Menuju konten utama

Sejumlah Seniman di Yogyakarta Suarakan Pembebasan Palestina

Solidaritas Kultural Kontra Genosida mengkritik institusi dan lembaga yang pro terhadap Israel dan melakukan pelarangan suara dukungan terhadap Palestina.

Sejumlah Seniman di Yogyakarta Suarakan Pembebasan Palestina
Sejumlah warga dari Aqsa Working Group melakukan aksi dukungan terhadap Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Jumat (31/5/2024). Mereka mengutuk serangan Israel ke kamp pengungsian di Rafah, Gaza, Palestina. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.

tirto.id - Solidaritas Kultural Kontra Genosida (SKKG) menggelar aksi di Titik Nol Yogyakarta pada Rabu siang (17/07/2024). Aksi ini merupakan rangkaian festival budaya bertajuk “Kultura Intifada: Art Combating Silence” sebagai bentuk perlawanan terhadap genosida yang terus berlangsung di Palestina. Mereka juga mengajak publik untuk tidak diam atas nasib Palestina.

Kultura Intifada mengkritik sikap diam lembaga kebudayaan Barat atas apa yang terjadi di Palestina. Dalam rilis persnya, SKKG menyatakan bahwa festival ini digelar sebagai respons kemanusiaan untuk pembebasan rakyat Palestina. Mereka melihat bahwa genosida di Palestina masih terus berlangsung, dengan banyak korban berjatuhan dan rakyat Palestina dirampas haknya untuk hidup di atas tanah air mereka sendiri.

SKKG mengajak masyarakat untuk bersuara dan melawan kebungkaman terhadap genosida di Palestina. Mereka mengkritik institusi dan lembaga yang pro terhadap Israel dan melakukan pelarangan suara dukungan terhadap Palestina.

“Kami merespons terkait dengan apa yang terjadi di Palestina, di mana terjadi genosida terhadap masyarakat atau rakyat di Palestina yang dilakukan oleh Israel, oleh Zionis Israel, dan bersama sekutu-sekutunya,” kata Restu Baskara saat ditemui kontributor Tirto di tengah aksi.

SKKG berharap festival budaya ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang genosida di Palestina dan mendorong aksi nyata untuk mendukung rakyat Palestina.

Festival ini menghadirkan berbagai acara seni dan budaya, seperti pameran poster, diskusi publik, nonton bareng film Palestina, workshop, pertunjukan budaya, pertunjukan seni grafiti, video mapping, dan aksi massa pawai budaya. Acara puncaknya adalah pembacaan manifesto dan malam penghormatan.

Bagi mereka kesenian adalah alat yang paling berbahaya sekaligus efektif untuk diselipi agenda-agenda apapun. Dari sesuatu yang mulia sampai upaya untuk menormalisasi genosida dengan cara diam dan tak memberi ruang untuk membicarakannya.

Selain melalui seni, aksi pawai di bulan Juli ini menjadi momentum dan simbol yang tepat. Restu mengungkapkan bahwa bulan ini merupakan waktu panen semangka warga Palestina, namun mereka dihadapkan dengan situasi perang.

“Bulan Juli ini kenapa kemudian kami peringati sebagai bulan perlawanan untuk rakyat Palestina, bulan Juli ini seharusnya rakyat Palestina memanen semangka,” kata Restu.

Aksi siang itu diikuti oleh aliansi yang terdiri dari seniman, pekerja seni, lembaga bantuan hukum, dan organisasi mahasiswa. Jalan kaki dilakukan dari parkiran Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Kilometer dengan aksi teatrikal.

Baca juga artikel terkait FREE PALESTINE atau tulisan lainnya dari Dina T Wijaya

tirto.id - Politik
Kontributor: Dina T Wijaya
Penulis: Dina T Wijaya
Editor: Irfan Teguh Pribadi