Menuju konten utama

Siapa Presiden Sudan Salva Kiir: Ngompol & Tahan Jurnalis?

Profil Presiden Sudan Selatan Salva Kiir yang ngompol dan tahan jurnalis.

Siapa Presiden Sudan Salva Kiir: Ngompol & Tahan Jurnalis?
Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menghadiri pemakaman kenegaraan mantan presiden Kenya Daniel arap Moi, di Stadion Nyayo di ibu kota Nairobi, Kenya, 11 Februari 2020. AP/John Muchucha

tirto.id - Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir sedang menjadi sorotan karena video "ngompolnya" di sebuah acara Desember 2022 silam tersebar.

Akibatnya, enam jurnalis video yang memperlihatkan sang presiden sedang ngompol ditahan oleh pemerintah Sudan Selatan sejak Selasa, (3/1/2023).

Menurut undang-undang negara itu, mereka memiliki waktu 1x24 jam sebelum membawa para tahanan ke meja hijau.

Lalu, siapa sebenarnya Salva Kiir, hingga menahan 6 jurnalis yang diduga terlibat dalam beredarnya video viral tersebut?

Kronologi Video Ngompol Presiden Sudan Selatan Tersebar

Seperti dilaporkan Reuters, para jurnalis yang ditahan pemerintah Sudah Selatan ialah Joseph Oliver dan Mustafa Osman yang berperan sebagai operator kamera.

Kemudian Victor Lado (editor video), Jacob Benjamin (kontributor), serta 2 lainnya atas nama Cherbek Ruben dan Joval Toombe yang sama-sama bertugas sebagai control room.

Ketua Aliansi Wartawan Sudan Selatan, Patrick Oyet menyatakan, para jurnalis ini bekerja untuk South Sudan Broadcasting Corporation, sebuah lembaga milik negara.

"Mereka diduga mengetahui alur video presiden ngompol bisa beredar," kata Patrick Oyet.

Rekaman terjadi pada bulan Desember 2022 dan sudah menyebar di media sosial meskipun selama ini tidak pernah tayang di televisi.

Video menunjukkan noda gelap yang menyebar di celana abu-abu yang dikenakan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir.

Kala itu, Salva Kiir sedang berdiri ketika mendengarkan lagu kebangsaan negara di sebuah acara resmi.

"Kami merasa prihatin karena mereka yang ditahan sekarang sudah tinggal lebih lama daripada yang diatur oleh undang-undang," tambah Patrick Oyet.

Profil Salva Kiir: Pimpin Sudan Selatan Sejak Merdeka

Pemilik nama lengkap Salva Kiir Mayardit itu merupakan Presiden Sudan Selatan pertama sejak negara itu merdeka dari Sudan pada tahun 2011.

Menurut laman Britannica, Salva Kiir lahir pada 1951 di Akon, Sudan dan termasuk etnis Dinka.

Pria yang sekarang berusia 72 tahun ini pernah menjabat sebagai presiden wilayah semiotonomi Sudan Selatan, sekaligus wakil presiden pertama Sudan pada 2005 hingga 2011.

Kiir merupakan pimpinan SPLM (Sudan People’s Liberation Movement) sejak 2005, sekaligus suksesor John Garang di SPLA (Sudan People's Liberation Army).

Sedangkan John Garang ialah pimpinan SPLA sebelumnya, dan bekas presiden wilayah semiotonomi Sudan Selatan (2005).

Pada era 1960-an, Salva Kiir bergabung dengan Anya Nya, sebuah gerakan separatis dalam perang sipil melawan pemerintah resmi Sudan yang berpusat di utara.

Selepas berakhirnya perang, Salva Kiir masuk tentara nasional Sudan dan mendapatkan pangkat letnan kolonel.

Bersama John Garang pada tahun 1983, Kiir membelot dari tentara Sudan dan turut mendirikan SPLM dan SPLA.

Kelak, 2 kelompok ini merupakan kekuatan utama selatan dalam berperang melawan pemerintah yang berada di wilayah utara.

Pada 2011, Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan hingga menjadi negara termuda kala itu.

Salva Kiir tampil sebagai presiden pertama sepeninggal John Garang dalam sebuah kecelakaan helikopter tahun 2005 silam.

Kekuasaan Salva Kiir di Sudan Selatan tidak serta merta berjalan mulus. Menurut laporan Al-Jazeera, Kiir pernah memecat seluruh anggota kabinetnya, termasuk wakil presiden, Riek Machar Teny, pada tahun 2013.

Di akhir tahun, para loyalis Riek Machar melakukan pemberontakan dan menyatakan perang terhadap pemerintah resmi pimpinan Salva Kiir, hingga disebut-sebut sebagai upaya kudeta.

Konflik tersebut memakan banyak korban. Puluhan ribu warga sipil mengungsi dan 1.000 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Atas terjadinya pertikaian ini, Riek Machar mengklaim bahwa Salva Kiir menerapkan pemerintahan yang diktator.

Menurutnya, sang presiden sudah kehilangan marwah di kalangan rakyat dan dianggap gagal mengembangkan wilayah Sudan Selatan sejak merdeka dari utara.

Pada Agustus 2015, Salva Kiir dan Riek Machar pernah menandatangani perjanjian perdamaian. Proses pemilu presiden dan anggota legislatif kemudian akan digelar di tahun yang sama.

Namun, rencana tersebut batal lantaran aksi kekerasan yang terus berlangsung. Masa jabatan Kiir dan para anggota legislatif lainnya diperpanjang selama beberapa tahun.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto