tirto.id - Bandara Soekarno-Hatta akan segera punya terminal baru yang lebih canggih dan wah. Tambahan Terminal 3 di bandara ini diharapkan mampu mendongkrak pamor Bandara Soekarno-Hatta, yang selama ini sering dianggap kalah dibandingkan bandara-bandara internasional di negara tetangga.
Pada Selasa, 9 Agustus 2016, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta akan mulai beroperasi. Ini merupakan penundaan hingga 1,5 bulan dari rencana semula yakni pada 20 Juni 2016. Terminal 3 ini rencananya akan dijadikan “kado” untuk para pemudik. Namun, karena belum sempurna, pemerintah memutuskan untuk menunda pengoperasiannya.
Rencana pengoperasian Terminal ini mendapat sorotan dari media-media luar negeri. Terminal 3 disebut-sebut akan menjadi pesaing Bandara Changi, Singapura yang selama ini dianggap sebagai yang terbaik di ASEAN dan dunia.
“A hub to rival Singapore: Jakarta Airport's new terminal the centrepiece of transport plan.” Demikian ditulis www.abc.net.au.
Media Singapura seperti Straits Times termasuk juga yang rajin memberitakan perkembangan terminal 3 Soekarno-Hatta misalnya soal penundaan operasi Terminal 3 beberapa waktu lalu.
Sorotan internasional terhadap terminal baru Soekarno-Hatta sangat wajar. Terminal 3 yang berkapasitas 25 juta penumpang akan menambah layanan penerbangan internasional dari 30 destinasi jadi 70 destinasi. Bila ini terjadi, maka akan menandingi kapasitas Kuala Lumpur International Airport (KLIA).
Penambahan terminal dengan proyek senilai Rp4,7 triliun ini bagian dari pekerjaan membenahi bandara-bandara di Indonesia yang mencakup 29 bandara internasional dan 236 bandara domestik. Namun, pekerjaan rumah di Soekarno-Hatta belum selesai, kenapa?
Persaingan dan Kenyataan
Selain kapasitas, dukungan fasilitas canggih akan menjadi nilai lebih terminal ini. Dengan luas kawasan terminal 422.804 meter persegi, maka Terminal 3 Soekarno Hatta lebih luas daripada Terminal 3 Bandara Changi yang hanya 380.000 meter persegi. Terminal 3 ini juga memiliki 28 gates yang terdiri dari 10 gate penerbangan internasional dan 18 gate penerbangan domestik.
Fasilitas di Terminal 3 ini cukup mewah, misalnya sistem pengelolaan bagasi otomatis atau baggage handling system dengan 13 conveyor belts, didukung dengan 206 check-in counters, dan 38 self check-in. Selain itu ada dua hotel bintang 4, ruang rapat, toko duty-free, toko ritel, dan restoran. Dukungan area parkir dengan kapasitas ribuan kendaraan roda dua dan empat. Selain itu, ada jembatan layang yang terhubung dengan rencana kereta bandara.
“Kami berencana dengan adanya terminal baru ini, Bandara Soekarno Hatta akan menjadi hub seperti Singapura dan Kuala Lumpur,” kata Direktur Fasilitas PT Angkasa Pura II Herarindri dikutip dari abc.net.au.
Namun, di tengah hingar bingar persiapan operasi Terminal 3, nada miring terhadap keberadaan sarana baru ini justru muncul.
“Ini akan masih butuh 20 tahun lagi untuk menyamai standar Bandara Changi. Upaya perbaikan ini hanya tahap pertama untuk langkah yang masih jauh ke depan,” kata pengamat penerbangan Alvin Lie dikutip dari Straits Times.
Apa yang dilontarkan Alvin bukan omong kosong belaka. Saat Indonesia mulai berbenah, negara lain seperti Singapura terus melakukan perbaikan. Pada 2017, Terminal 4 Bandara Changi berkapasitas 16 juta penumpang akan beroperasi. Saat itu, kapasitas Changi bertambah dari 66 juta penumpang menjadi 82 juta penumpang. Tahun lalu Changi berhasil melayani 55,4 juta penumpang, dengan kapasitas yang masih longgar.
Bandingkan dengan Soekarno Hatta, dengan adanya Terminal 3 memang akan menambah 25 juta kapasitas penumpang, dari kapasitas sebelumnya 22 juta penumpang. Total kapasitas normal hanya 47 juta penumpang, padahal tahun lalu ada 54 juta penumpang yang menggunakan Bandara Soekarno-Hatta.
Kondisi yang sudah melebihi kapasitas ini masih harus dilayani dengan hanya dua runway. Media Antara menulis mulai 26 Juni 2014, kapasitas dua runway di Bandara Sokarno-Hatta meningkat rata-rata dari 64 pergerakan pesawat per jam menjadi 72 pergerakan pesawat per jam. Sehingga tak mengherankan antrean pesawat tak bisa dihindari di darat maupun udara.
Pihak PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memang sedang menyiapkan proyek Terminal 4 yang nantinya bisa mengangkat kapasitas hingga 100 juta penumpang. Rencana penambahan terminal ini mau tak mau harus diimbangi dengan penambahan runway ketiga. Pembebasan lahan untuk runway ketiga masih berlangsung. Pembangunan runway ketiga targetnya bisa selesai tahun depan. Presiden Jokowi sudah menyadari pekerjaan rumah yang menunggu eksekusi ini.
