tirto.id - Film Downfall: The Case Against Boeing telah rilis pada tanggal 18 Februari 2022 dan sudah dapat ditonton melalui layanan streaming milik Netflix.
Downfall: The Case Against Boeing merupakan film dokumenter dengan latar belakang kasus jatuhnya 2 pesawat Boeing seri 737 Max milik maskapai Lion Air penerbangan 610 pada 2018 dan Ethiopia Airlanes penerbangan 302 pada 2019.
Film Downfall: The Case Against Boeing berada di bawah arahan sutradara Rory Kennedy. Sementara skenario film ditulis oleh Mark Bailey bersama Keven McAlester. Artis yang ditampilkan dalam film ini hanya John Fantasia.
Film Downfall: The Case Against Boeing diproduksi oleh beberapa perusahaan meliputi Imagine Documentaries, Moxie Film, dan Moxie. Film ini kemudian didistribusikan ke seluruh dunia oleh Netflix pada tahun 2022.
Film Downfall: The Case Against Boeing pertama kali rilis di Amerika Serikat dalam Festival Film Sundance pada tanggal 21 Januari 2022.
Film ini kemudian kembali diluncurkan di 23 negara seperti Indonesia, Inggris, Jepang, dan India melalui Internet pada tanggal 22 Februari 2022.
Trailer film Downfall: The Case Against Boeing pertama kali rilis pada tanggal 3 Februari 2022 melalui kanal Youtube milik Netflix.
Dilansir dari saluran YouTube milik Netflix, sejak pertama kali peluncurannya hingga saat ini 23 Februari 2022, trailer telah berhasil mengantongi sebanyak 3,4 juta tayangan.
Trailer film Downfall: The Case Against Boeing yang memiliki panjang durasi 2 menit 8 detik juga berhasil meraup 73 ribu likes dari para penontonnya.
Berdasarkan penilaian dalam situsIMDb, film berdurasi 89 menit tersebut memperoleh poin 7.5 dari skor sempurna 10 berdasarkan 2.871 penilaian.
Sinopsis Film Downfall: The Case Against Boeing
Alur film dokumenter ini dimulai dengan latar belakang adanya dua peristiwa kecelakaan pesawat yang menggemparkan dunia.
Pertama, pesawat Lion Air bernomor penerbangan 610 yang jatuh di Laut Jawa pada tanggal 29 Oktober 2018. Kedua, Pesawat Ethiopian Airlines dengan kode perbangan 301 yang jatuh di Addis Ababa pada bulan Maret 2019.
Peristiwa jatuhnya Lion Air bernomor penerbangan 610 berkisar 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Udara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta, Indonesia. Kejadian ini kemudian menewaskan seluruh kru pesawat bersama penumpang sebanyak 189 orang.
Sementara Ethiopian Airlines dengan kode perbangan 301 juga jatuh setelah beberapa waktu lepas landas. Peristiwa ini menewaskan sebanyak 157 orang dari awak pesawat dan penumpang.
Terdapat hal unik dari dua kejadian ini, di mana kedua pesawat merupakan jenis Boeing 737 Max buatan perusahaan Boeing. Selain itu, jatuhnya kedua pesawat juga dalam waktu yang hampir sama, yakni beberapa saat setelah lepas landas.
Peristiwa ini kemudian memunculkan pelbagai polemik perdebatan antara perusahaan, tim penyelidik, dan masyarakat.
Perusahaan Boeing sempat memberikan pernyataan bila jatuhnya pesawat disebabkan pilot yang kurang kompeten.
Maskapai penerbangan juga tidak luput dari adanya tudingan, bahwa pihaknya dianggap tidak kompeten dalam menjalankan protokol penerbangan. Semua hal itu kemudian terjawab setelah tim penyelidik menemukan berbagai bukti-bukti.
Penyidik memaparkan bahwa kecelakaan dua pesawat Boeing tersebut disebabkan adanya cacat desain perangkat lunak stabilisasi penerbangan atau yang dikenal Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau Sistem Augmentasi Karakteristik Maneuver.
Keberadaan sistem ini tidak diberitahukan kepada para pilot yang mengoperasikan pesawat Boeng 737 Max. Kenyataan ini kemudian yang mendorong kemarahan publik dan keluarga korban kepada perusahaan Boeing.
Dalam hal ini, MCAS mengalami malfungsi yang menyebabkan pilot tidak dapat mengendalikan pesawat hingga terjatuh.
Sistem baru ini disembunyikan oleh Boeing dari Federal Aviation Administration (FAA) atau lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Tak hanya itu, saat pilot Lion Air meminta latihan khusus untuk mempelajari 737 Max, Boeing menolak dengan keras dan menyatakan bahwa pelatihan tidak diperlukan.
Dalam penyelidikan, Boeing terbukti membohongi pilot, maskapai di seluruh dunia, termasuk FAA terkait keberadaan sistem MCAS yang menjadi penyebab kecelakaan tragis yang merenggut ratusan nyawa.
Alur film Downfall: The Case Against Boeing secara sederhana dibagi menjadi tiga bagian penting meliputi respons publik terhadap peristiwa kecelakaan pesawat, tanggapan dari pers dan adanya penyelidikan terkait pihak yang harus bertanggung jawab, serta keluarga korban yang memberikan tanggapan.
Saksikan kelanjutan film Dokumenter Downfall: The Case Against Boeing melalui saluran streaming milik Netflix mulai tanggal 22 Februari 2022.
Trailer Downfall: The Case Against Boeing
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yandri Daniel Damaledo