tirto.id - Hari Lahan Basah Sedunia diperingati setiap 2 Februari. Tujuan peringatan ini adalah sebagai pengingat untuk saling membangun kesadaran global mengenai peran penting lahan basah untuk manusia dan Bumi. Tema World Wetlands Day 2023 adalah "Wetlands Restoration".
Lahan basah merupakan wilayah daratan yang mendapatkan genangan air atau mempunyai kandungan air tinggi. Sifat genangan ini dapat terjadi secara permanen atau musiman seperti saat musim hujan saja.
Jumlah lahan basah di dunia tergolong kecil. United Nation menyatakan, luasnya hanya sekira 6 persen dari luasan permukaan Bumi. Namun, di tempat inilah sebanyak 40 persen spesies tumbuhan dan hewan tinggal dan berkembang biak.
Keberadaan lahan basah kini menyusut jumlahnya dengan sangat cepat. Hal tersebut memerlukan dorongan tindakan dari berbagai pihak agar lahan basah tetap lestari dan sekaligus memulihkan fungsinya.
Lahan basah menjadi ekosistem yang cukup krusial untuk segera diperbaiki. Ekosistem ini mempengaruhi keanekaragaman hayati, mitigasi dan adaptasi iklim, ketersediaan air bersih, serta membantu ekonomi dunia. Selain itu, lahan basah turut berfungsi sebagai pelindung dari badai, penyerap karbondioksida, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia, pariwisata, hingga ketahanan ekosistem.
Tema Hari Lahan Basah Sedunia 2023
Berkaca dari kondisi lahan basah sekarang ini, tema yang diusung dalam peringatan tahun 2023 adalah "Wetlands Restoration". Melalui tajuk tersebut, diharapkan bisa menyadarkan masyarakat untuk memprioritaskan restorasi lahan basah.
Situs resmi United Nation Environment Program (UNEP) mencatat, penyusutan dan kerusakan lahan basah telah menggerus 90 persen keberadaannya di seluruh dunia semenjak tahun 1700-an. Percepatan hilangnya lahan basah bahkan terjadi tiga kali lebih besar dibanding penggundulan hutan.
Lahan basah telah menyusut hingga 35 persen dalam kurun waktu 50 tahun sejak 1970. Penyebabnya adalah penangkapan ikan secara berlebihan, pergeseran fungsi lahan untuk tujuan pertanian, polusi, berlebihan mengeksploitasi sumber daya alam, dan lain sebagainya.
Apabila lahan basah tidak segera direstorasi di antaranya adalah perubahan iklim, terdampak tsunami, efek rumah kaca, erosi, dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah satu alasan lahan basah tidak boleh dialihfungsikan untuk tujuan lain.
Sejarah Hari Lahan Basah Sedunia
Hari Lahan Basah Sedunia mengadopsi hari saat ditandatanganinya konvensi internasional untuk melindungi lahan basah di seluruh dunia. Momen bersejarah itu disebut dengan Convention on Wetland yang berlangsung pada 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran. Kesepakatan tersebut disebut pula dengan Konvensi Ramsar.
Mengutip laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Konvensi Ramsar bertujuan untuk mendorong usaha konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara bijak. Upaya ini dilakukan dalam aksi nasional serta kerja sama internasional demi mewujudkan pengembangan berkelanjutan di seluruh dunia.
Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia pertama kali dilakukan pada 1997, bermula dari kesepakatan para anggota Konvensi Ramsar pada pertemuan yang digelar setahun sebelumnya, 1996. Kegiatannya diikuti oleh negara-negara anggota Konvensi Ramsar, termasuk Indonesia.
Indonesia masuk dalam Konvensi Ramsar pada 1991 melalui Keppres Nomor 48 Tahun 1991.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin