tirto.id - Saban musim mudik, menteri perhubungan (menhub) punya kebiasaan mengimbau para pemudik agar tak menggunakan sepeda motor. Alasannya sederhana, kendaraan satu ini rentan terjadi kecelakaan.
"Motor diimbau tidak digunakan. Kami sarankan untuk pakai mudik gratis. Karena jika pakai motor itu sangat berbahaya. 75 persen kecelakaan saat mudik itu karena pemudik menggunakan motor," ujar kata Menhub Budi Karya awal Mei lalu.
Di atas kertas, angka-angka memang berbicara. Data Korlantas Polri dua triwulan di akhir 2018 dan awal 2019 menunjukkan sepeda motor sebagai jenis kendaraan yang menyumbang kecelakaan lalu lintas terbanyak.
Pada triwulan I-2019 (Periode Sekarang) misalnya, kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 35.714 kejadian, sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-2018 (Periode Lalu) sebanyak 36.621 kejadian atau paling banyak dari kendaraan lain seperti bus, truk, dan sepeda. Jumlah itu sekitar lima kali lipat kejadian kecelakaan yang melibatkan mobil.
Kejadian kecelakaan yang melibatkan sepeda motor pada musim mudik juga tak kalah tinggi. Sebuah studi Mentary Adisthi dkk yang dimuat dalam Jurnal Transportasi (2017) soal kecelakaan di jalur darat menyimpulkan "bahwa jumlah kendaraan yang paling
banyak terlibat dalam kecelakaan selama periode mudik lebaran melalui jalur darat pada
tahun 2015 dan 2016 sepeda motor"
Masih pada laporan yang sama, meski sepeda motor menyumbang jumlah kecelakaan yang tinggi tapi sepeda motor tetap diminati para pemudik. Alasannya "karena dianggap lebih murah, lebih fleksibel saat menerobos kemacetan dan lebih tepat waktu dibandingkan dengan transportasi publik yang tersedia.”
Tirto sebelumnya pernah melaporkan, ada beberapa alasan yang membuat orang membawa sepeda motor ke kampung halaman. Pertama, jadi bukti kesuksesan selama merantau. Kedua, dengan mengendarai motor, orang bisa berkunjung dengan lebih mudah atau mendatangi berbagai tempat di kampung halaman.
Untuk mengantisipasi dan mengurangi jumlah pemudik menggunakan sepeda motor, Kementerian Perhubungan telah menyediakan kursi-kursi mudik gratis dari berbagai moda transportasi, mulai angkutan dengan bus hingga kapal laut. Kemenhub juga menyediakan angkutan motor gratis dengan kereta api.
Namun, tetap saja bagi sebagian pemudik, opsi menuju kampung halaman dengan sepeda motor tetap jadi pilihan. Untuk itu, persiapan fisik dan kendaraan menjadi kunci bagi pemudik yang memilih mudik dengan kendaraan roda dua.
Persiapan Mudik Pakai Sepeda Motor
Pada dasarnya kejadian kecelakaan bisa menimpa jenis kendaraan apa saja, tak hanya sepeda motor. Kuncinya adalah menerapkan aspek keselamatan berkendara. Apalagi kegiatan mudik sepeda motor dengan perjalanan jauh yang membutuhkan kesiapan mental, fisik, dan teknis kendaraan.
“Saya tidak menyarankan mudik naik motor, pemerintah juga sama sejak lama mengimbau pemudik agar tidak menggunakan sepeda motor. Tapi itu kan saran, kalau diikuti bagus, kalau tidak ya enggak apa-apa. Cuma memang mesti ada persiapan khusus jika mau mudik menggunakan sepeda motor,” ujar Jusri Pulubuhu, Founder dan Training Director dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Pertama, perhatikan kondisi fisik pengendara. “Harus diingat, badan manusia punya kapasitasnya sendiri. Dengan usia yang semakin bertambah, pasti ada kondisi yang membuat badan bisa kelelahan,” tuturnya saat dihubungi Tirto.
