tirto.id -
Rektor beralasan pemecatan dilakukan karena pers mahasiswa Suara USU menerbitkan cerita pendek berjudul “Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya” yang dianggap "mempromosikan" LGBT.
Koordinator Kobel Eky Rizky menjelaskan, selain membela pengurus Suara USU, aliansi juga dimaksudkan untuk membela hak bersuara, serta mencegah kejadian serupa terjadi di kampus lain.
“Tujuan jangka pendek kami adalah agar rektor USU bisa mencabut SK pemecatan 18 anggota Suara USU, dan [mereka] bisa kembali berkegiatan seperti biasa di sekretariat mereka. Jangka panjangnya adalah agar tidak ada lagi tindakan pembungkaman demokrasi di kampus,” kata Eky Rizky saat ditemui di UNJ, Jakarta Timur, pada Sabtu (6/4/2019).
Eky mengatakan bahwa kejadian tersebut sudah banyak terjadi di sejumlah kampus. Hampir seluruh kejadian yang ada pun selalu berkaitan dengan perlindungan nama baik kampus.
“Gelisah, tentu ada kegelisahan. Terlebih, posisi para mahasiswa ini banyak yang tidak menyadari bahwa isu ini menjadi masalah mahasiswa di Indonesia,” kata Eky.
Di sisi lain, Eky menjelaskan, para mahasiswa terdapat pro dan kontra dalam menilai persoalan tersebut. Bahkan ada sebagian mahasiswa yang membuat gerakan kontradiktif.
"Kalau di USU kan ada gerakan yang malah memihak ke rektor USU dan membuat tagar KamiBersamaRektorUSU ,” tutur Eky.
Alumni Suara USU Khairil Hanan, juga merasakan keresahan seperti Eky. Ia tak habis pikir bagaimana Rektor USU memecat 18 anggota Suara USU karena alasan LGBT.
“Mereka [pengurus Suara USU] selalu tahu pemecatan ini salah, tapi mereka nggak mau masuk karena isunya LGBT,” ujar Khairil.
Lantaran itu alumni Suara USU dan Kobel akan terus melawan kebijakan Rektor USU. Saat ini mereka sedang melakukan kampanye “Menulis 1000 Cerpen Untuk Rektor USU”. Penggalangan cerpen tersebut dikhususkan untuk cerita dengan tema LGBT, ateisme, Papua Merdeka, komunisme, ganja dan lain sebagainya
“ Terakhir saya lihat di email sudah hampir 100 [cerpen yang masuk],” kata Eky.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Agung DH