tirto.id - Tak ada lagi Sinead O'Connor. Ia telah "mati", dan lahir kembali. Penyanyi Irlandia yang dikenal di era 1990-an karena mereka ulang lagu Prince "Nothing Compares 2 U" ini memutuskan masuk Islam, pun mengganti namanya.
"Ini untuk mengumumkan bahwa aku senang telah menjadi seorang muslim. Ini adalah ujung alamiah dari petualangan teologisku. Semua kajian kitab suci mengacu pada Islam, yang membuat semua kitab suci jadi terasa sebagai pengulangan belaka. Aku juga akan punya nama baru. Shuhada'," cuit Sinead di akun Twitternya, 20 Oktober lalu.
Sudah sejak awal kemunculan, Sinead identik dengan keberanian, juga perlawanan terhadap apa yang normal. Di awal kariernya, Sinead sudah berani hadir dengan citra berbeda: rambut nyaris plontos. Tentu ini adalah sebuah anomali di antara kebanyakan biduanita seangkatannya --mulai Sheryl Crow, PJ Harvey, hingga Alanis Morissette-- yang punya rambut gemilang.
Di atas semua itu Sinead, maksud saya Shuhada', dikenal karena sikapnya yang keras terhadap institusi agama. Dia memang lahir di keluarga Katolik taat --seperti kebanyakan orang Irlandia pada umumnya. Namun seiring usia yang makin bertambah, dia kerap mengkritik agamanya sendiri.
Salah satu yang bikin geger adalah tindakannya merobek foto Paus John Paul II dalam sebuah acara televisi, 1992 silam. Saat itu, Sinead menjadi tamu di acara beken, Saturday Night Live. Ia didapuk menyanyikan lagu "War" dari Bob Marley secara akapela. Ternyata, Sinead mengganti beberapa bait lirik yang menggambarkan pelecehan anak, kasus yang kerap terjadi di kalangan gereja. Di akhir lagu, dia merobek foto Paus. Tentu saja ini bikin kaget semua orang.
"Foto itu bukan kudapat acak. Itu foto yang dipajang di kamar ibuku sejak si Paus Brengsek itu dinobatkan pada 1978," ujarnya.
Pada The Guardian, Sinead berkisah bahwa dia tak serta merta memusuhi agamanya. "Apa yang menurutku salah," katanya, "adalah para pemuka agama yang sama sekali tak mewakili apa itu Katolik. Apakah kita butuh Paus? Kristen tidak butuh perwakilan."
Apa yang dilakukan Sinead adalah bentuk protes terhadap pelecehan terhadap anak-anak. Tentu saja sikapnya itu mengundang kemarahan banyak orang. Awal 1990-an, belum banyak orang yang berani buka mulut terhadap kasus seperti itu, apalagi yang terjadi di institusi agama. Banyak orang mulai mencerca Sinead. Ketika tampil di konser penghormatan untuk Bob Dylan dua minggu setelah tampil di Saturday Night Live, Sinead diteriaki dan dimaki.
Namun suara Sinead toh akhirnya menemui kebenarannya. Sekitar 18 tahun berselang, Paus Benediktus XVI, meminta maaf pada korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pendeta Katolik di Irlandia.
Pencarian Religiusitas Sinead
Lagi-lagi, perlu ditekankan bahwa Sinead tak pernah benci Tuhan ataupun agama. Hanya saja, dia mengutuk orang-orang yang seolah paling berhak mewakili agama, namun tak bersikap selaiknya perwakilan agama. Sikap seperti ini membuat Sinead terbuka terhadap agama, sembari mendobrak dogma-dogmanya. Termasuk dogma bahwa perempuan tak boleh jadi pendeta.