Jangan paksakan tubuh Anda jika kondisi mulai lemah, apalagi kegiatan mudik dengan sepeda motor dilakukan saat berpuasa. Intinya jangan memaksakan diri.
Kedua, beristirahat setiap dua jam dengan interval waktu istirahat 15 sampai 30 menit. Pemudik bisa melakukan perenggangan saat beristirahat untuk melemaskan otot dan mendapat suplai udara baru ke otak. “Prinsipnya semakin lama Anda berkendara, semakin banyak Anda harus beristirahat,” imbuh Jusri.
Istirahat dapat juga dilakukan dengan tidur, apalagi buat pemudik yang sudah berkendara lebih dari 8 jam. Jika merasa mengantuk, segera cari tempat istirahat. “Kalau memungkinkan tidur saja, tentu dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan. Tidur selama 15 sampai 30 menit cukup,” lanjutnya.
Ketiga, tentukan waktu yang tepat untuk berangkat mudik. Semakin mendekati Lebaran tentu akan semakin macet, kondisi ini bakal menguras fisik dan mental pemotor. Pastikan rencana mudik Anda telah disusun dengan matang, kapan waktu berangkat dan kapan kembali ke daerah asal.
“Berangkat mudik pakai motor mungkin paling baik saat hari masih pagi sekali, selain badan sudah beristirahat semalam, cuaca juga masih sejuk, dan kondisi jalan belum terlalu ramai,” ungkap Jusri.
Keempat, jangan bawa barang bawaan melebihi kapasitas motor. Sebagai acuan, panjangnya tidak boleh melebihi panjang motor, sementara lebarnya dapat memperhatikan lebar stang. Barang bawaan juga jangan sampai menutupi plat nomor dan mengganggu lampu-lampu. Hal ini penting karena lampu sein atau lampu belakang merupakan alat komunikasi dengan kendaraan lain.
“Demi keamanan dan kenyamanan, jangan membawa barang bawaan yang berlebihan. Kalau sampai berlebihan, baiknya barang dikirim melalui jasa ekspedisi sebelum waktu keberangkatan. Jadi ketika sampai di tujuan, barang juga sudah bisa sampai,” ingatnya.
Selain persiapan kondisi fisik, sepeda motor yang bakal dipakai untuk mudik juga patut diperhatikan. Sebab tunggangan harus dalam keadaan fit untuk menempuh perjalanan ratusan kilometer.
Anditia Gunawan, Service Advisor FSS Yamaha Cempaka Putih, Jakarta Pusat, mengatakan pemudik perlu datang ke bengkel jauh hari sebelum hari ’H’ untuk mengurangi antrean. Sebab kondisi bengkel diprediksi akan makin ramai jelang Lebaran.
“Perawatan motor tergantung kondisi motornya seperti apa, tentu harus dilakukan pengecekan terlebih dulu. Jika kondisi mesin masih bagus, hanya perlu servis ringan saja,” ucapnya kepada Tirto.
Servis ringan sendiri meliputi pengecekan biasa dan ganti oli mesin, khusus motor matik juga ada penggantian oli transmisi serta servis CVT. Sebagai penyalur tenaga dari mesin ke roda, roller dan sabuk CVT harus dapat perhatian ekstra.
Jika sudah ada komponen yang aus sebaiknya diganti. Selain itu semua komponen juga dilakukan pengecekan, seperti pengereman, kelistrikan, sistem bahan bakar, serta sensor-sensor khususnya pada motor injeksi.
“Kalau kondisi motor tidak baik, seperti ada suara kasar dari mesin atau knalpot mengeluarkan asap putih, tandanya perlu melakukan servis besar,” jelas Anditia.
Bila sudah demikian maka mesin harus dicek dan beberapa komponen mungkin harus melakukan penggantian, misalnya piston, ring piston, seal klep, atau lainnya.
Pada dasarnya aktivitas berkendara di jalan umum punya risiko kecelakaan baik sepeda motor maupun kendaraan lainnya. Namun, bila melihat statistik, maka para pemudik yang memakai sepeda motor tak hanya waspada tapi harus mempersiapkan diri dan kendaraan dengan matang.
Editor: Suhendra