Menuju konten utama

Sinopsis Film Lafran tentang Biografi Pendiri HMI

Film biografi Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah tayang di Bioskop Tanah Air. Baca sinopsis dan simak trailernya di sini.

Sinopsis Film Lafran tentang Biografi Pendiri HMI
Film Lafran. youtube/ Jendela Seribu Sungai Film

tirto.id - Film Lafran ditayangkan serentak melalui layar bioskop Indonesia pada 20 Juni 2024. Sinema ini menampilkan biopik dari Lafran Pane yang merupakan pendiri organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). KIsahnya disampaikan semenjak Lafran masih kecil hingga mendirikan HMI di Yogyakarta.

Lafran Pane dikenal sebagai pemrakarsa pendirian HMI pada 5 Februari 1947. Pria kelahiran PAdang Sidempuan pada 5 Februari 1922 tersebut merasakan perubahan sikap banyak mahasiswa Islam di Yogyakarta, saat kuliah di Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia/UII).

Mereka condong ke arah sekuler sehingga hatinya tergerak untuk mendirikan HMI sebagai wadah perjuangan mahasiswa Islam.

Dalam film ini, Lafran diceritakan perjalanan hidupnya saat berada di Tapanuli, Jakarta, dan Yogyakarta. FIlm besutan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa islam (KAHMI) bersama rumah produksi Reborn Initiatives ini memerlukan riset panjang agar didapatkan cerita yang mendekati tapak tilas Lefran sesungguhnya.

Penulisan skenario disusun Jujur Prananto dan Oka Aurora. Sebagai pengarah adegan film Lafran dipercayakan pada sutradara Faozan Rizal. Seluruh jalan ceritanya dapat dinikmati melalui tayangan berdurasi 1 jam 29 menit.

Film Lafran dibintangi oleh berbagai artis Indonesia ternama. Sosok Lafran Pane diperankan oleh Dimas Anggara. Pemain lain yang mendukung penokohan yaitu Lala Karmela, Aryo Wahab, Alfie Alfandi, Ratna Riantiarno, Farandika, Nabil Lungguna, hingga Mathias Muchus.

Sinopsi Film Lafran

Film Lafran menceritakan kehidupan Lafran Pane dari semenjak kecil sampai menjadi aktivis. Ia menjalani masa kecil dengan cara hidup keras. Namun, Lafran adalah pribadi yang cerdas.

Lafran mengenyam pendidikan dengan berpindah-pindah ke berbagai sekolah. Ia pun tumbuh menjadi sosok pemberontak. Saking kerasnya kehidupan yang dijalaninya, ia sempat menjadi petarung jalanan.

Hal ini berbeda dengan kedua kakaknya yang lebih disiplin dalam urusan pendidikan. Mereka adalah Sanusi Pane dan Armijn Pane yang merupakan pujang. Keduanya lalu mendorong Lafran agar semua emosi yang dimiliki bisa disalurkan dam wujud karya.

Lafran perlahan berubah. Namun, jiwanya yang pemberontak tidak bisa lepas begitu saja. Ia sempat merasakan jeruji besi penjara lantaran ditahan tentara Jepang setelah membela para peternak sapi. Ayahnya pun harus membebaskannya dengan menebus memakai bus Sibual-buali.

Suatu hari, Lafran meneruskan pendidikan di Yogyakarta. Di sinilah Lafran menemukan kenyataan bahwa kaum muslim terdidik mulai mengikuti gaya pemikiran sekuler dan tidak lagi mengindahkan peribadatan pada Tuhan. Lafran lalu mendirikan organisasi yang diberinya nama HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).

HMI mewadahi mahasiswa muslim agar tetap berjuang melalui bingkai keislaman dan keindonesiaan sekaligus. Organisasi ini tidak berkecimpung dalam politik.

Dalam berjuang lewat HMI, Lafran mendapatkan dukungan penuh dari kekasihnya yang bernama Dewi. Sampai akhirnya, kepemimpinan HMI mesti berganti ke generasi penerus. HMI lantas dipimpin mahasiswa yang bukan berasal dari Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Syafaat Muntadja dari UGM diminta meneruskan.

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Film
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo