Menuju konten utama

Sejarah Kebun Binatang Pertama di Indonesia

Banyak orang Indonesia bertamasya di kebun binatang saat liburan hari raya Lebaran. Kebun binatang memang melekat dalam hidup orang Indonesia, ia sudah ada sejak abad ke-19.

Sejarah Kebun Binatang Pertama di Indonesia
Wisatwan mengunjungi Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, Selasa (28/3). ANTARA FOTO/Reno Esnir.

tirto.id - “Besok lebaran kedua piknik ke Kebun Binatang Gembira Loka, tapi enggak boleh nakal ya,” kata Atik pada anaknya.

“Kok ke kebun binatang? Enggak main ke Timezone?” jawab anaknya.

“Iya, ke kebun binatang dulu nengok saudaramu. Lalu ke Timezone,” kata Atik lalu tertawa.

“Mama, nih…”

Pergi ke kebun binatang semacam tradisi saat lebaran di keluarga Atik. Alasannya sederhana: bertamasya di kebun binatang adalah piknik murah meriah. Cukup membayar tiket masuk dan membawa makanan sendiri dari rumah sudah membuat mereka sekeluarga senang.

Memanfaatkan momen lebaran untuk piknik ini sudah menjadi tradisi banyak keluarga di Indonesia. Anda barangkali mengalami kemacetan di jalan-jalan sekitar kebun binatang seperti Ragunan, Jakarta. Kebun binatang menjadi tempat rekreasi yang terjangkau bagi semua kelas sosial. Tapi, sejak kapan kebun binatang menjadi bagian hidup orang Indonesia?

Kebun binatang pertama di Indonesia sendiri dibangun pada 1846, saat Nusantara masih menjadi koloni Belanda. Saat itu Raden Saleh, seorang pelukis kenamaan asal Indonesia, menghibahkan pekarangan rumahnya di daerah Cikini untuk dijadikan kebun binatang. Tanah yang dihibahkannya seluas 10 hektar. Kini wilayah itu sebagian menjadi Taman Ismail Marzuki dan Rumah Sakit PGI.

Dalam Encyclopedia of the World's Zoos Volume 1 yang diterbitkan Fitzroy Dearborn Publishers di Inggris dan Amerika pada 2001, dicatat bahwa pemerintah kolonial Belanda tidak hanya membangun kebun binatang di sana, tapi juga taman, bioskop, fasilitas olahraga, kolam renang, dan hall pertemuan. Kebun binatang yang dinamai Planten En Dierentuin itu sangat terkenal. Semua penduduk Batavia diperbolehkan berkunjung ke sana.

Kebun binatang inilah yang menjadi cikal bakal Kebun Binatang Ragunan yang ada sekarang. Namun, setelah kemerdekaan de facto Indonesia tahun 1949, nama kebun binatang itu diganti menjadi Kebun Binatang Cikini.

Saat itu kebun binatang Cikini sudah memiliki 100 ekor satwa. Satwa tersebut di antaranya adalah banteng, burung, buaya, menjangan tutul, kijang, beruang madu, monyet mantol dan Jawa, dan lainnya. Saat itu kebun binatang dibuka dari pukul 7.00-18.00 dengan harga tiket Rp75 untuk anak-anak dan Rp150 untuk dewasa.

infografik kebun binatang ragunan

Posisi Cikini yang berada di pusat kota tidak bisa berekspansi lagi. Padahal saat itu penambahan ruang dan binatang masih terus dilakukan. Pada 1964, ketika usia Kebun Binatang Cikini berusia 100 tahun, pemerintah sudah menemukan lokasi baru untuk memindahkannya ke area yang lebih luas di Ragunan. Pemerintah menyediakan lahan seluas 85 hektar untuk kebun binatang baru.

Pembangunan kebun binatang baru itu memakan waktu dua tahun. Ali Sadikin, Gubernur Jakarta saat itu, mempercayakan konsep kebun binatang baru ini kepada Benjamin Galstaun yang kemudian menjadi direktur kebun binatang Ragunan pertama. Sebelumnya, Benjamin dan istrinya mengabdikan diri untuk Kebun Binatang Cikini. Pada 1966, kebun binatang baru itu dibuka untuk umum dan diganti namanya menjadi Taman Margasatwa Jakarta.

Pergantian nama kembali dilakukan pada tahun 1974 menjadi Kebun Binatang Ragunan. Pada tahun-tahun selanjutnya, Kebun Bintang Ragunan secara bertahap diperluas hingga mencapai 134 hektar. Pada 1999, nama Kebun Binatang Ragunan kembali diubah menjadi Taman Margasatwa Ragunan.

Saat itu KB Ragunan sudah memiliki hampir 50.000 tanaman dari 968 spesies dan 335 spesies binatang, 90 persen binatang merupakan satwa asli dari Indonesia.

Kekayaan alam dan satwa Indonesia ini pun menjadi daya tarik tersendiri. Sampai saat ini, di Indonesia ada 25 kebun binatang yang menyebar di daerah. Pada libur lebaran sekarang, kunjungan ke kebun binatang melonjak drastis.

Di kebun binatang Gembira Loka yang akan dikunjungi keluarga Atik misalnya, pada 2016 pengunjung di hari biasa hanya berkisar 1.000 hingga 3.000 orang. Namun, pada musim lebaran, di hari kedua dan ketiga, pengunjung bisa mencapai 12.000 orang dalam sehari. Begitu pula di Ragunan. Saat lebaran 2016, kunjungan reguler yang hanya sekitar 3.000-5.000 melonjak menjadi 200 ribu pengunjung di hari libur Lebaran.

Apakah Anda piknik ke kebun binatang juga untuk mengisi libur Lebaran tahun ini?

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Maulida Sri Handayani