Menuju konten utama

Sejarah Karier Politik AHY: Bertemu Jokowi dan Asa Menuju 2024

Sejarah karier Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dimulai dari militer sebelum terjun ke politik dan kini bertemu Presiden Jokowi pasca-Pilpres 2019.

Sejarah Karier Politik AHY: Bertemu Jokowi dan Asa Menuju 2024
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/ama.

tirto.id - Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memenuhi undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/5/2019). Ini merupakan sejarah baru dalam jejak langkah AHY yang sebelumnya sempat lekat dengan profil militer sebelum terjun ke kancah politik.

Di Pilpres 2019 lalu, Partai Demokrat tergabung dalam koalisi pendukung capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang bertarung melawan pasangan 01 Jokowi dan Ma’ruf Amin. Kini, AHY mewakili partai besutan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), telah bertemu dengan Presiden Jokowi.

Sebelum merambah jalur politik, AHY terlebih dulu meretas karier di ketentaraan. Putra sulung Presiden ke-6 RI SBY dan Kristiani Herawati kelahiran Bandung tanggal 10 Agustus 1978 ini merupakan lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara Magelang pada 1997.

Peraih medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas ini kemudian masuk Akademi Militer (Akmil) dan lulus tahun 2000. Di Akmil, AHY juga berprestasi, termasuk menerima penghargaan Tri Sakti Wiratama dan terpilih sebagai Komandan Resimen Korps Taruna Akmil pada 1999, serta Pedang Tri Sakti Wiratama dan Adhi Makayasa pada 2000.

Dari Akmil, AHY mengikuti Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan menjadi lulusan terbaik Kursus Combat Intel pada 2001, kemudian bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Jabatan Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak, jajaran Brigif Linud 17 Kostrad, diembannya pada 2002. Kesatuan yang dipimpin AHY turut berpartisipasi dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh.

AHY juga menerima gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura. AHY termasuk pula salah satu mahasiswa program Kennedy School dengan program studi Master in Public Administration/Mid Career (MPA/MC) dan lulus pada 2010.

Tahun 2014, AHY menempuh tugas pendidikan militer Command and General Staff College (CGSC) di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat, setingkat dengan Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Indonesia. AHY lulus pada 2015 dengan IPK 4.0.

Tak hanya di pendidikan militer, AHY juga menuntaskan program master dari George Herbert Walker School di Webster University, Amerika Serikat, lagi-lagi dengan menggondol IPK 4.0 yang merupakan nilai sempurna.

Di negeri Paman Sam pula, suami dari Annisa Pohan ini mengikuti pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira di Fort Benning. AHY terpilih sebagai lulusan terbaik dan meraih sejumlah penghargaan. Hingga awal 2016, AHY berdinas sebagai Kepala Seksi 2/Operasi di lingkungan satuan elite Kostrad, Brigade Infanteri Lintas Udara 17.

Terjun ke Politik: Menyasar 2024?

Kejutan terjadi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Tanggal 22 September 2016, Partai Demokrat memutuskan akan mengajukan nama AHY sebagai calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sylviana Murni. Pasangan Agus-Sylvi diusung oleh Koalisi Cikeas yang terdiri dari Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN.

Dengan terjun ke ranah politik, AHY dipastikan mengakhiri karier militer yang telah dijalaninya selama 16 tahun di TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir mayor. Adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, sudah terlebih dulu berkarier di politik bersama Partai Demokrat dan sebagai anggota DPR-RI.

Namun, pengalaman pertama AHY di belantika politik ternyata tidak terlalu mulus. Di Pilkada DKI Jakarta 2017, ia dan Sylviana Murni langsung tersingkir di putaran pertama, kalah bersaing dengan Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang akhirnya memenangkan pertarungan.

Kendati begitu, semangat AHY untuk terus menapak jalan politik nasional tak lantas surut. Pamornya sebagai putra mahkota Cikeas semakin mantap setelah oleh SBY dikukuhkan sebagai Komandan (Kogasma) Partai Demokrat menyongsong Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019.

Nama AHY bahkan sempat disebut-sebut bakal menjadi cawapres dalam Pilpres 2019 kendati itu belum terwujud. Partai Demokrat pun akhirnya bergabung dengan koalisi pengusung Prabowo-Sandi di Pemilu 2019.

Hasil quick count dari hampir seluruh lembaga survei menunjukkan pasangan Jokowi-Ma’ruf unggul kendati tidak diterima oleh kubu 02, begitu pula penghitungan sementara real count yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sembari penghitungan real count KPU masih berproses, AHY memperoleh undangan dari Presiden Jokowi ke istana. Pria 40 tahun ini pun memenuhi ajakan tersebut.

Lantas, apa hasil pertemuan yang berlangsung di ruang kerja presiden selama 30 menit itu? Apakah pembicaraannya dengan Jokowi juga membahas soal Partai Demokrat setelah Pilpres 2019?

“Tidak harus selalu berbicara tentang komunikasi politik secara pragmatis, tetapi juga ada hal-hal besar lain dan kita juga harus bisa membangun semangat untuk mewujudkan indonesia semakin baik ke depan," jelas AHY usai bertemu Presiden Jokowi, di Jakarta, Kamis (2/5/2019).

“Kita juga harus terus menyumbangkan pemikiran dan gagasan karena tentunya sebagai semangat dari demokrasi dan keinginan mewujudkan Indonesia semakin baik ke depan," lanjut ayah Almira Tunggadewi Yudhoyono ini.

Apapun tujuannya, pertemuan dengan Jokowi sangat penting bagi AHY, juga untuk Partai Demokrat, dalam menentukan arah politik pasca-Pilpres 2019.

Terlebih, AHY kerap digadang-gadang sebagai salah satu sosok muda paling potensial untuk pilpres selanjutnya pada 2024 mendatang. Dan, tentu bukan kebetulan mobil yang dinaikinya menuju istana bernopol B 2024 AHY.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Politik
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Mufti Sholih