Menuju konten utama

Cara Melaksanakan Shalat Gaib untuk Eril Putra Ridwan Kamil

Shalat Gaib adalah apa, Shalat Gaib untuk apa, bagaimana tata cara Sholat Gaib untuk Eril dan niatnya?

Cara Melaksanakan Shalat Gaib untuk Eril Putra Ridwan Kamil
Emmeril Kahn Mumtaz. instagram/emmerilkahn

tirto.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyerukan agar umat Muslim melaksanakan Shalat Gaib untuk mendoakan Eril putra pertama Ridwan Kamil yang hingga kini belum ditemukan.

Seruan tersebut disampaikan melalui Surat Edaran MUI Jabar yang dikeluarkan di Bandung pada Kamis 2 Juni 2022. Surat edaran tersebut ditandatangani oleh Ketua MUI Jawa Barat Rahmat Syafei.

"MUI Provinsi Jawa Barat turut merasakan kesedihan yang mendalam seraya mendoakan semoga Bapak Gubernur beserta keluarga tetap diberi kekuatan dan ketabahan dalam menerima musibah ini," kata Rahmat Syafei dilansir dari Antara.

Menurutnya, rencana seruan Shalat Gaib itu pun telah disaksikan langsung oleh Ridwan Kamil dalam pertemuan bersama dirinya secara virtual. Sehingga ia menyebut surat edaran itu pun sudah disetujui oleh pihak keluarga.

Ia menjelaskan bahwa dalam hal ini, keluarga Ridwan Kamil sudah mengikhlaskan sepenuhnya dan meyakini bahwa Emmeril Kahn Mumtadz atau yang akrab disapa Eril sudah meninggal dunia karena tenggelam.

Adapun pihaknya menyerukan masyarakat khususnya umat Muslim agar melaksanakan Shalat Gaib pada hari ini, Jumat (3/5/2022). Menurutnya, Shalat Gaib dilakukan sebelum Shalat Jumat, atau bisa juga dilakukan setelah Shalat Jumat.

"Kepada seluruh pimpinan (MUI) kabupaten dan kota dimohon untuk meneruskan seruan ini kepada jajaran MUI di bawahnya dan kepada seluruh umat Muslim yang ada di wilayahnya," katanya.

Apa itu Sholat Gaib dan bagaimana tata caranya?

Sholat Ghoib atau Sholat Gaib adalah salat yang dilakukan untuk menyolatkan muslim yang diyakini telah meninggal dunia di tempat yang jauh atau di tempat yang tidak terjangkau, sehingga siap dilaksanakan salat baginya.

Sholat ghaib dan shalat jenazah memiliki pengertian yang berbeda kendati tujuannya sama. Perbedaan keduanya juga terletak pada niat. Untuk salat jenazah yang mayatnya ada di depan maka niatnya adalah:

أصلى على هذا الميت اربع تكبيرات فرض كفاية مأموما لله تعالى

Saya niat salat atas mayat ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi makmum karena Allah Ta’ala.

Sedangkan lafal niat salat gaib untuk jenazah umat Islam secara umum baik wafat di daerah lain atau wafat di masa jauh adalah,

أُصَلِّيْ عَلَى المَيِّتِ الغَائِبِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةٍ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli ‘alāl mayyitil ghā’ibi arba‘a takbīrātin fardha kifāyatin lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang jenazah gaib empat takbir fardhu kifayah karena Allah SWT.”

Dalam Sholat Gaib dan Jenazah yang ditulis Ulil H dijelaskan, niat salat gaib yang ditujukan kepada mayat yang diketahui dengan jelas identitasnya maka bunyi niatnya adalah:

أصلى على ميت (فلان) الغائب اربع تكبيرات فرض الكفاية لله تعالى

Artinya, "Saya niat salat gaib atas mayat (si A) empat kali takbir fardhu kifayah karena Allah Ta’ala."

Cara melakukan Sholat Gaib

Bacaan dalam salat gaib sama dengan salat jenazah, yaitu dengan empat takbir tanpa rukuk dan sujud. Membaca surat alfatihah setelah takbir pertama (takbiratul ihram).

Kemudian takbir kedua membaca shalawat atas nabi miimal shalawat pendek “allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad”. Lalu mendo’akan mayat setelah takbir ketiga yang berbunyi:

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه

Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa ‘afihi wa’fu anhu.

Ya Allah ampuniah dia, berilah dia rahmat dan sejahterakan serta maafkanlah dia

Lalu yang terakhir, setelah rakaat keempat disunnahkan membaca do’a sebelum salam. Adapun do’a setelah takbir keempat adalah:

اللهم لاتحرمنا أجره ولاتفتنا بعده واغفرلنا وله

Allahumma la tahrimna ajrahu wala taftinna ba’dahu waghfirlana walahu

Ya Allah, janganlah Engkau halangi pahalanya yang akan sampai kepada kami, dan jangan Engkau memberi fitah kepada kami sepeninggalnya serta ampunilah kami dan dia.

Baca juga artikel terkait SHALAT GAIB ADALAH APA atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya

Artikel Terkait