Menuju konten utama
Pendidikan Sejarah

Sejarah Jalan Cadas Pangeran yang Ada di Sumedang

Sejarah jalan Cadas Pangeran yang ada di Sumedang dan asal-usul penamaan jalannya.

Sejarah Jalan Cadas Pangeran yang Ada di Sumedang
Foto udara jalur tengah Sumedang-Cirebon yang lengang di Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (11/5/2021). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.

tirto.id - Jalan Cadas Pangeran merupakan penghubung wilayah Bandung dengan Sumedang.

Jalan ini secara geografis cenderung curam dan punya beberapa catatan sejarah sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia.

Salah satu tokoh yang disebutkan pernah mengiringi sejarah Cadas Pangeran adalah Pangeran Kusumadinata IX alias Pangeran Kornel (Bupati Sumedang 1791-1828).

Kala proses pembuatan Cadas Pangeran, pria ini sempat berselisih paham dengan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.

Ternyata, peristiwa itu adalah salah satu latar belakang penamaan jalan ini. Selain itu, penamaan jalan ini juga diklaim memiliki hubungan dengan perbukitan batu cadas yang ada di sekitarnya.

Lantas, apa saja sejarah yang pernah terjadi di jalan ini dan bagaimana kronologinya?

Perseteruan Pangeran Kornel dan Daendels

Berdasarkan buku Album Kenangan Perjuangan Siliwangi (1991, hlm. 81), terungkap bahwa pada 1811 Daendels menjalankan proyek pembuatan jalan dari Anyer ke Banyuwangi. Namun, ketika di Sumedang, jalan tersebut terpaksa musti terhalang oleh perbukitan cadas.

Lantaran yang mengerjakan proyek adalah orang-orang daerah sana, maka Pangeran Kornel selaku pemimpin setempat melakukan pemantauan. Ternyata, ia merasa ada yang tak sesuai dengan harapannya terkait pembangunan jalan ini.

Pangeran Kornel merasa bahwa rakyatnya tertindas lantaran harus membangun jalan, namun hanya menggunakan alat tradisional.

Pada suatu waktu, ia berniat menantang Daendels. Kala itu, Pangeran Kornel menjabat tangan kiri pria asal Belanda tersebut.

Lebih dari itu, di tangan kanan Pangeran Kornel ternyata ada keris pusaka bernama Nagasastra. Ia menantang duel Daendels, namun tak diindahkan dengan berbagai alasan. Salah satunya terkait cadas yang sangat keras dan akan membawa temannya untuk meneruskan proyek.

Dengan bantuan temannya, Daendels menghancurkan gunung cadas tersebut dengan menggunakan dinamit. Terkait nasib Pangeran Kornel, ia berperang beberapa hari setelah kejadian penantangan.

Nahasnya, ia dan beberapa orang Sumedang gugur kala itu. Sejarah ini masih melekat di sana. Bahkan, diabadikan lewat sebuah patung.

Penghadangan Pasukan Belanda

Selain sejarah tersebut, riwayat Sumedang lain sebagai medan pertempuran juga pernah terjadi pasca-kemerdekaan Indonesia.

Pada 1949, Kapten Somali sebagai Komandan Kompi IV Batalyon II/Tarumanegara diperintah oleh Komandan Batalyon Mayor Abdul Rakhman.

Perintah tersebut berisi tentang penghadangan Pasukan Belanda yang lewat jalan Cadas Pangeran.

Dalam buku Siliwangi dari Masa ke Masa (1979, hlm. 198), terungkap pada pukul 05.00 WIB pasukan Somali sudah sampai di Cadas Pangeran (3 kilometer dari Sumedang ke arah Bandung).

Tepat pukul 07.00 WIB, muncul kerumunan Belanda dengan mobil-mobilnya. Lantaran ini adalah operasi penghadangan, maka Somali beserta kawan seperjuangan meluncurkan tembakan-tembakan mematikan ke arah pasukan Belanda.

Kendati demikian, Somali ternyata terpojok oleh bala bantuan yang datang. Akhirnya, mereka memutuskan mundur hingga lolos dari tentara Belanda dengan melarikan diri menaiki tebing Cadas Pangeran yang curam. Kala itu, tak ada korban jiwa dari pihak Indonesia.

Terlepas dari dua sejarah tersebut, daerah sekitar jalan Cadas Pangeran yang curam ini menimbulkan permasalahan lain.

Bentuknya yang miring ini lahir akibat pemotongan bukit cadas ketika pertama kali jalan dibuat. Oleh karena itu, kejadian bencana longsor atau batu jatuh berpotensi terjadi.

Baca juga artikel terkait CADAS PANGERAN atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno

Artikel Terkait