Menuju konten utama

Serangan Anti-Islam di Amerika dalam Statistik

Serangan fisik yang dialami umat Muslim di Amerika Serikat pada 2015 menyamai angka kekerasan yang terjadi pascaserangan 11 September tahun 2001 lalu.

Serangan Anti-Islam di Amerika dalam Statistik
Seorang muslim melaksanakan sholat di stasiun kereta bawah tanah Times Square, New York, Amerika Serikat. REUTERS

tirto.id - 5 Desember 2015, seorang penjaga toko di New York bernama Sarker Haque mendapat pukulan bertubi di wajahnya. Si pemukul berjalan ke dalam tokonya dan berteriak “Aku membunuh Muslim!” lalu meninju wajah Sarker yang saat itu sedang menjaga toko sambil membaca koran. Polisi New York menangkap pelaku pemukulan.

Sepekan kemudian, seorang pemuda 23 tahun bernama Carl James Dial membakar dan merampok mesjid di California. Pembakaran itu dilakukan sesaat sebelum waktu sembahyang, sehingga tak memakan korban. Pemuda itu juga ditangkap oleh pihak kepolisian karena telah melakukan kejahatan rasial.

Satu bulan sebelumnya, 14 November, seorang pria menembak sebuah mesjid di sebelah rumahnya dengan senjata berkekuatan tinggi. Otoritas federal kemudian menangkapnya dengan tuduhan perusakan properti keagamaan.

Tahun lalu, angka serangan fisik terhadap Muslim di Amerika memang melonjak. Menurut data yang dirilis Federal Bureau of Investigation (FBI), angka serangan fisik terhadap Muslim pada 2015 menyentuh angka 91, mendekati jumlah serangan pada 2001.

Sejak 2001 itu, serangan fisik dan kebencian terhadap kelompok Muslim memang meningkat drastis pasca-penyerangan 11 September. Angkanya mencapai 93 serangan. Padahal, di tahun 2000 hanya ada 12 kasus. Serangan fisik ini bisa berupa pemukulan perorangan, atau penyerangan organisasi dan tempat ibadah.

Tetapi setelah 2001 lewat, ketegangan berkurang. Pada 2002 sampai 2014, angka serangan fisik terhadap Muslim di Amerika tak setinggi jumlah kejadian pada 2001. Pada 2002, jumlah serangan fisik terhadap Muslim turun menjadi 34 kasus. Tahun 2011 sampai 2014, jumlahnya berada di angka 50-an.

Di sinilah angka serangan pada 2015 yang mencapai 91 kejadian terasa mengagetkan, hampir mendekati angka kejadian pada 2001. Itupun ekspresi kebencian dan intimidasi tidak dihitung. FBI melaporkan, ada 120 kasus intimidasi dan 257 tindak pidana ekspresi kebencian terhadap kelompok Muslim di Amerika pada 2015. Pada tahun itu, jumlah dua jenis kejahatan ini juga menjadi yang terbanyak setelah tahun 2001.

Serangan dari kelompok anti-Islam di Amerika yang melonjak di tahun 2015 rupanya terjadi setelah adanya serangan teroris di Paris pada 13 November 2015 dan penembakan massal di California, Amerika Serikat, pada 2 Desember tahun itu.

Setelah serangan di Paris, seorang pria 47 tahun bernama Mark James Riedel seperti kehilangan akal sehat. Dia menelepon 911, dan mengancam akan membunuh setiap orang yang kelihatan seperti Muslim, sebagai pembalasan dendam.

“Aku mengidap beberapa penyakit kejiwaan, dan aku akan segera keluar, menembaki apapun yang tampak seperti Muslim setelah apa yang mereka lakukan di Perancis,” ujarnya lewat sambungan telepon seperti diceritakan pihak kepolisian kepada New York Times.

Ia lalu keluar rumah dengan membawa pistol, dan mengabaikan perintah polisi untuk menjatuhkan senjata. Mark James Riedel pun ditembak mati.

Tahun ini, FBI belum merilis datanya. Namun, bisa jadi meningkat. Council on American-Islamic Relation (CAIR), sebuah organisasi advokasi Muslim menyatakan sebanyak 55 mesjid telah menjadi sasaran serangan masyarakat anti-Islam.

“Warga Muslim Amerika sangat mengkhawatirkan keselamatan mereka, keselamatan keluarga mereka, dan keselamatan organisasi mereka, mereka tak merasa aman untuk keluar rumah,” ujar Nihad Awad, Direktur Eksekutif CAIR, seperti dikutip ABCnews.

Infografik Anti Muslim di AS

Pasca-terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, kelompok Muslim di Amerika juga menjadi sasaran kekerasan dan tindakan rasisme. Southern Poverty Law Center, sebuah organisasi yang mengadvokasi hak-hak sipil melaporkan ada lebih dari 30 kasus kejahatan rasial selama lima hari setelah Trump terpilih.

Serangan terhadap kelompok Muslim Amerika dianggap keterlaluan, mengingat mereka juga menjadi korban serangan terorisme. Pada serangan 9/11 yang terjadi 15 tahun lalu misalnya, dari total 2.996 korban, 60-nya adalah warga Muslim Amerika.

Pada 21 November 2016 kemarin, Walikota New York City Bill de Blasio menyampaikan pidato yang luas dan tegas sekaligus menenangkan bagi warga New York. Dia, sebagai walikota, akan membela warganya yang diperlakukan secara diskriminatif, baik oleh pemerintah, polisi, atau sesama warga negara.

“Jika semua warga Muslim diminta untuk 'register', kami akan mengambil langkah hukum untuk menghalangi aturan itu,” katanya. Rekaman pidato de Blasio itu viral di media sosial.

Lewat akun Twitter-nya, Bill de Blasio juga menyampaikan pesan bernada serupa. “Kepada seluruh warga Muslim yang tengah diremehkan keyakinannya, kami bersama kalian,” tulisnya.

Baca juga artikel terkait HUMANIORA atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Humaniora
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Maulida Sri Handayani