Menuju konten utama

Sejarah Erupsi Kerinci: Letusan Gunung Api Tertinggi di Indonesia

Gunung Kerinci di Jambi tercatat telah mengalami puluhan kali erupsi dalam sejarah, terakhir terjadi pada 31 Juli 2019.

Sejarah Erupsi Kerinci: Letusan Gunung Api Tertinggi di Indonesia
Gunung Kerinci terlihat dari tepi Jalan Raya Jambi-Sumbar yang dihiasi sampah di Batang Sangir, Kayu Aro, Kerinci, Jambi. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

tirto.id - Gunung Kerinci yang terletak di Provinsi Jambi mengalami erupsi pada Rabu (31/7/2019) lalu. Catatan sejarah pertama terkait letusan gunung api paling tinggi di Indonesia ini diketahui terjadi pada 1838 dan kemudian cukup sering meletus lagi kendati dalam skala yang tidak terlalu besar.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tinggi kolom abu pada letusan Rabu lalu kurang lebih 800 meter di atas puncak. PVMBG juga sempat menyatakan status Level II atau Waspada, dan melarang masyarakat sekitar atau pengunjung mendaki puncak gunung dalam radius 3 kilometer dari kawah aktif.

Selain merupakan gunung api tertinggi di Indonesia, Gunung Kerinci yang terletak sekitar 130 kilometer dari Kota Padang, Sumatera Barat, juga gunung paling tinggi di Pulau Sumatera. Ketinggiannya mencapai 4.605 meter di atas permukaan laut.

Meskipun masih aktif, namun gunung yang termasuk di dalam kompleks Taman Nasional Kerinci Seblat ini justru menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Sumatera, juga dijadikan favorit pendakian.

Riwayat Letusan Kerinci

Erupsi Gunung Kerinci yang pertama kali tercatat terjadi pada 1838. Kala itu, terjadi letusan di kawah pusat. Selanjutnya, seperti dikutip dari buku Ensiklopedi Nusantara: Memuat Berbagai Data Penting Mengenai Alam dan Kehidupan di Seluruh Nusantara (1989) yang disusun Widjiono Wasis, letusan serupa kembali terjadi pada 1842, dan 1874.

Tanggal 11 Desember 1878, terjadi erupsi freatik di kawah pusat. Menurut Journal of Geological Resources: Volume 14 (2004), erupsi freatik atau hydrovolcanic explosions adalah letusan yang disebabkan sentuhan magma dengan air –baik air tanah, air laut, air danau kawah, atau air hujan– yang membuat air tersebut menjadi uap bertekanan tinggi.

Erupsi freatik di kawah pusat Gunung Kerinci dimungkinkan terulang lagi saat letusan pada 1887 dan 1908. Selanjutnya, tahun 1921, terjadi dua kali letusan di kawah pusat, yakni pada Mei dan Juni, serta tahun 1936 dan 1937.

Setahun berselang, Gunung Kerinci mengalami erupsi freatik antara tanggal 19 Januari dan 18 Maret 1938. Letusan ini mengakibatkan terbentuknya kerucut kecil di dasar kawah gunung.

Erupsi berikutnya berlangsung pada 1952, terjadi dua kali letusan abu di kawah pusat masing-masing pada Januari dan Juni, disusul letusan serupa pada 1960, 1963, 1964, 1967, serta 1970.

Sejak itu, gunung yang berada di jajaran Pegunungan Bukit Barisan ini sempat beristirahat cukup lama. Gunung Kerinci mulai menunjukkan tanda-tanda siuman pada 1999, terkadang terjadi letusan abu tipis di sekitar puncak, demikian pula pada 2002.

Erupsi Bertipikal Lemah

Setelah beberapa waktu lamanya hanya terbatuk-batuk, pada 9 September 2007 sekitar pukul 04.40 WIB terlihat letusan abu dan hembusan asap berwarna pekat dengan tinggi 700-800 meter dari bibir kawah. Interval waktunya berlangsung setiap 5 menit. Kala itu, status Gunung Kerinci pun dinaikkan menjadi Waspada.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 24 Maret 2008 mulai pukul 11.40 WIB, terjadi erupsi lagi. Puncak Gunung Kerinci mengeluarkan asap tebal berwarna putih kehitaman setinggi 500 meter.

Tanggal 14 Mei 2009 jam 22.30 WIB, dilansir Antara, terdengar raungan keras dari perut Gunung Kerinci. Setelah itu,setiap dua menit sekali puncak gunung menyemburkan api pijar dan debu. Level letusan ini masih dalam tahap wajar kendati tetap harus diwaspadai.

Usai erupsi 2009 itu, Gunung Kerinci kembali tidur panjang. Hingga satu dekade berselang, tepatnya pada 31 Juli 2019 lalu, gunung yang menjadi habitat banyak jenis flora dan fauna ini mulai terbangun dengan mengeluarkan abu dari puncaknya.

Gunung Kerinci memiliki bentuk stratovolcano atau kerucut berlapis. Tipe erupsi gunung ini adalah eksplosif, yakni magma keluar ke permukaan bumi melalui proses letusan, diselingi aliran-aliran lava, serupa dengan Gunung Anak Krakatau.

Kendati begitu, menurut PVMBG dalam situsnya, karakter erupsi Gunung Kerinci saat ini adalah letusan bertipe vulkano lemah yang hanya mengeluarkan material abu letusan. Tidak ada data aliran lava yang tercatat sebagaimana tertera dalam sejarah letusannya.

Baca juga artikel terkait GUNUNG KERINCI MELETUS atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy & Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy & Iswara N Raditya
Editor: Abdul Aziz