tirto.id -
"Kalau disampaikan bahwa ada serangan, ada teror, yang ditujukan kepada penyidik KPK sebelumnya selain serangan air keras 11 April itu benar," kata Febri Diansyah di Jakarta, Rabu (14/32018).
Ia pun menyatakan bahwa KPK sebenarnya tidak ingin mempublikasikan soal serangan itu.
"KPK sebenarnya tidak ingin mempublikasikan hal tersebut untuk mencegah teror itu karena tujuan teror itu kan untuk menakut-nakuti ketika kami sampaikan kemudian membuat efek takut itu lebih luas kan justru tidak bagus," ungkap Febri.
Namun, kata dia, lembaganya mau mempublikasikan adanya serangan itu agar teror-teror itu segera terungkap.
"Tetapi karena kejadiannya seperti ini dan kepentingan yang lebih utama adalah agar teror-teror itu terungkap maka kami konfirmasi memang ada beberapa serangan sebelumnya baik terhadap Novel ataupun terhadap penyidik KPK yang lain," tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa sekitar 2015 ada orang-orang tidak kenal yang bolak-balik di rumah salah satu penyidik KPK bahkan melakukan perusakan terhadap mobil penyidik itu.
"Sekitar tahun 2015 ada orang-orang yang tidak dikenal yang terindentifikasi bolak-balik di rumah salah satu penyidik KPK, bahkan mobil penyidik saat itu disiram dengan soda api sampai tentu terjadi kerusakan," ucap Febri.
Setelah kejadian tersebut, Febri menyatakan KPK melapor kepada Polri, namun sampai saat ini pelaku teror tersebut belum ditemukan.
"Karena peristiwa tersebut maka kami melaporkan ke Polri saat itu. Penyidik yang menjadi korban itu diperiksa tapi memang sampai saat ini belum ditemukan pelakunya," kata Febri.
Menurut dia, jika pelaku serangan belum ditemukan tentu berisiko kepada penyidik lain atau pegawai KPK yang bekerja di jalan pemberantasan korupsi.
"Ini yang kami sebut berulang kali kalau pelaku teror atau pelaku serangan tidak ditemukan bukan hanya berisiko untuk pihak yang diserang pada saat itu tetapi kepada penyidik atau pegawai KPK lain atau kepada siapapun yang bekerja di jalan pemberantasan korupsi. Termasuk teror kepada jurnalis-jurnalis yang mengungkap kasus korupsi," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua KPK Agus Rahardjo juga membenarkan bahwa terdapat serangan terhadap penyidik KPK lainnya.
"Oh itu kejadiannya sudah lama. Jadi, ada yang mobilnya disiram air keras. Saya belum tahu tetapi yang mobilnya itu kalau tidak salah juga penyidik yang senior. Malah yang ada rumahnya dilempari bom molotov," kata Agus.
Sebelumnya, Novel disiram air keras oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai shalat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya.
Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017.
Novel adalah salah satu penyidik senior KPK yang antara lain menangani kasus korupsi dalam pengadaan KTP-elektronik (e-KTP).
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri