Menuju konten utama

Sejarah Polemik Jokowi vs Bibit Waluyo yang Diklaim Dukung Prabowo

Saat menjabat sebagai Gubernur Jateng, Bibit Waluyo punya sejarah polemik dengan Jokowi yang kala itu menjadi Wali Kota Solo.

Sejarah Polemik Jokowi vs Bibit Waluyo yang Diklaim Dukung Prabowo
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferry Juliantono, mengklaim mantan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, telah merapat ke kubunya. Di masa lalu, Bibit Waluyo pernah punya sejarah polemik dengan Joko Widodo (Jokowi), lawan Prabowo dalam Pilpres 2019.

"Mantan Gubernur Jateng sudah lama gerilya menggerakkan relawan-relawan memenangkan 02 (pasangan Prabowo-Sandi). Ini membuktikan Solo dan Jateng tidak loyal dukung petahana (Jokowi) dan partainya,” sebut Ferry di Solo, Jumat (8/2/2019).

Bibit Waluyo adalah Gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013. Saat itu, ia merupakan kader yang diusung PDIP. Namun, pada saat Bibit maju lagi ke Pilgub Jateng 2013, ia didukung Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PAN. Hasilnya, ia kalah dari jagoan baru PDIP, Ganjar Pranowo.

Sebut Wali Kota Solo [Jokowi] Bodoh

Ketika Bibit Waluyo duduk sebagai orang nomor satu di Jawa Tengah, ia terlibat polemik dengan Jokowi yang kala itu menjabat Wali Kota Solo. Salah satu kejadian yang paling membekas adalah saat Bibit menghina Jokowi dengan sebutan wali kota bodoh.

"Wali kota Solo [Jokowi] itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?" tukas Bibit Waluyo pada 27 Juni 2011.

Bibit Waluyo meradang karena Jokowi menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bangunan kuno bekas Pabrik Es Saripetojo yang berlokasi di Purwosari, Laweyan. Padahal, Bibit selaku gubernur sudah menyetujui rencana tersebut.

Tak hanya itu, Bibit juga menganggap kawasan yang akan dibangun mal tersebut adalah aset milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga Pemerintah Kota Solo, termasuk Jokowi sebagai wali kota, tidak berhak melarangnya.

Jokowi punya alasan kuat sehingga berani "menentang" kehendak sang gubernur. Menurutnya, jika dibangun mal, rakyat kecil yang sudah puluhan tahun berdagang di kawasan itu akan tersingkir dan kehilangan penghasilan.

"Kami ingin membatasi keberadaan mal di Solo karena kami harus memikirkan keberadaan pasar tradisional," kata Jokowi pada 27 Juni 2011.

Selain itu, Jokowi menilai, lahan bangunan kuno bekas pabrik es Saripetojo yang didirikan sejak 1888, selayaknya dijadikan cagar budaya, bukan justru dihancurkan, apalagi untuk dibangun mal.

Lantas, apa reaksi Jokowi setelah Bibit Waluyo menyebutnya sebagai wali kota bodoh?

"Iya, saya memang masih bodoh. Masih harus banyak belajar ke banyak orang. Dibilang begitu ya enggak apa-apa," ujar Jokowi kalem.

Bibit vs Jokowi Masih Berlanjut

Hinaan terhadap Jokowi sempat membuat sebagian masyarakat Solo marah dan mengancam akan menolak kehadiran Bibit Waluyo di kota itu.

Setelah Jokowi tidak menjabat Wali Kota Solo lantaran terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta dan dilantik 15 Oktober 2012, Bibit Waluyo kembali melancarkan serangan terhadap mantan bawahannya itu.

Dalam acara Dies Natalis UNS di Solo pada 11 Maret 2013, Bibit Waluyo membandingkan dirinya dengan Jokowi yang sudah menjadi orang nomor satu di Ibu Kota Jakarta.

Menurutnya, pekerjaan baru Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta jauh lebih enak ketimbang dirinya di daerah. "Mana ada gubernur seperti saya yang mau turun ke kandang sapi dan tanpa ragu-ragu menyuntik sapi?" sindir Bibit waktu itu.

"Kalau Gubenur DKI Jakarta itu enak, kumpulnya dengan para artis," cibirnya. Namun, pria yang pernah menjabat Pangdam Diponegoro dan Pangdam Jaya (Jakarta Raya) ini kemudian menambahkan, "Bagaimanapun, dia [Jokowi] wajib dihormati."

Sepeninggal Jokowi, Bibit Waluyo ternyata tetap merealisasikan rencana pembangunan di lahan bangunan kuno yang sebelumnya sempat terkatung-katung karena ditentang Pemerintah Kota Solo.

Pada April 2013, separuh lebih kawasan seluas 1,3 hektare itu digunakan untuk membangun hotel dengan luas bangunan 12.507 meter persegi. Sebagian lahan lainnya didirikan apotek dan pertokoan, bukan mal seperti yang direncanakan sebelumnya.

Setelah dipertimbangkan kembali, rencana mendirikan mal dibatalkan. Bibit bahkan menyatakan akan tetap mempertahankan bangunan cagar budaya. "Bangunan rumah dinas yang termasuk cagar budaya akan kami biarkan tetap sebagai cagar budaya," tegasnya pada 27 April 2013.

Di bulan yang sama, Bibit Waluyo meminta maaf kepada masyarakat Solo dan berharap semua pihak melupakan polemiknya dengan Jokowi.

"Sudahlah, lupakan saja. Yang sudah ya sudah. Aku kok selalu tidak dipercaya, salahku itu apa?" kata Bibit Waluyo.

"Masyarakat Solo ini terkenal selalu adem ayem. Maaf kalau saya salah, terima kasih telah dikoreksi," imbuh mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ini.

Setelah gagal melanjutkan jabatannya sebagai Gubernur Jawa Tengah lantaran kalah dari Ganjar Pranowo di pilgub 2013, Bibit Waluyo menyatakan akan kembali ke desa untuk bertani dan mengurus keluarga.

Sebaliknya, karier politik Jokowi justru melesat amat tinggi. Dari Gubernur DKI Jakarta, Jokowi kemudian terpilih sebagai Presiden RI ke-7, berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) selaku wapres, setelah mengalahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa di Pilpres 2014.

Kini, Joko Widodo dan Prabowo Subianto bakal bertarung lagi di Pilpres 2019. Bibit Waluyo pun dikabarkan turun gunung dan diklaim memberikan dukungannya kepada rival abadi Jokowi itu.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Politik
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Mufti Sholih