Pada 1999, Sinead kembali bikin heboh Irlandia karena dia dinobatkan jadi pendeta. Melalui upacara penobatan yang dilakukan Uskup Michael Cox di Gereja Latin Tridentine, Sinead resmi jadi pendeta, sesuatu yang tak pernah dijabat oleh perempuan. Tentu saja, penobatan ini tak diakui oleh Gereja Katolik, karena Katolik Ortodoks Irlandia dan gereja Apostolik adalah kelompok Katolik independen dan lepas dari Katolik.
Usai penobatannya itu, Sinead ingin dikenal sebagai Bunda Bernadette Mary, dan ingin memakai baju pendeta serta kolar di lehernya setiap hari. Tak ketinggalan, Sinead meminta maaf atas tindakannya merobek foto Paus di masa lalu. "Aku menyesal, itu perbuatan yang tak sopan," katanya.
Karena persona Sinead yang menarik, juga karena telah jadi Pendeta, bandar judi Paddy Power di Irlandia sempat memasang taruhan apakah Sinead akan jadi Paus berikutnya.
Petualangan Sinead menggali religiusitas tak berhenti di Katolik belaka. Dia belajar soal Rastafari, juga Islam. Di sikunya ada tato Conquering Lion, alias Lion of Judah yang merupakan salah satu nama lain Haile Selassie, nabi agama Rastafari. Sinead juga punya tato, "salah satu nama Allah."
Petualangan Sinead di ranah religiusitas berjalan seiring dengan turbulensi kondisi kejiwaannya. Dalam acara Oprah 2007 lalu, Sinead mengungkap sebuah rahasia: dia didiagnosis bipolar disorder pada 2003. Sebelumnya, Sinead tak pernah tahu tentang kondisi kejiwaannya sendiri. Ketidaktahuan itu berujung pada usaha bunuh diri pada 1999.
Sinead sendiri menyalahkan tenaga kesehatan yang menangani operasi histerektomi (pengangkatan rahim). Usai operasi, ujar Sinead, dokter dan suster tak memberinya suntikan tambahan hormon. Ini membuat kondisinya kacau, dan mentalnya terombang-ambing. Ditambah, tim dokter tak memberinya pengarahan apa yang harus dilakukan Sinead usai operasi.
"Jadi setelah operasi histerektomi itu, aku jadi kayak orang gila," kenangnya.
Sekitar tiga tahun usai operasi, tepatnya pada Agustus 2017, Sinead merilis video yang mengiris hati: tampak kacau, dia menangis terisak dan bilang dirinya merasa kesepian dan sendirian sejak kehilangan hak asuh anak lelakinya. Rentetan kesepian dan gangguan mental ini membuatnya selalu ingin bunuh diri. Dokter dan psikater yang menanganinya selama ini berusaha "menjagaku agar tetap hidup."
Pada masa-masa kesepian itu, pencarian religiusitas Sinead tetap berjalan. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Islam. Setelah diskusi teologi yang entah berapa banyak dan berapa lama, Sinead, perempuan yang memikat hati banyak lelaki di era 1990-an itu akhirnya memutuskan masuk Islam, dan mengganti nama untuk, setidaknya kali ketiga. Sebelum ini, Sinead mengganti namanya jadi Magda Davitt untuk lepas dari kutukan orang tua. Perihal ubah nama ini tak jauh berbeda dengan idolanya, Prince, yang pernah beberapa kali mengganti nama.
Kabar ini disambut dengan berbagai respons. Beberapa berkata bahwa Islam telah memberikan ketenangan hati bagi Sinead yang sedang mengalami guncangan jiwa. Di YouTube, banyak orang yang mengucapkan selamat datang pada Islam, sejumlah lainnya berkata bahwa Sinead, maksud saya Shuhada' adalah, "saudari mereka." Tentu saja, komentar-komentar agama akan selalu menimbulkan perdebatan tak penting.
Yang lebih penting adalah semoga saja Shuhada' akhirnya menemukan ketenangan yang dia cari selama ini, sesuatu yang seharusnya diberikan oleh agama.
Editor: Nuran Wibisono