tirto.id - Tanggal 18 Maret 2022 memperingati Hari Arsitektur Indonesia. Hari ini dibuat untuk mengenang jasa para arsitektur yang telah berperan dalam pembangunan di Tanah Air.
Beberapa nama arsitektur terkenal di Indonesia ada Ir Ciputra yang suskes membangun Jaya Grup, Fredich S Silaban yang berperan serta dalam membangun Monas, hingga sosok Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.
Sejarah penetapan Hari Arsitektur Indonesia pada tanggal 18 Maret tidak banyak dibahas, tetapi tanggal ini muncul sebagai salah satu tanggal penting dan tercatat di Perpusnas.
Meski begitu, sejarah arsitektur di Indonesia tak bisa lepas dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang didirikan di Bandung pada tanggal 17 September 1959.
Ada tiga orang arsitek senior yang menjadi pendiri IAI, yaitu F. Silaban, arsitek Mohammad Soesilo, dan arsitek Lim Bwan Tjie, serta 18 arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB tahun 1958 dan tahun 1959.
Tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni tertuang dalam okumen pendirian berjudul “Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat”.
Menurut laman IAI DKI Jakarta, IAI dibuat oleh keyakinan bahwa persatuan yang erat antara arsitek murni dapat mempertinggi mutu arsitektur di Indonesia.
Maksud dan tujuan pendirian IAI antara lain melakukan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk masyarakat pengguna arsitek, meningkatkan hak dan tanggung jawab arsitek serta memelihara rasa tanggung jawab para arsitek dalam melakukan tugasnya.
Awal kehidupan organisasi IAI penuh dengan perjuangan. Dunia industri konstruksi dan kehidupan profesionalisme pun belum memungkinkan untuk berkembang.
Sistim imbalan jasa (honorarium) arsitek belum ditetapkan. Kehidupan ekonomi dan politik yang jauh dari stabil, inflasi yang melonjak, kegiatan pembangunan swasta yang menurun drastis, semuanya itu berdampak pula pada kegiatan kepengurusan.
Sejarah perkembangan terbentuknya cabang pertama IAI yaitu IAI DKI Jakarta tidak terlepas pada keinginan pemindahan kantor IAI pusat dari Bandung ke Jakarta.
Keinginan ini di prakarsai antara lain oleh arsitek Hatmadi Pinandoyo, arsitek Azhar, arsitek Soenaryo Sosro, arsitek Han Awal, arsitek Adhi Moersid, arsitek Soejoedi Wiryoatmodjo, arsitek Soewondo Bismo Soetedjo dan arsitek Darmawan Prawirohardjo Prawirohardjo.
Akhirnya IAI DKI Jakarta berdiri secara resmi pada tanggal 4 Februari 1969 dan menetapkan arsitek Hatmadi Pinandoyo sebagai Ketua dan arsitek Azhar sebagai Sekretaris.
Pada Kongres pertama IAI yang di selenggarakan Pengurus Nasional IAI dan IAI DKI Jakarta sebagai panitia pelaksana.
Kongres yang diadakan di Gedung Budi Utomo (ex Stovia) di Jakarta yang historis, akhirnya memilih arsitek Darmawan Prawirohardjo sebegai Ketua Umum Pengurus Nasional IAI. Kemudian kantor pusat IAI di Bandung secara resmi pindah ke Jakarta pada tahun 1974.
Editor: Addi M Idhom