Menuju konten utama

Sejarah Hari Koperasi Nasional 12 Juli & Tema Peringatan 2021 ke-74

Penetapan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi Nasional di Indonesia punya sejarah panjang, yakni sejak tanggal 12 Juli 1947.

Sejarah Hari Koperasi Nasional 12 Juli & Tema Peringatan 2021 ke-74
Logo Koperasi Indonesia. FOTO/upload.wikimedia.org

tirto.id - Hari Koperasi Nasional ke-74 tahun ini diperingati pada Senin tanggal 12 Juli 2021. Penetapan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi Nasional di Indonesia punya sejarah panjang, yakni sejak tanggal 12 Juli 1947.

Pada peringatan tahun 2021 ini, Hari Koperasi Indonesia mengangkat tema “Transformasi Digital Koperasi Menuju Bisnis Modern yang Kuat dan Bermartabat" dengan tagline "Digitalisasi Menuju Koperasi Modern".

Sejarah atau cikal-bakal koperasi di Indonesia sendiri sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Koperasi awalnya didirikan sebagai upaya untuk menolong orang-orang yang terlilit utang dari rentenir atau lintah darat.

Berangkat dari persoalan itu, seorang bangsawan Jawa bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja mendirikan semacam bank simpan-pinjam yakni Hulp en Spaarbank pada 16 Desember 1886. Inilah bank perkreditan rakyat pertama di tanah air.

Selain itu, Raden Bei Aria Wirjaatmadja juga merintis De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank Der Inladsche Hoofden yang merupakan cikal-bakal Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Usaha Raden Bei Aria Wiraatmadja yang juga menjabat sebagai Patih Purwokerto itu mendapat dukungan dari kalangan pejabat pemerintah kolonial Hindia Belanda. Terlebih, kala itu sedang digalakkan politik etis atau politik balas budi.

Usaha simpan-pinjam yang nantinya dikenal sebagai koperasi terus berkembang di Hindia Belanda atau Indonesia, bahkan kemudian menjadi gerakan rakyat.

Infografik SC Sejarah Hari Koperasi Nasional

Infografik SC Sejarah Hari Koperasi Nasional 12 Juli 1947. tirto.id/Fuad

Koperasi Indonesia dari Masa ke Masa

Tahun 1908, dikutip dari tulisan Hendrieta Ferieka bertajuk "Peran Lembaga Usaha Koperasi dalam Perekonomian Indonesia" di Jurnal Al-Ahkam dari UIN Banten (2009), berdiri Boedi Oetomo (BO) yang memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Boedi Oetomo yang digagas oleh para cendekiawan muda bumiputera mempelopori berdirinya koperasi rumah tangga.

Berikutnya, tahun 1913, Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dimotori Samanhoedi dari Solo, mempopulerkan kehidupan berkoperasi di kalangan pedagang dan pengusaha batik dari kalangan pribumi atau bumiputera.

Koperasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada 1927, Persatuan Bangsa Indonesia atau Studie Club menjadikan koperasi sebagai gerakan untuk wadah pendidikan ekonomi rakyat dan nasionalisme kebangsaan.

Gerakan ini bermunculan di seluruh Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, dikutip dari laman resmi Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN), gerakan koperasi yang terpencar-pencar itu dipersatukan.

Setelah Indonesia merdeka, Belanda datang kembali dengan membonceng pasukan Sekutu. Terjadilah rangkaian peperangan maupun perundingan yang mewarnai sejarah Indonesia pada masa revolusi fisik (1945-1949).

Di tengah situasi genting ketika Agresi Militer I, digelar Kongres Gerakan Koperasi Pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat, tanggal 12 Juli 1947. Kongres ini dihadiri oleh 500 utusan dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kongres ini menghasilkan 10 keputusan, di antaranya pembentukan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI), asas gotong-royong koperasi, dan penetapan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi Nasional.

Zaman terus bergulir, demikian pula dengan koperasi di Indonesia yang terus menapaki pembaharuan. Pada masa-masa awal Orde Baru, tepatnya tahun 1968, SOKRI berubah nama menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).

Nama DEKOPIN dipakai hingga sekarang dan menjadi lembaga tunggal gerakan koperasi Indonesia yang berlandaskan Undang-Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992.

Baca juga artikel terkait HARI KOPERASI NASIONAL atau tulisan lainnya dari Siti Ninda Lestari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Siti Ninda Lestari
Editor: Iswara N Raditya