“Ini pun kalau sudah jadi tadi saya sudah langsung perintah ke Bu Menteri (BUMN), harus sudah memikirkan lagi bangun selanjutnya. Sudah ada satu, sudah ada dua, ini ketiga, harus langsung menuju keempat,” kata Presiden Jokowi Mei lalu.
Itu baru soal kapasitas yang bisa berdampak pada kenyamanan penumpang. Persoalan keamanan juga masih menjadi catatan. Secara umum dunia penerbangan di Indonesia termasuk pengelolaan bandara di masih menuai kritikan. Beberapa kasus kelalaian pengelola bandara masih terjadi seperti keamanan ruang VIP, pagar bandara, dan lainnya. Persoalan ini pun menjadi sindiran Straits Times saat meminjam mulut pengamat penerbangan dari Majalah Angkasa Dudi Sudibyo.
“Industri penerbangan Indonesia tertinggal dibandingkan negara lainnya, dengan catatan buruk keamanan penerbangan, delay penerbangan, kemampuan SDM yang masih terbatas dan perawatan yang lemah,” kata Dudi.
Persoalan keamanan ini memang sempat menjadi masalah ketika Terminal 3 Soekarno Hatta ditargetkan mulai beroperasi 20 Juni. Demi alasan keamanan pengoperasian Terminal 3 ditunda. Butuh 1,5 bulan lebih bagi PT Angkasa Pura II dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk memastikan persoalan kesiapan dan keamanan tuntas 100 persen.
Ditunda Demi Keamanan
Pasca sidak Presiden Jokowi pada 11 Mei 2016 di lokasi Terminal 3, ada harapan agar terminal anyar ini bisa digunakan saat musim mudik Lebaran. Layaknya jalan tol baru di Brebes, Jokowi seolah ingin memberikan "kado" pada publik terhadap kinerjanya selama ini. Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya yang kini jadi menteri perhubungan cukup yakin, 20 Juni jadi waktu yang tepat untuk memulai pengeoperasian Terminal 3.
Target AP II memang awalnya cukup meyakinkan, tapi fakta rupanya berkata lain. Menjelang detik-detik terakhir target pengoperasian, kesiapan terminal ini dinilai masih jauh dari segala aspek. Pengoperasian tersebut belum mendapat restu dari Menteri Perhubungan yang pada waktu itu dipimpinan oleh Ignasius Jonan yang terkenal “kaku” untuk urusan keamanan transportasi. Pihak Kemenhub menilai masih banyak yang harus dibenahi terkait aspek teknis keselamatan, keamanan serta pelayanan penerbangan.
Beberapa aspek-aspek yang perlu dibenahi oleh AP II maupun Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia), yaitu sistem navigasi penerbangan yang perlu menggunakan sistem tambahan, seperti Airport Surface Movement Ground Control System (ASMGCS) dan sub tower. Sarana ini membantu pengawasan area apron, landasan pacu (runway) dan landasan hubung (taxiway) terminal 3 yang tidak terlihat dari menara ATC.
Sistem ASMGCS harus ditingkatkan dari level 1 menjadi level 2. Alasannya jika hanya level 1, kemampuannya hanya bisa memonitor pesawat yang ada di ground. Namun bila sudah level 2, mampu mendeteksi jarak pergerakan pesawat di depan dan belakang serta memantau kendaraan yang lain, seperti kendaraan catering, push back, ground handling dan sebagainya.
Selain itu, ada catatan terhadap jaminan ketersediaan listrik, sistem pengolahan sampah dan limbah, yang harus disiapkan prosedur standar operasinya (SOP). Dari catatan-catatan ini, terlihat jelas pemerintah tidak mau mengambil risiko yang mengancam keselamatan, di tengah upaya besar untuk mewujudkan nirkecelakaan atau "zero accident" selama masa musim mudik 2016 lalu.
"Kami tidak mau Garuda Indonesia sebagai satu-satunya maskapai yang beraliansi global Sky Team, citranya menjadi turun lagi karena pelaksanaan pengoperasian Terminal 3 yang kurang maksimal," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hemi Pamurahardjo dikutip dari laman Kemenhub.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub melakukan verifikasi kesiapan Terminal 3 pada pertengahan Juli lalu. Kemenhub juga membentuk tim terpadu untuk mendorong rencana pengoperasian Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Tim tersebut terdiri dari Direktorat Jenderal Jenderal Perhubungan Udara, PT Angkasa Pura II, Perum LPPNPI, dan PT Garuda Indonesia.
Hingga akhirnya, PT Angkasa Pura II memastikan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta mulai beroperasi pada 9 Agustus 2016 pukul 00.01 WIB, besok. Maskapai Garuda Indonesia akan mulai melayani penerbangan untuk seluruh rute domestik melalui Terminal 3. Kepastian ini setelah Surat Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Nomor AU.508/1/1/DRJU.DBU-2016, 2 Agustus 2016 tentang Pengoperasian Terminal 3 diteken Budi Karya.
Kini, Terminal 3 yang sudah lama dinanti selangkah lagi akan beroperasi. Namun, ini bukan akhir dari sebuah pekerjaan. Terminal 3 yang megah hanya sebuah permulaan menanti dunia penerbangan Indonesia yang bisa diandalkan dari sisi keamanan dan kenyamanan.