tirto.id - Sejarah Kongres Pemuda I yang digelar pada 30 April-2 Mei 1926 sudah memperlihatkan poin-poin pemahaman persatuan.
Oleh karena itu, hasil Kongres Pemuda 1 ini dapat disebut sebagai cikal bakal Sumpah Pemuda yang dihasilkan pada 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II.
Salah satu tokoh Kongres Pemuda 1 yang cukup dikenal adalah Mohammad Tabrani, ia sekaligus orang yang menjadi pemimpin Kongres Pemuda 1.
Kongres Pemuda I erat kaitannya dengan kemunculan organisasi-organisasi pemuda pada awal 1900-an.
Pertama kali, Budi Utomo hadir sebagai organisasi pergerakan nasional di Jakarta mulai 20 Mei 1908.
Kemudian, muncul lagi berbagai organisasi pemuda lain sampai tahun 1920-an. Hingga tahun tersebut, kenyataannya para pemuda tidak melebur dan masih bersifat kedaerahan.
Oleh karena itu, muncul keinginan dari beberapa pihak untuk berunding dalam satu wadah.
Menurut catatan situs Kemdikbud, gagasan peleburan rasanya diperlukan kala itu. Lalu, muncul dukungan dari beberapa pihak, dua di antaranya adalah Pemuda Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).
Lantas, bagaimana sejarah hingga Kongres Pemuda I diadakan?
Tokoh Kongres Pemuda I
Selain PI dan PPPI, beberapa organisasi pemuda lain juga ikut terlibat dalam Kongres Pemuda I. Salah satu di antaranya adalah Jong Java yang kala itu memiliki anggota bernama Mohamad Tabrani Tjitrodiwiryo.
Pria dari organisasi Jong Java ini mengamati pergerakan organisasi sebelum Kongres Pemuda I masih bersifat kesukuan.
Mulai tahun 1925, Mohamad Tabrani pun memberikan usul kepada para tokoh pemuda dari berbagai organisasi.
Masih pada tahun yang sama, 15 November 1925, Tabrani mengajak para tokoh untuk kumpul di Gedung Lux Orientis, Jakarta.
Kala itu, beberapa organisasi yang hadir adalah Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Roekoen, Pelajar Minahasa, dan orang lain yang minat terhadap persatuan.
Mohamad Tabrani dipilih sebagai ketua pada rapat sebelumnya. Wakilnya adalah Soemarto yang juga berasal dari Jong Java.
Sementara sekretaris dipercayakan kepada Djamaloedin, tokoh pemuda dari Jong Sumatranen Bond, serta jabatan bendahara dipegang oleh Soewarso.
Masih ada tokoh Kongres Pemuda I lainnya yang ikut terlibat, meskipun mereka tidak tercatat sebagai panitia inti, di antaranya Sarbaini dan Bahder Djohan dari Jong Sumatranen Bond, Sanoesi Pane dari Jong Batak, Achmad Hamami dari Sekar Roekoen, dan Paul Pinontoan dari Jong Celebes, serta dari Jong Ambon ada Jan Toule Soulehwij.
Hasil Kongres Pemuda I
Setelah terpilih sebagai ketua, Tabrani pun langsung mengerjakan tugasnya sebagai ketua, yakni mengajak beberapa pemuda lain dari organisasi berbeda untuk berdiskusi di Kongres Pemuda I (Jong Java: Peranannya dalam Persatuan Bangsa, 2015, hlm. 37).
Di dalam rapat tersebut, dihasilkan tujuan Kongres Pemuda I yang menginginkan adanya wadah bagi berbagai organisasi untuk berdiskusi bersama.
Selain itu, ada juga tujuan lain yang ingin mewujudkan persatuan Indonesia.
Kongres Pemuda I berlangsung mulai 30 April 1926. Tabrani kala itu membuka acara dengan pidato pentingnya persatuan nasional.
Jadi, perkumpulan tersebut tidak boleh mengandung perpecahan dan kebencian. Bahkan, di akhir pidato ia menyebut “bersatulah” sebagai ajakan untuk para pemuda Indonesia.
Tujuan Kongres Pemuda I
Selain Tabrani dan Soemarto, Muhammad Yamin hadir sebagai pembicara. Ia menjabarkan tentang persatuan Indonesia yang lahir dari bahasa dan kesusastraan.
Kala itu, Muhammad Yamin memberikan sumbangsih poin melalui bahasa Bangsa (Melayu), kendati waktu itu menyampaikannya lewat bahasa Belanda.
Setelah Tabrani mengungkapkan pendapatnya tentang pentingnya persatuan, Soemarto menambahkan juga melalui referensi surat kabar lama bernama Oedaja.
Di dalamnya terungkap bahwa, Indonesia bisa bersatu lantaran sama-sama dijajah, satu budaya, dan satu bahasa.
Dari tiga pemikiran tokoh tersebut, poin penting yang ditegaskan adalah “persatuan dan kesatuan” berbagai organisasi demi kemerdekaan Indonesia.
Dengan melihat sejarah pemikiran tentang rasa kesatuan, cikal bakal Sumpah Pemuda sebenarnya sudah digenggam erat mulai dari sebelum Kongres I terlaksana. Namun, validasinya secara formal diciptakan lewat kongres.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Dhita Koesno