tirto.id - Tanggal 16 September ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Lapisan Ozon Sedunia setiap tahunnya. Pada hari tersebut, seluruh masyarakat dunia diajak untuk kembali turut aktif melestarikan lapisan ozon yang melindungi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Adanya Hari Lapisan Ozon ini pun diinisiasi untuk memperingati penandatanganan Protokol Montreal tentang “Zat yang Menguras Lapisan Ozon” pada 1987 yang dilaksanakan di Wina, Austria. Konvensi tersebut tepat berusia 35 tahun pada 2020.
Mulanya, konvensi tersebut lahir akibat adanya keresahan para ilmuwan di akhir tahun 1970-an yang menemukan bahwa umat manusia telah membuat lubang besar pada lapisan ozon.
Apabila lapisan tersebut berlubang semakin besar, tentu akan mengancam kesehatan dan kelestarian kehidupan di muka Bumi. Lapisan ozon yang berlubang bisa menyebabkan peningkatan kasus kanker kulit dan katarak, serta merusak tanaman dan ekosistem.
Mengutip PBB, pemerintah dunia pun mengadopsi Konvensi Wina pada tahun 1985 untuk mencanangkan upaya Perlindungan Lapisan Ozon.
Konvensi yang melahirkan Protokol Montreal tersebut pun mengajak pemerintah, ilmuwan, dan industri untuk bekerja sama memotong 99 persen dari semua zat perusak ozon.
Zat perusak ozon tersebut dapat ditemukan banyak dalam aerosol dan pendingan seperti lemari es dan AC.
Sementara itu, sejumlah bahan kimia seperti halokarbon pun memiliki potensi besar merusak lapisan ozon. Halokarbon merupakan bahan kimia yang terdiri dari satu atau lebih atom karbon yang berikatan dengan satu atau lebih atom halogen.
Metil bromide, metil kloroform, karbon tetraklorida, dan halon, kloroflourokarbon (CFC), serta hidrokloroflourokarbon (HCFC) merupakan kelompok bahan kimia buatan manusia yang dapat memicu penipisan lapisan ozon.
Di sisi lain, protokol Montreal terus didukung oleh upaya pelestarian lapisan ozon lainnya seperti lahirnya Amandemen Kigali yang mulai berlaku di tahun 2019 lalu.
Amandemen tersebut mengatur masyarakat dunia untuk mengurangi gas rumah kaca hidroflourokarbon (HFC) yang memiliki potensi pemanasan iklim yang kuat dan merusak lingkungan.
Bumi menjadi tempat tinggal yang aman bagi manusia dan makhluk hidup lain salah satunya adalah berkat keberadaan lapisan ozon. NASA menuliskan, ozon merupakan gas di atmosfer yang berada di atas lapisan stratosfer.
Ozon terdiri dari tiga atom oksigen (O3) yang mampu melindungi kehidupan Bumi dari radiasi ultraviolet (UV) matahari. Tanpa lapisan ozon tersebut, paparan radiasi UV matahari yang intens akan mensterilkan permukaan bumi.
Terdapat tiga jenis sinar UV yaitu UV-a, UV-b, dan UV-c. Keseluruhan sinar UV tersebut disaring oleh lapisan ozon, namun sinar UV-a hanya disaring sekitar 50 persen. Radiadi UV-a dan UV-b terbukti mampu menyebabkan kulit terbakar, kerusakan mata, bahkan kanker kulit jika berlebihan.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra