Menuju konten utama

Sinetron Azab, Rating, Teguran, dan Pundi-Pundi Uang TV

Stasiun televisi gencar menghadirkan konten-konten bertema azab demi pendapatan yang melesat.

Sinetron Azab, Rating, Teguran, dan Pundi-Pundi Uang TV
Poster publikasi sinetron azab yang ditayangkan MNC TV. Twitter/MNCTV

tirto.id - Kilat menyambar-menyambar diiringi musik latar yang mencekam dan penampakan sebuah rumah yang dikelilingi bendera kuning tanda si pemilik rumah sedang berkabung. Di dalam rumah, perempuan duduk berkerudung putih, di depannya teronggok tubuh manusia terbujur kaku yang ditutup kain putih dan batik.

“Ya Allah Pak, kenapa Bapak harus meninggal dengan kondisi seperti ini?” ujar Ibu Dewi sambil terisak, ia merupakan isteri dari Pak Amir, yang baru saja meninggal.

Kerumunan orang nampak berkumpul masuk ke rumah yang penghuninya sedang berduka. “Rasain.. matinya juga karena azab!!!," kata seorang yang menggerutu.

Ini adalah penggambaran adegan pembuka sinetron ‘Penghina Pengemis Mulutnya Terinfeksi dan Jenazahnya Terbungkus Karung Goni’. Judul itu merupakan salah satu episode sinetron program Azab yang tayang di stasiun televisi Indosiar setiap hari pukul 17.00 WIB dan 18.30 WIB.

Episode yang tayang pada 15 Juli 2018 itu lantas mendapat peringatan tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sinetron ini dinilai tidak memperhatikan ketentuan tentang perlindungan anak-anak dan remaja serta larangan menampilkan kondisi mayat yang mengerikan sebagaimana diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012.

Menurut analisis KPI, terdapat potensi pelanggaran pada program siaran tersebut karena menampilkan mayat seorang pria dengan wajah hitam serta mayat seorang pria dengan bibir terbuka dan penuh luka. “KPI Pusat menilai hal tersebut berpotensi melanggar Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 30 Ayat (1) huruf d SPS KPI Tahun 2012 tentang perlindungan anak-anak dan remaja serta larangan menampilkan kondisi mayat yang mengerikan,” tulis KPI di laman resminya.

Peringatan tertulis tersebut, menurut KPI, merupakan bagian dari pengawasan KPI Pusat terhadap pelaksanaan peraturan serta P3 dan SPS oleh lembaga penyiaran. Ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran).

“Setelah mendapat teguran tertulis dari KPI, kami berharap stasiun televisi melakukan perbaikan setelah menerima surat teguran,“ ucap Nuning Rodiyah, Anggota Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran.

KPI boleh saja menegur stasiun TV, tapi fenomena tayangan sinetron bertema azab banyak penggemar di masyarakat. Setidaknya ini tercermin dari kinerja perusahaan yang positif dengan adanya sinetron bertema azab. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) misalnya, termasuk yang terkerek dari tayangan bertema azab. Sinetron program Azab ini menurut hasil riset NH Korindo Sekuritas turut mendorong pertumbuhan kinerja perseroan.

“Usaha SCMA yang tetap gencar untuk menghadirkan konten-konten baru dan menarik seperti FTV Azab tercermin pada kesamaan angka gross margin secara tahunan,” ulas Michael Tjahjadi dari NH Korindo Sekuritas dalam risetnya (PDF).

PT Surya Citra Media Tbk, per 30 September 2018 berhasil mengantongi pendapatan Rp3,79 triliun. Lebih tinggi 10,82 persen dibanding pendapatan 2017 yang sebesar Rp3,42 triliun.

Laba usaha perseroan juga terdongkrak 4,7 persen dari Rp1,49 triliun periode sembilan bulan pertama 2017 menjadi Rp1,56 triliun di periode yang sama 2018. Berkat catatan positif itu, laba bersih yang dikempit perusahaan juga bertambah 9,17 persen dari Rp1,09 triliun di tahun lalu menjadi Rp1,19 triliun pada laporan keuangan per September 2018.

Pendapatan MNCTV juga mengalami kenaikan sebesar 2,79 persen menjadi Rp5,53 triliun pada September 2018 dari Rp5,38 triliun periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satunya disokong oleh pendapatan dari konten senilai Rp1,09 triliun atau naik 6,86 persen dibanding September 2017 yang senilai Rp1,02 triliun.

Infografik Azab dzolim

AC Niesen dalam survei yang dilakukan pada 2015 mencatat, sampai dengan September, program serial masih populer. Di mana secara rata-rata harian, genre program serial ini meraih poin rating tertinggi yaitu 1,7 poin rating. Program serial masih populer karena meski jam tayang hanya 10 persen dari total waktu siaran televisi, namun penonton di 11 kota di Indonesia menghabiskan 20 persen waktu menontonnya untuk program tersebut.

