebagai ketua tim juga mewakili cerita dari perjalanan Tim Nautilus di Kompetisi Robotik FIRST.
Setelah perkenalan dari keempat tim tersebut sudah selesai. Film kembali dipusatkan kepada proses persiapan setiap tim, tim-tim tersebut harus melewati berbagai tantangan yang sulit seperti sumber daya yang terbatas dan penundaan persiapan karena COVID-19.
Jalan cerita semakin memuncak ketika film ini menunjukkan realita yang cukup membuat frustasi banyak peserta, mulai dari tim Jepang yang akhirnya tidak bisa mengikuti kompetisi pertama mereka hingga salah satu peserta meksiko yang kecewa karena tahun ini akan segera lulus dari bangku SMA.
Meski mereka tak jadi berkompetisi di RFC, para peserta tetap produktif selama masa pandemi sebagai komunitas pecinta robot dan justru menjadi ajang pembuktian bahwa pada program ini lahir banyak insan muda yang tak berdiam diri ketika menghadapi masalah.
Penulis: Syafira Aulia Arsani
Editor: Ibnu Azis