“Terlebih lagi, sebagian besar program serial ditayangkan pada waktu prime time yang memiliki potensi jumlah penonton tertinggi yaitu pada pukul 18.00-21.59 WIB. Hal inilah yang membuat program serial masih meraih poin rating yang tinggi,” tulis Nielsen Indonesia.

Muzayin Nazaruddin, Staf Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) dalam jurnal penelitian berjudul Menonton Sinetron Religius, Menonton Islam Indonesia menuliskan, sejak 2004 tema sinetron seragam, berpusat pada kisah-kisah mistik berbalut religi yang kemudian dikenal dengan sebutan sinetron religius. Genre baru ini berkembang pesat pada 2005 dan masih populer hingga pertengahan 2007. Semua stasiun televisi di Indonesia, berlomba-lomba memproduksi sinetron macam ini.

Misalnya saja Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi yang tayang di TPI pada masa lalu. Adapula Astaghfirullah dan Kuasa Ilahi yang tayang di SCTV. TransTV menayangkan program Istighfar dan Hidayah. Sementara RCTI menayangkan Pintu Hidayah dan Hikmah. Stasiun televisi Indosiar sempat menayangkan Titipan Ilahi dan Misteri Ilahi. Sedangkan ANTV menayangkan program Azab Dunia dan Sakaratul Maut. Lativi dengan programnya bernama Azab Ilahi.

Genre sinetron religius ini menurut Muzayin memiliki rating tinggi yang artinya diminati penonton. “Beberapa judul sinetron religius ini sangat populer dan menempati sepuluh acara dengan rating tertinggi,” tulis Muzayin.

Penelitian tersebut juga memaparkan, salah satu tayangan yang sering muncul sebagai akhir sinetron adalah adegan kematian dan proses penguburan yang penuh keanehan dan mengerikan yang dianggap sebagai azab para orang jahat sebagai balasan dari perilaku selama hidup. Proses kematian dan penguburan seringkali ditayangkan secara rinci, dengan teknik pengambilan gambar dari dekat atau close up.

“Yang perlu dicatat, kematian yang mengerikan tersebut dibingkai dalam sebuah alur cerita: bahwa kengerian itu adalah azab dari Tuhan,” kata Muzayin.

Maimon Herawati, Dosen Fakultas Komunikasi di Universitas Padjadjaran, Bandung, menilai judul-judul sinetron bertema murka atau azab Tuhan terbilang bombastis. Bisa dibilang, dari sisi judul sinetron, mirip koran kuning yang hanya menjual judul sebagai clickbait atau upaya untuk mendulang rating tinggi yang berujung pada pendapatan iklan tinggi bagi stasiun televisi.

“Judul sinetron yang tidak mengajak berpikir. Karena secara inteligensia, memang diarahkan kepada penikmat tayangan televisi yang tidak banyak berpikir. Dari judul sudah mengandung kesimpulan,” jelas Maimon kepada Tirto.

Sinetron memang ‘mencari’ rating untuk mengetahui tayangan tersebut diminati atau tidak oleh pemirsa. Sayangnya, sinetron dengan judul bombastis termasuk tayangan azab banyak ditonton karena menimbulkan rasa penasaran. Sayangnya lagi, literasi masyarakat di Indonesia yang masih rendah, mendorong kecenderungan diminatinya sinetron-sinetron dengan tema murka Tuhan tersebut.

“Karena tayangan ini tidak mengajak mikir yang berat. Selain itu, dari sisi emosional, tayangan seperti ini lebih menggelitik,” ucap Maimon.

Padahal, menurutnya, pesan-pesan akan murka Tuhan kepada manusia di bumi, bisa disampaikan dengan cara yang lebih elegan, logis dan mendidik, termasuk pada anak-anak.

Psikolog Anak dan Keluarga, Probowatie Elisabeth mengungkapkan, tayangan tema murka Tuhan yang marak ditayangkan saat ini adalah tontonan yang mencari sensasi tanpa mengandung unsur pendidikan terhadap penikmatnya. Visualisasi mengenai kematian yang berlebihan, turut memberikan pengaruh tidak baik untuk anak-anak.

“Saya sarankan ini untuk tidak ditonton oleh anak-anak. Perlu ketegasan dari orangtua tidak hanya sekedar pengawasan dan pendampingan jika anak menonton sinetron seperti ini. Penjelasan harus diberikan kepada anak, karena tayangan seperti ini bisa menimbulkan ketakutan,” tutur praktisi Psikolog Anak dan Keluarga di RS St Elizabeth Semarang yang juga Dosen Psikologi di Fakultas Psikologi, Universitas Semarang.

Saat tayangan azab mendapat respons pasar yang positif tentu bagi stasiun TV tak ada alasan memberangus acara ini. Pengelola TV sadar bahwa genre atau tema sinetron yang bertema ajab adalah pundi-pundi uang.

Baca juga artikel terkait SINETRON atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Suhendra